Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Buruh - abahnalintang

Memungsikan alat pikir lebih baik daripada menumpulkan cara berpikir

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Atas Nama Tekad

17 November 2020   17:57 Diperbarui: 17 November 2020   18:10 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
illustrasi: huffpost.com

Harapan keluarganya pada dia, setamatnya menyelesaikan pendidikan di salah satu perguruan tinggi swasta yang ada di Kota Bandung adalah, mencari kerja dan bekerja di instansi yang menerimanya sebagai pekerja. Tanpa memikirkan tetap atau honorer, yang penting anaknya mempunyai penghasilan yang jelas dan tempat bekerja yang jelas pula. Namun bukanlah Bone, kalau ia seragam dalam menjalankan adat yang sudah membiasa dalam tatanan kehidupan.

Ia memilih untuk tidak dulu mengedepankan harapan yang menjadi keluarganya, karena ia berkeyakinan meski tidak menetap di satu instansi yang jelas namun belum pasti, ia bisa menutupi kebutuhan hidupnya. Apalagi ia memilih untuk bekerja sebagai pembangun kesadaran kreatif di kalangan warga kampung yang jadi sasaran Program Kampung Kreatif yang digagas oleh seniman terkemuka di Kota Bandung. 

Ia bertekad lewat pekerjaan yang bergerak di bidang membangun kesadaran kreatif di kalangan warga, banyak yang bisa dikerjakan. Selain mendapat penopang kehidupan, ia bisa mendapatkan kekayaan intelektual dan intuisi. Kedua aspek ini bisa menjadi jembatan untuk menjadikannya sebagai orang yang mampu melahirkan karya tulis, karena ia bercita-cita hendak menjadi penulis.

Kampung bagi dia adalah sumber kekayaan baik politik, ekonomi, pendidikan, spiritual, maupun budaya warga. Tertanam dalam benak Bone, kampung harus dibangun bukan ditinggalkan. 

Kampung harus jadi basis kegiatan warganya, karena kampung memiliki aset yang bisa menjadi jawaban bagi persoalan pembangunan dan kesejahteraan. Tekad inilah yang mendasari ia beranjak dan bergegas, dan kelak jika sudah merasa cukup hidup di luar ia kembali ke kampung halamannya untuk mempraktikan segala yang didapat selama tidak berada di kampung halamannya.

Empat tahun empat bulan Bone jauh dari kelaurga dan kampung halaman, sementara keluarga yang ditinggal keadaannya masih selalu merasa khawatir pada anaknya yang memilih untuk tidak tinggal bersama mereka. 

Sesekali Bone mendapatkan kabar dari temannya yang sering menengok keluarganya, namun kabar yang ia dapatkan dari temanya mengenai keadaan keluarga dan lingkungannya masih belum membuat ia merasa sudah waktunya kembali pada keluarga dan kampung halaman karena di perasingan ia merasa masih banyak yang harus dituntaskan. Dia bertekad, pantang kembali sebelum segala urusan sampai pada batang ketuntasannya.

Selama jauh dari kampung halaman dan keluarga tercinta, selain mencari penutup kebutuhan hidupnya ia tetap meluangkan waktu untuk selalu memberdayakan dan mengembangkan potensi diri dan kemampuan warga yang berada di tempat ia tinggal sementara. Kontrakan ia jadikan sebagai ruang belajar untuk anak-anak kampung yang masih merasa belum cukup belajar di sekolah saja. Selain dari itu, di sela-sela waktu luangnya ia sempatkan diri mengunjungi kawan-kawan lamanya untuk diajak menciptakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya mengarahkan ucapan dan tindakan. 

Kegiatannya dilaksanakan di mana pun ada ruang kosong, terkadang gang yang ada di satu kampung disulap menjadi basis pengarahan ucapan dan tindakan.  Ia berkeyakinan, selama ucapan dan tindakan yang dilakukan secara terarah artinya segala ucapan dan tindakan yang dilakukan itu akan melahirkan dampak dan tidak melahirkan kesemuan. 

Ia begitu menikmati hidupnya meski kepergiannya meninggalkan luka dan kekhawatiran yang mendalam di hati keluarga, namun karena keyakinan akan maksud baik yang akan dikerjakannya dia memperingan dalam menjalankan pilihan hidupnya.

Merasa keberadaan dirinya sudah sampai di ujung batang ketuntasan, ia pun memutuskan untuk kembali kepada keluarga dan kampung halamannya. Kepulangannya disambut oleh keluarga, karena selama kepergiannya tak jarang orang-orang yang dekat dengan dia mengunjungi keluarganya dan memaparkan kebanggaan akan anaknya yang selalu melakukan tindakan sesuai dengan aturan yang berlaku. Dan tak sedikit, yang tadinya tidak tahu arah hidup sekarang menjadi tahu meski melakukan tindakan apa dalam menjalankan sisa hidup titipan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun