Mohon tunggu...
Balya Nur
Balya Nur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Yang penting masih bisa nulis

yang penting menulis, menulis,menulis. balyanurmd.wordpress.com ceritamargadewa.wordpress.com bbetawi.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

UAS & TGB

3 November 2018   09:20 Diperbarui: 3 November 2018   09:44 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Sebenarnya UAS tidak ada maksud membantah siapa pun saat di  wawancarai TV One soal bendera tauhid. Juga tidak bermaksud membantah  TGB, sahabatnya sesama alumni Alzhar, Mesir yang sebelumnya mengatakan  bendera Arroya dan Alliwa digunakan Rasulullah hanya untuk perang, bukan  saat damai. Tapi rupanya media online, media sosial sudah keburu  mengadu ucapan UAS dengan ucapan TGB. 

Bagusnya TGB sampai saat ini tidak  "melawan balik" ucapan UAS. Barangkali UAS pun tidak nyaman ucapannya  dijadikan bahan aduan dengan sahabatnya itu. UAS hanya ingin membagi  ilmu yang dimilikinya kepada umat. Agar umat cukup bisa memahami. UAS menjelaskannya dengan sangat rinci disertakan dalil-dalilnya.

UAS  mengatakan bahwa bendera Arroya dan Alliwa, selanjutnya sebut saja  bendera tauhid. Bukan hanya digunakan saat perang saja tapi juga saat  damai. UAS mengambil contoh saat damai adalah saat peristiwa Fathu  Makkah bendera tauhid itu juga dikibarkan.

Barangkali disinilah  perbedaan pemaknaan Fathu Makkah antara UAS dan TGB. Soal Fathu Makkah  kan peristiwa yang sangat populer yang sudah diajarkan sejak ibtidaiyah.  Fathu Makkah sering disebut juga penaklukan kota Makkah. Nabi Muhammad  SAW bersama sepuluh ribu ( ada yang menyebut lima belas ribu ) pasukan  kaum muslimin "mengambil alih" kota Makkah, kota kelahiran Nabi sejak  beliau diusir dari kota Makkah.

Fathu Makkah adalah penaklukan  kota Makkah. Barangkali --sekali lagi, barangkali --makna inilah yang  oleh TGB dianggap sebagai masih suasana perang, walaupun tanpa setetes  pun darah mengalir. Tapi bagi UAS, yang berdasarkan ayat 1 surah Alfath  yang dikutipnya, ""Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang  nyata." dan ucapan Nabi yang mengatakan bahwa hari penaklukan itu  adalah , hadza yaumul marhamah, ini adalah hari kasih sayang. Jadi  menurut UAS  adalah bukan suasana perang, tapi suasana damai. Sudah,ya.  Jangan lagi mengadu UAS dengan TGB.

Memang sudah menjadi  kebiasaan TGB, setiap memberikan pernyataan ke media  tidak diiringi  dengan penjelasan yang cukup. Ada nilai positif dan negatifnya. Nilai positifnya, pembaca mencari lebih jauh peranyataan TGB melalui berbagai  bacaan. Sisi negatifnya, pembaca bisa multi tafsir atau bahkan gagal  paham.

MIsalnya saat TGB mengatakan, jangan gunakan ayat-ayat  perang dalam situasi damai. Dia tidak memerinci lebih jauh apa yang  dimaksud ayat perang.  Karena sekarang kita dalam situasi damai, maka  bisa diartikan, ayat-ayat perang jangan lagi digunakan untuk kepentingan  politik atau kepentingan lain.

Tentu saja ucapan TGB itu  disambut positif oleh berbagai pihak, termasuk pendukung Jokowi.  Ketika  Jokowi di depan relawannya menegaskan agar relawan jangan takut jika  ada ngajak berantem, oposisi menafsirkannya sebagai ajaran relawan untuk  berkelahi. Para pendukung Jokowi tentu saja membantah. Untuk memperkuat  argumen mereka, maka pendukung Jokowi  mengutip penggalan ayat 194  surah Albaqarah, "oleh sebab itu barangsiapa yang menyerang kamu, maka  seranglah ia, seimbang dengan serangannya terhadapmu. " Padahal kalau  kita baca surah Albaqarah dari ayat  190 sampai 194  adalah termasuk  ayat-ayat perang.

Pada kesempatan lain, setelah menjadi makmum  sholat maghrib, imamnya adalah Jokowi, ketika ditanya soal bacaan sholat  Jokowi, TGB hanya bilang, bacaannya cukup terang. Tentu saja pembaca  yang membaca pernyataan itu bertanya, apa maksud cukup terang? TGB tidak  menjawab lebih jauh. Kriteria cukup terang memang tidak dikenal dalam  penilain bacaan Alqur'an.   Barangkali itu cara TGB agar tidak   menyinggung perasaan siapa pun. Tapi cukup bikin  bingung yang membaca  pernyataan itu.  

Kalau saja TGB mau berbagi ilmu, maka ke depan,  pernyataannya menyangkut soal agama bisa lebih diperjelas, lebih rinci  hingga pembaca tidak multi tafsir atau bahkan gagal paham.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun