Mohon tunggu...
Kasminton
Kasminton Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik

Sandi adalah Kode

11 Oktober 2015   02:42 Diperbarui: 11 Oktober 2015   02:42 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

 

Masa-masa Agresi Militer Belanda I dan II merupakan momen perjuangan Indonesia yang paling mendalam untuk mempertahankan kemerdekaan. Untuk mempertahankan kemerdekaan yang masih seumur jagung merupakan tanggung jawab yang diemban oleh seluruh rakyat Indonesia. Semua rakyat bersatu padu untuk mempertahankan kemerdekaan yang telah di proklamirkan oleh Bung Karno dan Bung Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945. Agresi Militer Belanda I terjadi pada tanggal 27 juli 1947 sampai dengan 5 Agustus 1947 yang bertujuan untuk merebut kembali semua hasil kekayaaan bumi yang diproduksi oleh perusahaan-perusahaan Belanda, agresi ini dianggap sebagai pelanggaran terhadap perjanjian Linggarjati yang disepakati oleh Indonesia dengan Belanda. Pada akhirnya campur tangan PBB yang mengintervensi serangan Belanda dan pelanggaran terhadap perjanjian Linggarjati membuat pasukan Belanda mundur dari Ibu Pertiwi. Setahun berikutnya Belanda merasa mendapat kerugian atas dukungan PBB terhadap eksistensi bangsa Indonesia, sehingga muncul niatan untuk merebut kembali Indonesia menjadi daerah kolonial dengan meluncurkan Agresi Militer II pada tanggal 19 Desember 1948. Agresi Militer II dilakukan secara serentak dan terencana di Pulau Sumatera dan Jawa. Pimpinan bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta di tangkap dan diasingkan, pusat pemerintahan berpindah sementara dari Jakarta ke DI Yogyakarta, kemudian setelah Yogyakarta jatuh ke tangan Belanda, Indonesia membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berpusat di Bukit Tinggi yang dikomandoi oleh Sjafruddin Prawiranegara. Pada masa Agresi Militer II Indonesia melaksanakan perlawanan secara militer melalui perang Gerilya yang dipimpin oleh Jenderal Soedirman dan Kolonel A.H.Nasution, sedangkan jalur Diplomasi tetap dilakukan melalui PDRI di Bukit Tinggi yang kemudian ditransmisikan ke New Delhi, karena pada saat itu di New Delhi sudah akan dibentuk Exile Government of Republic Indonesia sebagai perpanjangan tangan Indonesia di PBB agar PBB dan negara-negara sekutu Belanda mengakui eksistensi Indonesia dan memaksa Belanda untuk menghentikan serangan ke Indonesia.

Pada akhirnya serangan Belanda berhasil di patahkan oleh Indonesia baik melalui militer maupun diplomasi. Keberhasilan yang dicapai oleh para pelaku sejarah diakui tanpa pengamanan informasi tidak akan bisa berjalan dengan baik dan mulus. Pengamanan informasi yang dilakukan terdapat di dalam pertukaran informasi antara pemimpin RI dengan para Jenderal yang sedang berperang, maupun antara pemimpin RI dengan perwakilan Indonesia di New Delhi. Pengaman Informasi pada saat Agresi Militer Belanda II diprakarsai oleh seorang dokter yang bernama dr. Roebiono Kertopati. Beliau adalah seorang yang mempunyai pengetahuan dibidang mengkodekan pesan sehingga pihak Belanda tidak bisa membaca secara utuh pesan meskipun telah disadap. Dr. Roebiono Kertopati sudah diperintahkan oleh Mr.Amir Sjarifoeddin selaku Menteri Pertahanan untuk membentuk dinas kode yang bertugas untuk mengkomunikasikan berita rahasia, pada saat yang sama dibangun sarana telekomunikasi berupa pemancar radio telegrafi. Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda melakukan Agresi Belanda I yang menimbulkan banyak pengorbanan, baik fisik maupun non fisik termasuk terganggunya hubungan dengan luar negeri. Untuk menjaga agar hubungan RI dengan luar negeri tidak terputus, maka diutus Duta Besar pertama kali untuk India beserta staf Dinas Code untuk menangani pengamanan berita rahasia. Pada tanggal 15 Agustus 1947 untuk pertama kalinya diterima berita dari Perwakilan RI di New Delhi dan sejak itulah hubungan komunikasi berita rahasia antara Perwakilan RI di New Delhi dan Pemerintah RI di Yogyakarta berjalan dengan baik melalui PTT dan RRI yang kemudian meluas dengan Perwakilan RI di Singapura, London, Cairo, dan PBB (Lake Success). Sedikit banyaknya pengkodean informasi manjadi bagian penting dalam pertahanan kemerdekaan Indonesia dari Agresi Militer Belanda.

Sering dengan perjalanan waktu, SANDI dimasukan ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang mempunyai arti KODE. Intinya Sandi itu adalah Kode, karena pesan yang ditulis secara alphabetik dan terbaca diubah dengan metode tertentu sehingga menjadi kode yang tidak bisa dibaca lagi secara langsung tanpa menggunakan kode yang sama. Perkembangan Teknologi yang pesat dan besar berhubungan erat dengan pengembangan fungsi KODE. Kode digunakan sebagai media untuk bisa menciptakan alat hitung pertama yaitu Kalkulator, kemudian berkembang lagi ke araha teknologi komunikasi mulai dari radio, kabel telepon, internet, wireless, semua komunikasi sudah menggunakan KODE agar bisa terhubung (terkoneksi) antara satu perangkat ke perangkat yang lain. Tanpa kode-kode tersebut maka komunikasi tidak akan bisa terjalin. Misalnya proses pengetikan huruf A dari keyboard komputer sehingga muncul dimonitor huruf A tidak akan bisa tanpa KODE. Huruf A dalam yang diketikkan pada Keyboard pada awalnya diubah menjadi bilangan biner (0100 0001, A=1) dalam standar ASCII kemudian dibaca oleh CPU, kemudian diterjemahkan oleh CPU ke perangkat output yaitu Monitor komputer. Penggunaan jalur komunikasi radio yang menggunakan gelombang elektromagnetik sebagi media transmisi juga melakukan proses yang sama, misalnya gelombang suara di KODE kan menjadi sebuah modulasi dan beberpa sinyal carrier yang akan ditransmisikan, agar gelombang radio tersebut bisa diterima maka penerima juga harus mempunyai output modulasi dan/atau frekwensi yang sama, apabila berbeda maka pesan yang dilewatkan dari gelombang radioa tidak akan bisa di dengar.

Proses pengkodean diatas bisa juga dikatakan sandi karena di dalam tata bahasa Indonesia SANDI itu adalah KODE. Hanya saja pengkodean yang dilakukan oleh dr. Roebiono Kertopati dkk, merupakan pengkodean yang hanya bisa dimengerti oleh mereka karena yang punya decoder nya hanya mereka. Pengkodean yang dilakukan di dalam keyboard komputer untuk menampilkan output tulisan huruf di monitor sudah pengkodean yang umum diketahui oleh banyak pihak. Hal ini menjadi sebuah dasar pemikiran bahwa ada pengkodean yang terbuka dan pengkodean yang tertutup. Pengkodean yang terbuka bisa diakses oleh semua orang demi kepentingan bersama, sedangkan pengkodean tertutup hanya orang-orang tertentu yang bisa mengetahuinya. Contoh pengkodean tertutup di era modern sekarang ini adalah memberikan password terhadap dokumen, password terhadap akun email, PIN ATM, PIN HP, dll. Dengan demikian semua konsep pengkodean tidak terbatas hanya yang bersifat tertutup tetapi berlaku juga untuk yang bersifat terbuka. Dengan demikian pengkodean terbuka seperti transmisi radio, transmisi suara lewat jalur telepon, proses pengetikan keyboard untuk tampil di monitor juga merupakan bagian dari SANDI. Sandi tidak harus rahasia, karena kode itu ada yang terbuka dan yang tertutup. Sandi bisa menjadi rahasia ketika memang menggunakan kode tertutup, seperto PIN ATM, password email dan lainnya. Meskipun dalam perjalanannya sandi dikenal dekat dengan dunia militer, intelijen, dan Pramuka akan tetapi Sandi yang digunakan adalah Sandi tertutup, dimana hanya orang-orang tertentu yang bisa untuk membaca kode tersebut.

Kode/Sandi selalu dikatikan dengan istilah cyber sehingga sering muncul pertanyaan mengenai perbedaan posisi antara kode/sandi dengan cyber. Pada intinya cyber merupakan sesuatu yang terhubung atau berhubungan dengan komputer dan/atau jaringan komputer(http://www.merriam-webster.com/dictionary/cyber), Cyber tidak akan jauh dari proses komputerisasi dan pengkodean. Dengan demikian posisi cyber berada di dalam Sandi bukan diluar sandi, karena proses cyber itu berjalan karena ada proses pengkodean. Pengkodean yang dimaksud adalah proses komunikasi dalam dunia cyber menggunakan perangkat lunak yang lebih dahulu dibentuk dari kode-kode (coding), internet protokol yang digunakan sebagai media hanya bisa membaca kode yang sudah diubah dan diterjemahkan oleh perangkat lunak di dalam komputer sehingga komunikasi bisa berjalan. Perbandingan antara Kode dan cyber akan tetap menjadi sebuah perdebatan karena defenisi cyber di KBBI, akan tetapi kalau melihat dari prosesnya maka semua proses cyber merupakan proses pengkodean (penyandian).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun