Habitual mind bersifat nonverbal, jadi tidak belajar dengan membaca atau dengan mendengarkan penjelasan. Ia hanya belajar melalui pengulangan, tanpa sadar mengasosiasikan suatu tindakan dengan suatu hasil.Â
Hal ini yang menjelaskan mengapa konsumen secara sadar memutuskan untuk beralih ke merek lain dapat kembali ke kebiasaan membeli mereka yang lama.Â
Keputusan mereka untuk beralih tidak berdampak pada kebiasaan belajar mereka. Jika mereka tidak dalam mode sadar saat berbelanja, ada kemungkinan mereka hanya akan mengikuti kebiasaan lama mereka.
Misalnya; ketika berbelanja di supermarket, mereka mungkin mengambil apa yang biasa mereka beli dari rak atau outlet di supermarket. Pada tahap selanjutnya - saat check-out, saat membongkar di rumah atau saat menggunakan produk - mereka mungkin tiba-tiba berpikir, Oh! Saya bermaksud membeli merek lain yang saya lihat di iklan tadi malam. Saya benar-benar lupa. Baiklah, lain kali .... bla bla bla..
Di sinilah letak kelemahan pemasaran tradisional. Mereka yakin aktivitas pemasaran mereka akan sukses manakala telah berhasil memenuhi "needs" dan "wants"-nya pelanggan.Â
Sementara faktanya mereka tidak tahu persis apa yang diperlukan dan diinginkan pelanggan. Riset-riset kualitatif yang dilakukan hanya mencoba mendekati hasilnya. Biasanya dilakukan melalui wawancara, in-depth interview, delphi method, pengamatan focus group discussion, dan seterusnya. Padahal responden atau manusia secara umum seringkali menyatakan dengan melakukan sering berbeda.Â
Mereka sering mengatakan sesuatu yang mereka tidak lakukan. Atau mereka mengatakan melakukan sesuatu yang berbeda dengan apa yang dilakukan sebenarnya. Hal ini dapat dibuktikan dan terdeteksi dengan riset neuromarketing menggunakan  brainware technology, seperti: EEG dan fMRI.
Konsep AIDA (awareness, interest, desire, action) adalah konsep usang yang masih sering pemasar terjebak oleh pemikiran ini. Ok lah, mungkin saat kita mulai belajar pemasaran pada awalnya. Karena yang terjadi di otak pelanggan sesungguhnya tidak seperti itu.Â
Setelah memahami lebih dalam, teori itu terasa menjadi kuno. Neuromarketing secara ilmiah menjelaskan model baru yang lebih tepat sesuai proses terjadi di dalam pikiran otak kita. Lebih realistik dalam melihat bagaimana konsumen berpikir dan berperilaku.Â
Ada 4 tahapan yang sebenarnya terjadi di kepala mereka, yaitu; 1) pembentukan kesan, 2) penentuan arti dan nilai, 3) berunding dan menganalisa, dan 4) berbicara dan bertindak.
Baiklah, masing-masing poinnya akan kita uraikan lagi lebih dalam di penulisan berikutnya... (BIS)
Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community