Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Ontologi Jawa Kuna

20 Februari 2020   01:41 Diperbarui: 20 Februari 2020   10:56 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ontologi Jawa Kuna | Dokpri

Ontologi Jawa Kuna

Saya simpulkan hasil riset saya bahwa Ontologi Jawa Kuna, adalah sejajar dengan "Dumadi".  Tetapi bukan makna secara umum seperti yang dipahami selama ini. 

Makna kebatinan hasil riset saya; "Dumadi bahwa apapun yang dipercayai pada akhirnya mengalami pardoks, atau kebenaran itupun sebagai "bayang-bayang" atau samar-samar dan tidak bisa dirumuskan secara finalitas apapun di dunia ini secara finalitas. Maka manusia harus memahami semuanya ini dalam kondisonal dan situasional "nrimo ing pandum"; tanpa interpelasi, tanpa putus asa,

Ontologi Jawa Kuna bahwa seluruh Realitas adalah "Dumadi".  Sebuah proses yang senantias berubah, bergerak, menajdi mengalir, dan tiap titik {"mbatik"}  adalah kesimambungan saling beralienasi, berkolaborasi, menghasilkan siklis menjadi  atau tanda-tanda yang tak pernah putus-putus yang menari mencari harmoni, dan merahabilitasi dirinya sendiri. Semua realitas didalam alam [kosmos] dan diri adalah enigma X yang tidak mampu didefinisikan dipahami.

Maka dengan enigma X yang tidak mampu didefinisikan dipahami ini menghasilkan sebuah nilai sikap hidup manusia menjadi [a] malu dan takut ["wedi, isin"], dan [b] rame ing gawe sepi ing pamrih "bekerja dengan tekun ulet, tanpa mengharapkan pamrih" sebuah dokrin loyalitas mencintai kehidupan universal;

Makna "kehidupan universal" kata Jawa, tidak ditafsir secara harafiah pada suku atau etnis. Kata Jawa adalah kata sifat, jadi orang Jerman, Orang Korea, Orang Jepang, Orang Amerika, Orang Papua, Orang Manado, Orang Dayak, Orang Flores, Orang Bali, bisa menjadi manusia Jawa jika mereka berperilaku dengan menginternaliasi sikap batin Jawa.

Sebaliknya orang Jawa bisa tidak menjadi Jawa, karena kehidupannya menginternaliasi Mental Spanyol atau Belgia. Jadi penelitian ini berlaku "kehidupan universal" tanpa definisi etnis sempit dan picik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun