Mohon tunggu...
Bambang Hermawan
Bambang Hermawan Mohon Tunggu... Buruh - abahnalintang

Memungsikan alat pikir lebih baik daripada menumpulkan cara berpikir

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Dilemparkan Ingatan Pada Seorang Ibu

17 November 2020   14:55 Diperbarui: 17 November 2020   15:30 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

WISMA TARUNA, LENGKONG BESAR- Di bawah terik menyengat, panas menggeliat, angin berseteru, hiruk-pikuk laju kendaraan semrawut, alam pikiran terlempar jauh pada masa di mana lagi berbaring di atas paha ibu yang senantiasa mengalirkan doa dengan deras di setiap lantunan sujudnya. Sudah lama muka ibu tak tampak dan dilihat karena sebuah kebutuhan yang membuat diri tidak bisa segera menuju jalan yang akan mengantarkan pada telapak kaki ibu. Rindu di hati begitu menggebu, jerit harap bersua berkobar dengan gemuruh yang sangat namun tekad untuk menuntaskan pilihan hidup sejenak lebih mendominasi akhirnya rindu dan harap sua pun tak mampu dibentukkan apalagi dirupakan. Bukan karena kalah apalagi mengalah, hanya satu alasan yakni takut ada lembar kisah yang tak tergores tinta semangat.

Kebiasaan laku ketika dekat, tiba-tiba datang tanpa diundang, nongol tanpa dipinta tentunya membuat lemas badan dan lemah batin dan pada ujungnya berbaring dalam ketidakberdayaan jadi pilihan di siang hari keenam di Bulan Oktober 2013. Aneh, entah rasa semacam apa yang mampu menyulut ingatan pada muka yang sejatinya tidak akan pernah terlupakan karena begitu seringnya jaman dulu berpapasan bahkan selama sembilan bulan pun sempat singgah di dalam rahimnya. Dalam kelopak mata sayu tiba-tiba elok rupanya halus tata lakunya menghadirkan perupaan semu. Tentunya, terperanjat menjadi ekspresi tegas dalam bentuk sikap ketika ingatan itu melintas. Padahal pamit untuk perjalanan kali ini, seberkas pernyataan disampaikan dengan begitu tegas dan lantangnya kalau perjalanan kali ini tidak akan memakan dua silam lamanya, namun memang begitulah mungkin pembawaan seorang ibu selalu menampakkan rupa semu ketika kelemasan dan kelelahan pikir dan batin berkunjung dan bertamu tanpa mau tahu keadaan sebenarnya tentang diri yang dikunjungi dan ditamuinya.

Ketika masih dekat dengan Sang Pelahir, tidur di atas pahanya memang sudah menjadi kebiasaan baik dalam keadaan lelah maupun letih. Biasanya dalam pahanya, rambut selalu dielus-elus dengan sarat kehalusan dan kelembutan yang tidak diada-ada apalagi mengada-ngada, terkadang satu dua kali elusan mampu menerbangkan ingatan pada alam keterlelapan yang kuat dengan benteng keterjagaan godaan para pengintai. Ketika ada di paha ibu sambil rambut dielusnya begitu aman dan nyaman suasana yang dirasakan. Semoga esok atau lusa bisa segera mendapatkan ulang yang sering didapatkan manakala ketika berdekatan. Kerinduan di hari keenam di Oktober pada seorang ibu di sana sudah dititpkan pada merpati kutub yang sempat melintas di bawah Kolong Langit tempat merebahkan diri sejenak.

Keberpihakan dan keberuntungan berlabu pada diri yang terkapar dan mengejang karena terik yang menyengat dan rindu mencekam, sentuhan dan elusan lembut yang penuh kehalusan dari seorang kakak perempuan yang dipertemukan di seperdua perjalanan mampu menebaskan sesak dan pilu karena merindu seorang yang menjadi jembatan terlahirnya ke alam yang tanpa direncanakan. Dengan lembut dan perlahan tangannya mengelus rambut seorang diri yang lemah terkapar dalam pembaringan yang sesekali melahirkan gatal di kaki. Tanpa disadari elusan lembut tangannya mengantarkan pada pejaman yang sejenak namun membuat diri seolah terlelap dalam kurun yang tak terhingga.

Sentuhan dan elusannya di siang menjelang senja tadi mengantarkanku pada ruang penawar kerinduan pada seorang ibu yang sudah lama tak tersapa dan terjamah bukan karena jauh apalagi tiada tapi karena penyikapan akan sebuah pernyataan di saat melajukan kaki yang perlahan menjauhkan diri dari tatapanya. Sentuhan dan elusanmu tak akan terlupakan sampai batas usia penghabisan. Dalam sentuhan dan elusan, aku pejamkan mata resah yang perlahan memudar.

Bandung, 06-Oktober-2013

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun