Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
Jakarta, 29 Maret 2020. Suasana belakangan ini sedang mencekam. Karena wabah penyebaran virus yang tak usah lagi disebut namanya. Semakin modern, semakin dituntutnya kita untuk berpikiran kreatif.Â
Karenanya di teori level of thinking, creative thinking menduduki level teratas. Awalnya penjajahan suatu bangsa berupa fisik, perbudakan, kerja paksa, perkelahian, perang fisik sampai pembantain dan upaya pemusnahan umat manusia.
Kemudian masuk ke periode tahap kedua, yaitu penjajahan ekonomi. Siapa yang memiliki uang lebih banyak dia yang berkuasa. Tertanam di pikiran masing-masing jika ingin sukses mengumpulkan duit harus kerja keras, kerja rajin dan kerja cerdas.Â
Kalimat; 'yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin' seakan-akan memang benar apa adanya. Namun sampai kapan kondisi seperti itu terus terjadi. Ternyata eranya akan berakhir.
Sekarang kita hidup di dunia kekinian, memasuki ke tahap berikutnya. Secara tidak sadar penjajahan ekonomi bergeser menjadi penjajahan pikiran. Kalau dalam strategi perperangan akan lebih sulit karena musuhnya tak nampak secara kasat mata.Â
Setiap orang tanpa sadar berpotensi menjadi musuhnya diri sendiri dan buat orang lain. Awalnya kita hanya mengira di masa periode ini siapa yang memiliki informasi dialah yang memiliki kekuasaan. Ternyata di zaman now, keadaanya terbalik. Informasi sudah tidak lagi disembunyikan.Â
Bahkan terjadinya disrupsi digital, justru kewalahan dengan banjirnya informasi. Jadi kata kuncinya bukan seberapa banyak kita memiliki, tetapi seberapa piawainya kita mengolah informasi. Bukan saja dituntut meningkatkan budaya literasi membaca. Perlu juga pembekalan ilmu-ilmu terbaru, tidak cukup hanya dari pengetahuan dan pengalaman yang ada. Selamat datang di abad otak!
Riset Otak
Perkembangan ilmu pengetahuan yang mempelajari otak dan pikiran sementara ini terwakili oleh neurosains. Itu pun belum selesai. Para neurosaintis dunia bersepakat bahwa temuan-temuan dari kajian neurosains belum berhasil menguak misteri otak secara utuh. Mereka menyebut baru 20% temuan-temuan yang berhasil dibuktikan. Masih banyak yang seharusnya kita tahu.Â
Mulai dari konsep kedua belahan otak kiri dan kanan (Roger Wolcott Sperry, 1913-1994), tiga sub sistem otak triune brain (Paul Donald MacLean 1913-2007), kerja otak yang menyeluruh konsep the whole brain (William Edward "Ned" Herrmann, 1922-1999), berpikir cepat dan lambat (Daniel Kahneman, 1934-now), dan masih banyak lagi. Ditambah jurnal-jurnal dunia, kajian-kajian neurosains yang hampir setiap harinya hadir menjadi berita temuan baru.