Mohon tunggu...
Baldwine Honest G
Baldwine Honest G Mohon Tunggu... Wiraswasta - Perempuan

Pendidik, Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mereka Masih Buta Aksara

29 Desember 2013   15:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:23 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1388305681800236476

Hari Aksara Internasional oleh UNESCO, yaitu tanggal 8 September sudah lama berlalu. Diadakannya hari Aksara ini bertujuan agar bisa mengurangi buta aksara di seluruh belahan dunia, termasuk Indonesia. Keaksaraan adalah jantung pendidikan dasar untuk semua. Orang tua yang sudah bebas buta aksara lebih cenderung menyekolahkan anak mereka ke sekolah, dan lebih mampu mengakses kesempatan pendidikan berkelanjutan Harapan kita, setiap kota di Indonesia sudah bebas buta aksara. Di Balikpapan, sudah banyak tempat – tempat yang menyelenggarakan program paket belajar untuk masyarakat, agar terbebas dari buta aksara. Program belajar yang diselenggarakan adalah paket A. Namun, di satu satu sisi pinggiran kota  Balikpapan, yaitu di salah satu pemukiman para pembantu rumah tangga, di  Jalan PDAM kilometer 8, Balikpapan Utara, ternyata masih ada masyarakat yang belum tersentuh program ini. Memang pernah diadakan oleh RT setempat,  namun terkendala oleh waktu dan tidak adanya tenaga pengajar. Para pembantu rumah tangga yang masih buta aksara tersebut berjumlah puluhan, berusia antara 16 hingga 50 tahun, dan biasanya turun temurun. Dampak dari keadaan tersebut, adalah mereka menjadi takut untuk mengurus hal-hal atau administrasi yang berhubungan dengan aksara, dan akhirnya dimanfaatkan oleh oknum. Misalnya untuk mengurus akte kelahiran, KTP, kartu puskesmas, dan lain-lain, mereka harus minta tolong pada seseorang kemudian dimintai biaya yang cukup besar untuk ukuran mereka. Disamping itu, yang menyedihkan, dikarenakan buta aksara, maka anak-anak mereka banyak yang tidak bersekolah, dengan alasan tidak mempunyai akte kelahiran, atau bagi sebagian mereka sekolah belum dianggap penting. Beberapa anak usia belasan, putus sekolah dan belum bisa membaca. Menikah muda dan mempunyai anak kemudian menjadi pilihan, walaupun terkadang tanpa adanya bukti surat nikah. Sungguh memprihatinkan melihat kondisi ini. Sejak Februari 2013, ada wadah kegiatan Belajar Mengajar untuk anak-anak usia dini dan putus sekolah di tempat tersebut yang diadakan oleh beberapa relawan. Walaupun seminggu hanya 1 -2 kali pertemuan, namun cukup memberikan perubahan kearah yang lebih baik  dalam hal sikap, perilaku dan kemampuan motorik anak-anak tersebut. Rencana selanjutnya adalah mengajar para orangtua disana agar bisa belajar membaca dan pengetahuan dasar, namun lagi-lagi terkendala oleh waktu dan tenaga pengajar. Para pembantu rumah tangga kalau pagi hingga sore harus bekerja di perumahan yang jaraknya lumayan jauh. Yaitu di Perumahan Balikpapan Regency dan Sepinggan Pratama. Malam hari, tidak ada tenaga pengajar yang bisa mengajar disana. Semoga dengan tulisan ini, ada yang bisa memberikan solusi terbaik, agar masyarakat disana bisa mendapatkan pembelajaran membaca dan pengetahuan dasar, sehingga bisa menambah wawasan dan merubah kehidupan mereka ke arah yang lebih baik.  Sehingga kota Balikpapan kita tercinta benar-benar bebas buta aksara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun