Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Nggak Punya Power, Mencari Lawan Nggak Sebanding

17 Mei 2019   15:29 Diperbarui: 17 Mei 2019   15:32 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kenapa laki mencari lawan sebanding? Tentu saja soal harga diri, bukan sekedar menang kalah. Dalam dunia kangouw, begundal yang paling ditakuti di seantero dunia persilatan bersama anak buahnya mendatangi kampung, mampir di restoran. Semua orang  yang ada di restoran memilih menyingkir ketimbang dilempar ke atas genteng oleh anak buah penjahat yang mabuk. Padahal mah para bedebah itu merasa mengotori tangannya kalau sampai nabokin pengunjung restoran. Bukan lawan sebanding.

Entah sebab apa, salah satu anak buah begundal itu rupanya mengganggu istri penduduk setempat. Tentu saja suaminya marah tidak kepalang. Menghunus golok babi mendatangi restoran seraya berteriak, " Haaaai...begundaaal..keluaaaar...kepala kalian akan aku penggaaaal..." 

Para begundal tidak marah, malah ketawa ngakak. Seorang penduduk yang lugu, cuma mengandalkan emosi doang karena istrinya diganggu. Hanya ingin menunjukkan wibawanya sebagai seorang suami. Padahal mah dengan sekali sentil saja oleh anak buah begundal, suami yang malang itu akan budeg seumur hidup.

Bagi para begundal kaliber nasional, melawan suami yang cuma mengandalkan emosi dan biji doang bukan lawan sebanding. Meladeni suami emosian itu bagi para begundal sama saja dengan merendahkan diri, menurunkan kelas. Biar saja dia teriak sampai urat  lehernya kejang, nggak bakal dia berani masuk restoran.  

Berbeda terbolak balik dengan satu pemerintah yang mengaku dicintai rakyat, masih dipercaya rakyat, didukung dengan kekuatan keamanan, militer yang katanya super kuat, diancam oleh "Seorang suami emosian yang cuma mengandalkan biji " ditanggapi secara berlebihan.

Kalau toh suami emosian itu sampai mengancam akan memenggal kepala boss pemerintah, apakah terkesan lucu atau seram? Kayanya lebih lucu dari srimulat. Dia bisa berbuat apa dengan ancaman itu? Pegang pisau babi nggak, nggak punya ilmu kebal, nggak punya beking, nggak punya followers, kok bisa bikin panik pemerintah yang katanya punya power ruaaar biasa. 

Sikap berlebihan menanggapi ancaman itu malah merendahkan derajat kesuperan. Seolah-olah ingin menunjukkan kalau pemerintah nggak punya power, makanya diancam oleh seorang yang mulutnya ember langsung panik. Anehnya, setelah menangkap suami emosian itu, malah dipamerkan seakan bangga telah berhasil menangkap penjahat atau pemberontak kelas wahid. Pemerintah yang nggak punya power pasti paling takut mendengar people power.

Kalau ada elit oposisi yang bilang ada kecurangan, mending ngobrak-ngabrik medsos, nggak ada perlawanan, warganet kan manusia-manusia yang paling nggak berdaya. Akunnya diblokir cuma bisa ngomel-ngomel, entah ngomelin siapa. Capek ngomel, ya planga-plongo. Mana berani kekuasaan melawan elit oposisi yang terang-terangan bilang ada kecurangan. Paling banter berani mengancam warganet yang coba-coba ngeshare ucapan elit oposisi.

Kalau punya power, pasti yang pertama dilawan adalah tokoh yang pertama mengucapkan people power. Tapi mana berani, lha ucapan tokoh itu saja masih harus dianalisa, diterawang, ditelisik,dibolak balik oleh sejumlah professor. Enakan nangkap orang yang nggak punya power. Nggak beresiko tapi mengandung pesan buat para elitnya agar jangan lagi ngancam-ngancam pemerintah. 

Kenapa punya segala kemewahan, kekuatan tapi seolah nggak punya power? Beraninya sama anak kecil atau suami emosian yang cuma bermodalkan nekad? Merendahkan wibawa sendiri, memamerkan kelemahan, nggak berani menindak para elit oposisi? Mestinya, boss lawan boss, elit lawan elit.Di medsos, Bong lawan Pret. Tapi sayangnya, Bong beraninya main bapakan.

Ada peribahasa, berani karena benar takut karena salah. Nah, tafsirkan sendiri deh.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun