Mohon tunggu...
Baldus Sae
Baldus Sae Mohon Tunggu... Penulis - Dekonstruktionis Jalang

Pemuda kampung. Tutor FIlsafat di Superprof. Jurnalis dan Blogger. Eks Field Education Consultant Ruangguru. Alumnus Filsafat Unwira. Bisa dihubungi via E-mail baldussae94@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Menafsir Ananda

15 November 2017   13:34 Diperbarui: 15 November 2017   13:50 761
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasca aksi walk out Ananda ketika Gubernur DKI Jakarta, Anis Baswedan sedang berpidato, beberapa jam sesudahnya, saya bersama teman-teman mendiskusikan kejadian ini di ruang jemuran asrama kami, Sabtu (11/11). Tentang tempat diskusi kami jangan kau permasalahkan. Tidak ada pretensi penyejajaran sosok Anis dengan ruang diskusi ini. Anis tetaplah Anis, Gubernur DKI yang kami hormati. Dan jemuran, tetaplah jemuran, tempat menjemur pakaian sekaligus ruang diskusi yang paling sering kami gunakan. Tidak saja pakaian basah yang kami gantungkan dijemuran ini tapi juga ide-ide nakal kami. Ya, begitulah kami memaknai jemuran.

Kembali ke aksi walk out Ananda. Beberapa moralis (teman diskusi tentunya) memandang aksi ini bertentangan dengan prinsip-prinsip etis. Melanggar sopan santun, tidak pancasilais. Ingat sila ke -- 2 (kemanusiaan.....). hormat -- menghormati, harga -- menghargai mestinya dijunjung tinggi oleh sesama anak bangsa di negeri ini. Kemanusiaan haruslah dikedepankan. Bagaimana mungkin Ananda berdalih bahwa atas alasan kemanusiaan dia melakukan hal ini, sementara caranya jelas bertentangan dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan? Paradoks, bukan?

Sebagai team oposisi para moralis, saya bersama teman-teman memandang wajar aksi Ananda. Salahkah jika harus mengkritik pemimpin? Apakah tidak pantas saya menyuarakan kebenaran melalui kritik? Coba ingat, lagu Bento ciptaan Iwan Fals itu kritik siapa? Penguasa, penguasa, beri hamba uang. Beri hamba uang. Beri hamba uang! Iwan Fals memang piawai dalam hal ini. Bukan sekedar lagu yang dilantunkan tapi terselip perjuangan kemanusiaan di dalamnya.

Meme SetNov yang beredar di sosial media baru-baru ini, untuk apa? Karena tak mampu bersuara dan tidak ada kans untuk menyuarakan, rakyat terpaksa memilih jalan seperti ini. Di hadapan penguasa, posisi rakyat memang selalu lemah. Hukum alam jelas telah menggariskan bahwa yang kuat selalu keluar sebagai pemenang. Lalu, kami rakyat bisa apa? Apa harus diam dan membiarkan suara kami dibungkam terus-menerus? Kalau dengan cara kritik, sura kami mungkin didengarkan, kenapa memilih diam? Kritik, jika ditanggapi secara positif tentu berbuah konstuktif. Inilah dasar pijak keyakinan kami tentang kritik.

Ananda, dalam kapasitasnya sebagai rakyat tentu paham hal ini. Menurut Ananda, Anis meraih jabatan sebagai Gubernur dengan cara yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Kanisius. Integritas seorang Anis dipandang bertentangan dengan apa yang  diajarkan di Kolese Kanisius, yang diterimanya semasa di Kolese Kanisius. Idealnya, dalam Negara demokrasi, seorang pemimpin haruslah lahir dari rahim demokrasi yang sehat. Loh, bukankah Anis itu gubernur yang dipilih secara demokratis? Salahnya di mana? Hati-hati!

Ananda sehat? Kalau integritas bang Anis bertentangan dengan nilai-nilai kanisian, integritas Ananda sejalan gak' dengan apa yang diajarkan di Kolese? Rupanya, sebagai seorang komponis level mondia, Ananda sengaja memainkan simfoni indah agar perayaan peringatan 90 tahun Kolese Kanisius ini menjadi lebih semarak. Gaungnya bukan saja dirasakan warga Kemayoran tetapi menjangkau Sabang -- Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote. Terbukti berhasil. "komposisi music dadakan" Ananda menjadi viral di sosial media.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun