Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kodok Jantan dan Kodok Betina Sama-sama Baper

8 Februari 2020   08:14 Diperbarui: 8 Februari 2020   15:16 2031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
kodok jantan dan betina. Gambar: Nikihow

 Kodok dan katak memang beda-beda tipis. Dalam hal ini pukul rata sajalah. Membedakan antara kodok jantan dengan kodok betina bukan hal yang sulit-sulit amat. Dari jarak tertentu saja sudah kelihatan. Pada umumnya kodok jantan lebih kurus dibandingkan kodok betina yang lebih gemuk.

Tuhan menciptakan perbedaan bentuk tubuh ini agar kodok betina merasa nyaman saat kodok jantan mengawininya.

Saat kawin, kodok jantan nemplok di atas kodok betina. Dikenal sebagai posisi amplexus. Keduanya sama-sama baper bisa sampai berjam-jam bahkan berhari-hari, nemplok terus kaya perangko.

Untuk itulah biasanya lengan kodok jantan lebih tebal dan kuat dibanding kodok betina. Berbeda dengan binatang lain yang kawin memasukan kelamin jantan ke kelamin betina, kodok termasuk biasa di luar. Perpaduan antara kawin dengan onani. Pembuahannya terjadi di luar.

Makanya tidak heran, pembuahan yang mirip buah anggur itu melahirkan kecebong yang dungu. Bapak dan ibunya bernafas dengan paru-paru, kecebong bernafas dengan insang kaya ikan. Tentu sangat berpengaruh terhadap kecerdasan. Setelah berubah jadi kodok kecil, barulah bernafas dengan paru-paru. Mulailah belajar berpikir.

Tugas kodok jantan menjaga agar pembuahan itu melahirkan kecebong-kecebong dungu. Kodok betina mencari jantan lain atau mencari kesenangan lain. Kalau musim hujan kaya gini, kan, air mengantre masuk ke dalam kolam. Kodok betina bisa mengatur lalu lintas antrean air. Ya, semacam itulah.

Ciri lain, kodok jantan punya kantung suara di tenggorokannya. Biasanya terlihat saat musim kawin jelang hujan turun.

Kantung suara ini yang menghasilkan suara harmoni bersahutan koalisi para jantan untuk memikat kodok betina. Baper kolektif yang menghasilkan harmoni suara ini hanya terjadi saat kodok jantan berkoalisi. Makanya kodok jantan jika sendirian sama sekali nggak menarik kodok betina. Koalisi harga mati.

Soal nanti siapa yang bisa dapat jatah kawin duluan, tergantung selera betinanya. Kalau kodok betina suka dengan suara yang ngebas, ya dia pilih kodok jantan yang mengeluarkan suara bas.

Bisa juga dia baper dengan pemain kendangnya, dan sebagainya. Dalam koalisi besar jantan dan betina, biasanya akan terjadi kawin keroyokan. Untungnya dalam dunia kodok tidak dikenal ambang batas. Jadi koalisinya bebas jumlah.

Di belakang mata para kodok terdapat telinga pipih. Ukuran telinga kodok jantan lebih besar daripada matanya. Kodok betina ukuran telinganya kurang lebih sama dengan ukuran matanya.

Jadi, kodok jantan lebih banyak mendengarkan daripada pandangannya. Dengan kata lain, kodok jantan jika mau mengambil keputusan lebih banyak mendengar apa kata kodok betina. Tapi tentu saja harus dilakukan penelitian lebih lanjut. 

Ciri lain lagi, jempol kaki depan kodok jantan terdapat nupital pad, semacam benjolan berwarna kehitaman. Entahlah apa fungsinya. Barangkali kalau dalam dunia manusia sama dengan kepala desa zaman dulu yang suka bawa-bawa stempel kemana saja dia pergi.

Kalau pemerintah jaman now mulai berpikir merampingkan birokrasi dengan membuat omnibus law, kades jaman dulu jauh lebih maju. Dia bisa melayani masyarakat dimana saja dia berada yang membutuhkan tanda tangan dan cetokannya.

Zaman dulu kalau mau minta tanda tangan bilangnya, minta oretan. Kalau oretan minta dibubuhi stempel, bilangnya minta dicetok.

Barangkali pak kades belajar dari kodok cara birokrasi yang nggak ribet. Tapi yang hobi melihara kodok malah baru berpikir bagaimana cara agar birokrasi nggak ribet. Sekian. Sekarang saatnya mimin minum vitamin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun