Oleh: Bambang Iman Santoso, Neuronesia Community.
Jakarta, 17 Februari 2020. Belum mencapai 1 semester kita menyaksikan acara pelantikan Presiden dan Wakil Presiden RI untuk periode 2019-2024. Kita sangat senang; karena pengembangan SDM - Sumber Daya Manusia menjadi prioritas utama pada program kerja pemerintah yang akan dijalankan. Semoga dapat terealisir dengan sukses dan lancar. SDM Unggul Indonesia Maju! Aamiin.
Sesuai dengan visi misi Neuronesia - komunitas pencinta ilmu neurosains, yaitu ingin bantu mewujudkan "Indonesia Cerdas Berahlak Mulia" yang merupakan bukan mimpi baru bangsa ini, karena telah tercantum di Pembukaan UUD 1945 sejak berdirinya negara ini. Seperti kita ketahui bersama; Indonesia sangat kaya dengan Sumber Daya Alamnya (SDA), yang harus diimbangi dengan peningkatan kualitas manusia-manusianya.
Ilmu neurosains di Indonesia masih sangat muda. Perkembangan ilmu ini, baik itu neruosains klinis maupun aplikasinya terhadap semua disiplin ilmu terutama yang terkait dengan manusia, masih sangat terbuka lebar dan berpeluang agar berdampak langsung kepada pembangunan SDM yang disebut di atas.
Di negara asalnya (red: AS dan Eropa) 15-20 tahun terakhir neurosains berkembang pesat terutama karena dua faktor utama, yaitu; 1) kemajuan teknologi khususnya di bidang elektro dan teknologi informasi yang menunjang kemajuan peralatan medis, dan 2) perkembangan pengetahuan ini serta pengalaman berbaginya justru terjadi di dunia komunitas yang terdiri dari para ilmuwan dan praktisi, bukan hanya di dalam lingkungan kampus atau dunia akedemisi saja.
Di komunitas mereka duduk sejajar dapat berdiskusi dengan bebas sesuai pengalaman dan tantangan yang dihadapi oleh masing-masing bidang pekerjaan atau pun kegiatan usaha dan industri yang sehari-hari dikerjakan, terutama permasalahan terkait manusia.
Pemahaman ilmu otak terus berevolusi dan berkembang dengan tahapan yang semakin baik. Dari awalnya manusia mengira kapasitas berpikir tergantung dari ukuran dan besarnya volume otak yang ternyata tidak terbukti (cek kasus terungkapnya hasil penelitian bedah otak kepala Albert Einstein).
Juga pemahaman konsep Roger Wolcott Sperry tentang kemampuan berpikir terkait dengan kecenderungan fungsi masing-masing belahan (hemisphere) otak kiri dan kanan yang juga harus disikapi dengan bijak. Kemudian kisah Phineas P. Gage (1823-1860) korban ledakan - sebatang besi sepanjang hampir 1 meter dengan ujung runcing terlontar keras menembus ke kepalanya.
Batang besi ini menembus rahang masuk ke dalam kepala, menembus otak, dan melubangi tengkorak bagian atasnya. Beliau selamat dan tetap hidup, namun setelah sembuh menjadi berubah signifikan pola berpikir dan berperilakunya.
Di sisi lain neurosains berkembang juga dengan pemahaman proses biologis dan kimiawi yang mengaitkan hubungan antar neuron (sel-sel otak manusia) synapse dan jalur-jalur pathways masing-masing bagian kepala (neuroanatomi), dengan enzim-enzim neurotransmitter-nya. Sampai dengan kelistrikan antar neuron.
Otak terbukti berlistrik, dilihat dan dipahami seperti cara kerja jaringan rangkaian listrik. Ada listrik, ada medan magnit, ada frekuensi gelombang sinyal pembawa pesan dan seterusnya. Fisika kuantum akan banyak membantu pemahaman ini.