Mohon tunggu...
Nahla
Nahla Mohon Tunggu... Lainnya - Pamflet Lotim

Suara Hatimu😘😘😘

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sistem Jaring, Tradisi Baru yang Cocok untuk Cabe dan Budidaya Ayam

23 Juli 2022   19:33 Diperbarui: 23 Juli 2022   21:56 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebuah kebun cabe yang dipasangi jaring. Dokpri

Aku adalah petani pemula yang kerap ditertawakan. Selain karena kerap gagal panen, tanaman jelek, tak terpelihara dengan baik, modal bertani pun tidak ada. Permasalahannya lengkap : ilmu-pengalaman dan finansial kurang.

Sehingga, segala upayanya saya lakukan sendiri-sendiri untuk lahan 4,5 are. Mulai dari bajak tanah, buat bedengan, pasang mulsa, menanam bibit sampai dengan pembasmian gulma. Dilakukan dengan sendiri-sendiri.

"Bajak tanahnya makanya dengan menyewa traktor, supaya gembur. Beli buruh makanya buat bedengan supaya bagus. Beli mulsa makanya supaya tidak capek basmi gulma. Beli bibit tomat makanya supaya dapat harga mahal," kata tetangga dan puluhan warga yang kerap saya dengar yang buat saya lama-lama malu dan minder.

Apa yang disarankan di atas, 100 persen shahih secara dunia pertanian. Namun secara kondisi ekonomi mereka belum paham.

Karena, penghasilan saya jadi perangkat desa hanya Rp 250.000 perbulan. Sisa potong Bank yang saya pinjam dengan sistem potong gaji buat beli rumah.

Saya pinjam Rp 50 juta dengan tempo perjanjian 4 tahun sejak 2019 lalu. Dengan bunga yang cukup besar tapi Bank tersebut tidak merepotkan tentang maju mundurnya gaji saya keluar. Hal ini saya ambil karena pengen sekali punya rumah dari dulu yang kebetulan ada yang jual murah dan dekat jalan desa.

Istri juga kerap mendesak saya untuk segera punya rumah karena kerap sekali perang dengan nenek saya. Saat saya numpang di rumahnya sebelum punya rumah. Istri saya kerap kabur pas saya keluar dari rumah dengan alasan berantem sama nenek saya karena masalah-masalah sepele seperti yang kerap terjadi antara mertua dengan menantu, dengan ipar dan lain-lain.

Dengan sisa gaji Rp 150 ribu perbulan tersebut, habis buat arisan keluarga Rp 120 perbulan. Untuk beli beras dan lain-lainnya saya harus putar otak. Apalagi untuk biaya bertani saya harus mandiri.

Okelah, semua ocehan warga dan tetangga saya tampung dan tetap bersabar walau hasil tani tak bagus-bagus amat.

Sedangkan untuk mengisi lahan warisan orang tua 30 are, saya harus utang sana-sini. Utang bibit, utang pupuk, utang upah buruh dan sebagainya. 

Namun, sebagai petani pemula yang awam, saya akhirnya mengamati dari pengalam pribadi. Bahwa sistem jaring yang dipakai oleh petani senior sangat cocok untuk mencegah ulat dan beragam macam hama.

Sebagai orang yang hobi budidaya ayam yang berlatar belakang petani secara turun-temurun, saya yakin bahwa sistem jaring tersebut sangat cocok untuk budidaya holtikultura (sayur-sayuran) dengan segala jenis ayam.

Karena penyakit flu burung dan penyakit ayam lainnya dapat ditangkal sedini mungkin. Sehinga sayuran sehat ayam pun juga sehat. Istilahnya menurut saya, usaha bercabang dua. Bisa panen sayur dan panen ayam.

Tapi tantangannya adalah tetap soal dana wah dana. Kita harus menyiapkan fulus Rp 25 juta untuk memasang jaring di lahan seluas 3 are. Dan memang bertani adalah soal pengalaman, dana dan berjodohnya harga tinggi dengan apa yang kita produksi dan budidaya.

Saya di kebun warisan isteri 4,5 are sedang menyiapkan pemupukan. Dokpri 
Saya di kebun warisan isteri 4,5 are sedang menyiapkan pemupukan. Dokpri 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun