Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu Oblesse Oblige?

13 Januari 2022   07:21 Diperbarui: 13 Januari 2022   07:26 4362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sang Pemilik Kekuasan [kekayaan, jabatan, dan kehormatan]" wajib memiliki pengetahuan tentang VITA CONTEMPLATIVA berupa Thinking/berpikir, Williang/berkehendak, Judging/memutuskan terbaik diwilayah publik setelah melalui Animal Laboran/Vita Activa, sebagai Homo Faber dimana pekerjaan atau tindakannya {Work} memiliki ada tujuan tertentu, ada alat; dan akhirnya Animal Rational dimana hidup itu dikuasi oleh fakultas akal budi terbaik [The Life of the Mind]; Mengapa demikian?

Karena sang Pemilik Kekuasan [kekayaan, jabatan, dan kehormatan]"  adalah manusia yang Rasional Harus Bisa Dipertanggungjawabkan Secara Terbuka  Dalam  Diskursus  Publik Intersubjektif; karena Hukum dan Moral hanya bisa diwujudkan dalam ranah pengetahuan bersama yang bersifat "UMUM' maka diperlukan "Pengetahuan Bersama" atau berbasis "Perasaan/Perasaan Umum" maka ada Rasio Umum/ Ide Paham Kebersamaan.

'RUANG PUBLIK' bermakna dan mengacu pada Filsafat Moral Kant: [1] Ada  Hukum Umum/universalitas; [2] Hormat pada Person; [3] Prinsip Otonomi sebagai Hukum Umum; Maka Pemilik Kekuasan harus mengecek apakah ada kesesuaian antara perbuatan dengan Batin; sebagai rasio Praksis antara Hukum dan Moral menurut Imperatif  Tindakan;_ lihat Rumusan Kant tentang Imperative kategoris ["Bertindaklah semata-mata menurut prinsip (maksim) yang dapat sekaligus kaukehendaki menjadi hukum umum"].

Akhirnya Syarat "Pemilik Kekuasan" Menguasai dalam Tindakan "RAOS GESANG" seperti diajarkan oleh Ki Ageng Suryamentaram,  yakni "bisa rumangsa, ojo rumangsa bisa" atau wajib bisa merasa [berempati], bukan merasa bisa [sombong], "Angrasa Wani" atau Berani bersikap, risiko, berinovasi, dan bertindak tegas, "Angrasa Kleru" atau berani bersikap Ksatria, berani mengakui  jujur pada kesalahan, dan "Bener Tur Pener"  mampu berbuat bijaksana Pener [sesuai Ruang Waktu], berbeda dengan Benar.

terima kasih_semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun