Mohon tunggu...
Nurul Bayti
Nurul Bayti Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Hijrah, Campakkan Sekulerisme

18 September 2018   21:13 Diperbarui: 18 September 2018   21:15 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar ilustrasi pribadi

Apa kabar hari ini mak? Semoga sehat dan semangat untuk selalu menimba ilmu ya mak. Ilmu Islam yang akan membawa perubahan hidup.

Oh ya mak. Sebenarnya emak tahu gak sih apa itu hijrah? Berpindah. Yups, benar. Makna hijrah secara bahasa adalah berpindah. Berpindah tempat. Dari satu tempat ke tempat lainnya. Bisa juga berpindah kondisi. Dari kondisi buruk ke kondisi baik. Dari kondisi baik ke kondisi yang lebih baik.

Hijrah itu adalah perubahan. Adalah perbaikan. Saat awalnya terbiasa buka aurot. Setelah ngaji. Paham. Trus Tobat. Ini maknanya hijrah. Ketika terbiasa muamalah dengan riba. Setelah paham hukum riba adalah dosa. Trus meninggalkan riba. Ini pun disebut hijrah. Iya, hijrah itu harus ada perubahan. Harus ada perbaikan.

Ini masih seputar urusan diri sendiri ya mak. Seputar perubahan dan perbaikan diri. Emak harus banyak-banyak belajar. Berbenah. Nyempetin waktu untuk ngaji. Belajar pemahaman Islam lebih. Jangan cuma disibukkan dengan urusan rumah saja ya mak? 

Apalagi yang punya karier di luar rumah nih. Alias kerja. Pastinya harus lebih ekstra mengatur waktu. Jangan terbuang untuk urusan dunia saja.

Pernah gak mak. Sesekali melihat kondisi luar. Melihat sekeliling kita. Saat banyak anak sekolah yang susah diatur. Sama guru berani membantah. Bahkan pernah ada kasus seorang guru dibunuh muridnya sendiri.

Banyak juga kasus anak sekolah MBA. Married by Accident. Menikah karena kecelakaan. Bahkan berita terbaru. Kasus anak sekolah menemukan bayi. Dan ternyata bayi itu adalah anaknya sendiri. Naudzubillah.

Demikian parahnya kondisi sekitar kita. Agamanya hanya sebatas simbol. Sekedar identitas di KTP belaka. Islam hanya dipahami sebatas sholat saja. Puasa saja. Namun urusan-urusan lain meninggalkan Islam. Ekonomi masih ribawi. Pendidikan banyak mencetak generasi serba bebas. Penguasa sibuk meraih jabatan. Bahkan mempertahankan kekuasaan. Rakyat dibiarkan menderita. Hidup sengsara.

Iya, ini semua akibat pemikiran sekulerisme. Memisahkan agama dari kehidupan. Agama hanya digunakan dalam urusan ibadah semata. Hanya dianggap identitas dan simbol saja. Sedangkan dalam urusan bermasyarakat enggan menggunakan aturan Islam. Dalam bernegara aturan Islam dicampakkan. Dan memilih aturan buatan manusia.

Inilah sumber segala masalah di negeri ini. Sumber kehancuran dan kesengsaraan manusia. Karena manusia mengabaikan aturan Allah SWT.

Campakkan sekulerime. Kembali kepada aturan Allah SWT adalah pilihan yang tepat. Solusi terbaik untuk perbaikan negeri ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun