Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Apa Itu "Api Pencerahan"?

17 Juni 2021   09:17 Diperbarui: 17 Juni 2021   09:40 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa Itu "Api Pencerahan"?

Ketika Adam dan Hawa memakan buah pengetahuan, karir manusia sebagai makhluk rasional-empiris dimulai. Atau ketika Prometeus mencuri api dari Zeus sebagai personifikasi dari pengetahuan. 

Api curian itu oleh Prometehus berikan kepada manusia, dan sejak itulah manusia baru mulai dapat berpengetahuan. Pengetahuan tentang alam dan dirinya akhirnya membawa manusia menjadi pencipta makhluk cerdas itu sendiri. 

Dan hari ini sejarah membutikan melalui teknologi bernama artificial intelligent menguasai semua lini kehidupan manusia yang mengalahkan manusia itu sendiri. Suatu saat nanti Jakarta ke Jepang, terus ke London hanya memerlukan waktu tidak lebih dari 10 menit, era Teleskop luar angkasa Hubble. Itulah otak manusia cerdas, yang tidak dibayangkan jauh sebelumnya; global adalah pemadatan ruang dan waktu menjadi nol.

Filsuf Georg Friedrich Hegel adalah pemikir kemajuan dialektis dan dengan pertimbangannya seseorang juga dapat menjelaskan masa depan. Manusia hanyalah tuan rumah perantara bagi dewa berikutnya pada kemunculan adanya kecerdasan buatan.

Ulang tahun Hegel tidak bisa lebih baik dari tahun korona. Siapa pun yang, seperti Hegel, melihat "momen moral" dalam perang karena dia menyatukan komunitas, harus menikmati pandemi yang  memaksa individu untuk melihat dirinya sebagai bagian dari keseluruhan yang lebih besar.

Pujian Hegel untuk perang hanyalah salah satu ide kontroversialnya. Dan dengan Hegel tidak hanya diperdebatkan apakah seseorang dapat setuju dengannya, tetapi juga bagian mana. Hegelian Kiri memujinya sebagai filsuf Revolusi Prancis, tetapi Hegelian Kanan sebagai filsuf negara Prusia. Penelitian Hegel yang lebih baru mendamaikan keduanya dengan kesatuan aturan hukum dan negara kesejahteraan.

Menurut teori Georg Friedrich Wilhelm Hegel, proses tiga langkah dialektis menyelesaikan kontradiksi antara tesis dan antitesis dalam kualitas sintesis yang lebih tinggi. Dari sini Karl Marx menyimpulkan bahwa masyarakat tanpa kelas "secara tak terhindarkan" muncul sebagai suatu sintesis ketika kondisi-kondisi (tesis) yang tak tertahankan dihancurkan oleh sebuah revolusi atau reformasi (antitesis)

Rekonsiliasi pertentangan ini mengarah pada sosok pemikiran Hegel yang paling penting; dialektika, yang ia jelaskan dengan menggunakan contoh cinta: Pertama ada kekasih sebagai Miss MY. Itulah tesis. Pada yang dicintai, sang kekasih harus melupakan dirinya sendiri, beradaptasi, sampai batas tertentu meniadakan dirinya atau alienasi diri. Itu adalah antitesis. Pada saat yang sama sang kekasih menemukan dirinya dalam penyerahan dan negasi ini pada tingkat yang lebih tinggi. Miss MY hanya menjadi benar-benar menyadari dirinya melalui Kekasih [proses alienasi diri pada yang lain]. Sampai mengakhiri sintesis.

Begitu banyak untuk Hegel untuk anak-anak. Penerapan dialektika ke seluruh urusan dunia lebih rumit. Marxisme melihat hukum perkembangan sejarah dalam tiga langkah dialektis: setiap bentuk masyarakat mengarah ke yang lebih tinggi berikutnya dalam perjuangan dengan kontradiksinya; sampai dalam komunisme tanpa kelas manusia telah sepenuhnya mengatasi keterasingan diri sejak meninggalkan keadaan alami.

Hegel tidak berpikir sampai komunisme. Dia bahkan tidak melihat semangat industrialisasi. Namun justru Hegel yang melaluinya kita benar-benar memahami zaman digitalisasi kita. Setidaknya itulah Slavoj Zizek dalam bukunya yang baru-baru ini diterbitkan "Hegel in the Wired Brain", yang banyak membahas kecerdasan buatan dan transhumanisme. Untuk memahami apa yang menjadikan Hegel sebagai filsuf revolusi digital, kita harus kembali ke pecinta pertama dalam sejarah dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun