3) Kita bermimpi untuk melupakan
Ada 10 ribu triliun koneksi antar neuron di dalam otak yang tercipta dari apapun yang kita pikirkan dan lakukan.
Pada tahun 1983, teori neurobiologi mimpi yang disebut "pembelajaran terbalik" (reverse learning), yang menyebutkan bahwa saat tidur, terutama dalam siklus tidur REM (rapid eye movement), neocortex meninjau koneksi inter neuron-neuron ini, dan membuang yang tidak diperlukan. Proses "pembatalan-pembelajaran" (unlearning process) ini membuat kita bermimpi, dan tanpanya otak kita akan dipenuhi koneksi tak berguna dan pikiran merusak bisa mengganggu proses pemikiran yang diperlukan saat kita bangun.
4) Kita bermimpi agar otak tetap bekerja
Teori aktivasi berkelanjutan menyebutkan bahwa mimpi kita berasal dari kebutuhan otak untuk memperkuat dan membuat ingatan jangka panjang agar dapat berfungsi dengan baik. Saat input dari luar jatuh di bawah level tertentu, misalnya saat kamu tidur, maka otak kita otomatis memicu, pengumpulan data dari penyimpanan memori, yang kita lihat dalam bentuk pikiran dan perasaan, yang kita alami saat bermimpi. Dengan kata lain, mimpi itu seperti screen server yang diaktifkan oleh otak. Jadi otak kita tidak sepenuhnya non-aktif.
5) Kita bermimpi untuk berlatih
Mimpi tentang situasi berbahaya dan mengancam itu sangat wajar. Menurut teori latihan insting primitif muatan mimpi itu penting dilihat dari tujuannya. Entah mimpi ngeri dikejar beruang keliling hutan, atau berduel dengan ninja di gang gelap, mimpi-mimpi semacam ini melatih insting primitif "lawan atau lari" dan membuatnya tetap terasah, andaikata suatu hari diperlukan. Tapi tidak harus selalu mimpi tidak enak sih. Misal, mimpi tentang tetangga yang rupawan bisa menjadi sarana melatih insting reproduksi juga.
6) Kita bermimpi untuk pulih
Aktivitas neurotransmitter stress berkurang selama tahapan tidur REM bahkan saat bermimpi pengalaman traumatis. Periset berteori bahwa salah satu tujuan mimpi adalah mengurangi beban pengalaman menyakitkan, untuk menyembuhkan luka psikologis.
Meninjau pengalaman traumatis tanpa stres mental berlebihan membuat kita bisa memahami lebih baik, dan meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dengan lebih sehat. Penderita gangguan suasana hati dan PTSD (post traumatic stress disorder) seringkali sulit tidur dan ilmuwan yakin kurangnya bermimpi bisa menjadi faktor penyebab gangguan tersebut.
7) Kita bermimpi untuk menyeselaikan masalah