Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community
[Bagaimana bila otak terhubung ke komputer kuantum MR, mixed reality dengan simulasi dunia mahluk berakal - SWS, the sentient world simulation]
Jakarta, 20 Februari 2020. Pekerjaan kita awalnya mulai terbantu oleh komputer pertama yang sangat besar ukurannya sebesar lemari-lemari pakaian kita, yang disebut; komputer mainframe atau dengan kata "mainframe" saja. Jendela dunia manusia generasi pertama. Kemudian teknologi elektronika, teknologi telekomunikasi, teknologi komputer dan teknologi informatika berkembang.Â
Semua komputer mulai dihubungkan dengan komputer lainnya melalui komputer server dalam suatu jaringan area lokal (local area network), kemudian wide area network, metropolitan area network, hingga world wide network atau sering disebut world wide web (www). Dibahasa-Indonesia-kan menjadi "waring wera wanua".
Dunia dihadirkan ke setiap meja kerja kita, sering dikenal dengan work station dengan komputer desktop untuk kita bekerja. Muncul istilah PC - personal computer yang cenderung tidak diperuntukan dibawa-bawa.Â
Dan kemudian lahir komputer yang bisa dijinjing kemana-mana (movable atau portable computer devices) dikenal dengan sebutan: labtop, notebook, macbook, atau netbook dan seterusnya.
Kemudian teknologi terus berkembang canggih, akhirnya dunia dapat dihadirkan secara personal yang bisa disimpan di dalam saku baju atau celana kita. Dengan sombongnya sekarang manusia mengatakan; "dunia di genggaman kita". Handphone, smartphone atau gadget (gawai) banjir di pasaran segala macam merek dan jenisnya.Â
Akses informasi tak bisa lagi dibatasi. Semua orang berhak dan mampu memperolehnya. Segala macam warga bangsa, agama, suku, ras, penduduk kota besar, kota kecil, pemukiman di pedesaan, bahkan di daerah perhutanan, pegunungan dan laut samudra.Â
Selama memperoleh atau mampu menangkap frekuensi gelombang sinyal pembawa data informasi maka akan dapat terhubungi. Dunia benar-benar ada di genggaman manusia!
Namun ternyata tidak cukup sampai di situ. Ketidakpernahpuasan manusia adalah ciri khas dan merupakan kelebihan manusia bukti sebagai mahluk yang paling sempurna dan cerdas.
Sementara kemajuan teknologi yang terus dikembangkan juga belum tentu selalu mensejahterakan kehidupan manusia. Kewaskitaan atau kebijaksanaan dalam menggunakannya ternyata diperlukan di sini dan sangat krusial. Cita-cita bangsa kita bersama seperti dituangkan dalam visi misi Neuronesia - komunitas pencinta ilmu neurosains, yaitu; "Indonesia Cerdas Berahlak Mulia".