Bicara termasuk kebutuhan pokok manusia. Hal itu bisa terlihat dari alat ucap yang sejatinya menjadi bagian elemen terpenting yang ada dalam kontruksi bangun seorang diri manusia.Alat ucap tentu harus dipandang sebagai ruang yang mesti difungsikan. Bentuk memungsikannya sendiri bisa berupa dengan bicara dan berbicara atas nama kebenaran.
Bicara dan berbicara atas nama kebenaran terwujud dari isi pembicaraan yang terjaga dari kengawuran akibat sisi emosional pembicaranya. Selain itu bicara dan berbicara atas nama kebenaran ditandai dengan munculnya isi-isi pembicaraan yang lahir dari kejernihan nalar dan kehalusan perasaan.
Asal bicara, tidak bisa disebut bicara bebas karena bicara bebas itu melibatkan kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan. Sementara asal bicara sendiri hanya mengucapkan bunyi sebatas bunyi tanpa ada kedalaman kandungan pesan berupa pemahaman.
Dalam melakukan seni bicara supaya tetap ada dalam dimensi atas nama kebenaran tentu harus berpegang teguh pada sebuah prinsip, "Bicara Bebas Tahan Emosi".