Mohon tunggu...
Balighi Amarullah
Balighi Amarullah Mohon Tunggu... Jurnalis - Antropolog

Be yourself

Selanjutnya

Tutup

Financial

Utang dan Piutang, Kebutuhan Gaya Hidup Kalangan Buruh Perempuan Desa Jetis, Kab. Mojokerto

6 Oktober 2019   22:45 Diperbarui: 6 Oktober 2019   22:46 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Latar Belakang

Sistem ekonomi merupakan suatu sistem yang tidak bisa dari kehidupan sosial manusia. Disisi lain, manusia sebagai makhluk ekonomi yang selalu ingin memenuhi kebutuhan hidup sehari-harinya namun manusia juga merupakan makhluk sosial yang tidak bisa hidup dengan sendiri. Sistem ekonomi yang ada pada masyarakat muncul karena adanya pengaruh dari sistem sosial yang ada pada masyarakat itu sendiri. Sistem ekonomi sangat berkaitan dengan kehidupan sosial antar masyarakat. Mulai dari aturan secara moral hingga aturan secara tertulis.

Masyarakat dan juga pemerintah tidak terlepas dari uang dan hutang untuk membambangun sebuah fasilitas, baik dari segi sandang maupun pangan. Pada paradigma ekonomi uang memiliki pandangan sebagai sesuatu yang netral secara sosial, sehingga kebijakan dari ekonomi memiliki tujuan untuk menghapus kemiskinan di seluruh wilayah yang terkait. Selama masa orde baru kebijakan-kebijakan yang di ambil belum ada yang bisa mencapai pada tujuan yaitu menghapus kemiskinan. Oleh karen itu, fenomena hutang pada masyarakat perlu dikaji dari berbagai disiplin ilmu, agar bisa memahami pola ekonomi masyarakat secara luas.

Kesepakatan ekonomi akan membentuk sebuah jaringan hubungan sosial pada interaksi sosial antar anggota masyarakat. Granovetter dan Swedberg menjelaskan bahwa hubungan sosial adalah rangkaian hubungan yang teratur atau hubungan sosial yang sama diantara individu mapun keompok (Damsar 1992 : 9). Dengan demikian sistem ekonomi dalam masyarakat serangkaian hubungan yang terbentuk melalui interaksi kegiatan ekonomi antar anggota masyarakat.

Hutang merupakan sebuah kegiatan penundaan pembayaran dari kinerja yang diberikan seseorang bisa berbentuk barang atau jasa. Penundaan yang dilakukan tersebut berdasarkan kesepakatan yang sudah disetujui sebelumnya oleh pelaku hutang piutang tersebut. Hutang piutang sangat berkaitan dengan kehidupan pada masyarakat Indonesia karena fenomena hutang saat ini sudah tidak dilakukan antar individu, namun juga dilakukan oleh antar kelompok (Hidayat, 2013). Oleh karena itu, fenomena hutang di Indonesia sudah tidak asing lagi terdengar ditelinga kita terutama ada masyarakat pedasaan di Indonesia dengan penghasilan yang seadanya tetapi memiliki kebutuhan yang beragam. Hutang adalah alternatif bagi seseorang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atas rasionalitas yang mendorong untuk berhutang.

Kehidupan sosial yang biasanya kita lihat jauh dari unsur kemewahan melainkan cenderung pada kehidupan yang sederhana merupakan salah satu ciri gaya hidup yang ada pada masyarakat pedesaan. Namun pada saat ini ciri gaya hidup yang jauh dari kemewahan sudah mulai memudar dan meluntur karena pada saat ini masyarakat pedesaan sudah mulai menonjolkan penampilan sebagai hal baru yang diperlihatkan pada masyarakat pedesaan yang lain. Terjadi pergeseran budaya pada masyarakat pedesaan yang awalnya selalu mengutamakan kegiatan-kegiatan tradisional kini beralih ke gaya hidup yang bersifat modern. Pergeseran budaya ini disebabkan oleh globalisasi yang membuat perubahan masyarakat pedesaan yang dimana penampilan dijadikan sebagai hal yang utama.

Kebutuhan pribadi yang harus terpenuhi tetapi dengan pendapatan dan status ekonomi yang kurang membuat hutang sebagai alternatif bagi masyarakat Desa Jetis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian orang beranggapan bahwa hutang sebagai beban tetapi ada juga orang yang beranggapan bahwa hutang adalah motivasi untuk terus giat bekerja untuk mendapatkan gantinya. Karena itu, tidak sedikit orang yang melakukan perilaku berhutang sampai menjadi kebiasaan yang terus-menerus dilakukan.

            Gaya hidup menurut Chaney merupakan salah satu ciri modernisasi yang digunakan oleh setiap manusia sebagai bentuk kehidupan yang biasa dijalani oleh kelompok masyarakat tertentu. Gaya hidup bisa membantu manusia untuk bisa memahami apa yang dilakukan oleh orang lain, untuk apa mereka melakukannya dan mengapa mereka melakukannya. (Chaney, 1996). Saat ini gaya hidup sudah bukan lagi menjadi monopoli oleh sebuah kelas tetapi sudah menjadi antar kelas. Gaya hidup yang ditawarkan berupa iklan-iklan saaat ini sangat mudah diterima oleh masyarakat dari berbagai golongan. Oleh karena itu, gaya hidup sudah tidak menjadi milik golongan eksklusif tertentu (Suyanto, 2013).

            Seiring dengan perkembangannya gaya hidup telah membentuk perilaku yang tidak mudah untuk diterima atau di luar nalar pemikiran manusia. Perilaku tersebut sama dengan fenomena hutang piutang yang terjadi pada buruh perempuan yang menggunakan hutang bukan untuk kebutuhan primer melainkan untuk kebutuhan sekunder yang mana mekanisme survival buruh tersebut untuk mengedepankan penampilannya dengan segala macam bantuan yang didapatkan dari berhutang.

            Sistem sosial yang masih kental di Indonesia seperti saling membantu satu sama lain tetap harus dipertahankan agar masyarakat tidak terbawa pengaruh penyalahgunaan uang secara konsumtif yang kurang bermanfaat bagi masyarakat yang ada di sekitarnya. Uang penting bagi masalah sosial ekonomi, tetapi uang juga tidak seharusnya menentukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Dalam arti kata lain uang memiliki fungsi ekonomi dan sosial. Pada fungsi ekonomi uang berfungsi untuk membeli sesuatu atau kebutuhan hidup. Fungsi sosial dari uang yaitu sebagai ekspresi budaya dan kebiasaan sosial sebagai bentuk pertukaran atau sumbangan. Seseorang yang tidak mengikuti kegiatan sumbang menyumbang akan mendapat poin negatif dari warga sekitarnya. Bagi seseorang yang tidak mengikuti aktivitas sumbang menyumbang mendapat sangsi sosial berupa sebutan seperti pelit, sombong, dan tidak mau guyub (tidak mau rukun).

            Desain atau model terbaru hadir yang memperluas ranah-ranah bagi konsumen. Terjadilah peningkatan pada penampilan para konsumen serta gaya hidup mereka, dengan cara ini memproduksi menjadi sebuah makna yang menawarkan gaya dan status sosial. Simbolisme pada status mulai memiliki pengaruh pada gaya hidup semua kalangan mulai dari kalangan bawah hingga menengah keatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun