Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Problem Utama Indonesia Karena Ada Kata Benar Salah

15 Desember 2019   20:18 Diperbarui: 15 Desember 2019   20:12 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Problem Utama di Indonesia Karena Ada Kata Benar dan Salah

Pernahkah anda membayangkan apa problem utama manusia terutama di Indonesia. Jika diamati maka problem utama adalah hidup ini adalah keinginan dan pengakuan apa itu benar dan apa itu salah. Atau ada dikothomi benar salah.

Jika ingin diperluas lebih dalam lagi maka kerangka pemikiran ini sesungguhnya harus ditata ulang kembali, mengapa manusia selalu berpikir bersifat dikotomi benar salah, boleh tidak boleh, halal haram, dosa amal, sorga neraka, jahat baik, kaya miskin, tua muda, baik buruk, muka belakang, kiri kanan, cinta benci, atas bawah, kecil besar, bodoh pintar, jujur korupsi, sukses gagal, menikah tidak menikah, cepat lambat, lulus tidak lulus, punya atau tidak punya, ada atau tidak ada, dan seterusnya.

Maka problem utama di Indonesia adalah cara berpikir manusia masih keras kepala pada apa itu benar dan apa itu salah. Sehingga bagi mereka yang salah [bersalah] wajib dihukum, dikeberi, diberikan sanksi moral, dipermalukan, dianggap sebagai sampah manusia, jika perlu dimusnahkan, atau dimatikan. Kemudian dissul dengan sikap senang menyalakan orang lain, dan merasa diri benar sendiri;

Bagi manusia lain atau mereka yang salah [berdosa] perlu dimusnahkan,  di anggap berbahaya, mengganggu tatanan, dan perlu disikat habis. Tampaknya masyarakat lebih tidak berani menggugat cara berpikir yang melampaui baik dan buruk atau benar salah [beyond] kemudian menentukan magisterium baru cara menilai memahami dan memutuskan pada hal yang melampaui benar dan salah [beyond]; manusia lebih nyaman jika ada pegangan hidup apa yang disebut kebenaran yang diyakini;

Problem lain adalah para pendidik, dosen, pendidik agama, atau orang yang merasa dirinya bisa mengajarkan kebenaran [padahal tidak mampu] namun kemudian didikan ini ditelan mentah-mentah oleh generasi muda [anak didik], atau orang lain, kemudian mati-matian membela kebenaran yang sebenarnya salah [kebenaran tidak teruji], dan membahayakan orang lain. Problem ini jauh lebih rumit, dan nampaknya gejala ini semakin melebar dimana-dimana; dalam masyarakat sekarang ini.  Sehingga bisa menjadi pegangan hidup, atau idiologi yang sebenarnya adalah keliru.

Apalagi ada manusia sombong [pongah] merasa diri paling benar, berebut benar, dan akhirnya kebenaran adalah kekuasaan itu sendiri. Di Indonesia seuatu kebenaran yang belum tentu benar tetapi dibela mati-matian, bahakan dengan kekarasan melawan kesalahah.  Memiliki kebenaran lebih gawat lagi bila dikaitkan dengan kampung sebarang ["Sorga"] kata orang beragama dan merasa itulah kebenaran akhir, paling benar, paling luhur, paling baik, dan paling berguna, serta paling tak bisa ditawar-tawar.

Kebenaran mati-matian; diluar kebenaran yang diyakini, di pahami adalah harus dibenci, dihukum, dan ditindak. Padahal kebenaran itu hanya sebuah kata; tidak lebih dari itu; benar salah adalah bahasa, jadi manusia seakan-akan menjadi budak bahasa, dan kata-kata [lisan, tertulis, visual]. Orang dianggap sah nikah dengan kata-kata saja, [aneh juga]; Manusia patuh pada kata-kata. Ada benar ada salah itu hanya kata-kata, huruf, dan kalimat. Mengapa manusia bisa menjadi sesuatu yang merusak brutal, memuji, atau menyangkal hanya dengan kekuatan pada kata-kata, dan kalimat;

Herannya lagi ada kemarahan paling besar adalah sikap tindakan, dan perbuatan demi membela yang benar [padahal hanya sebuah kata-kata];  Maka ada manusia gila kebenaran di Indonesia, atau mabok merasa benar; Lalu mengapa manusia manusia [khususnya masyarakat] Indonesia gila dan mabok pada kebenaran. Sesungguhnya kondisi ini yang membuat Indonesia bisa hancur, pecah belah, dan merusak kita semua. Padahal salah satu aspek kebenaran itu adalah cara pandang [world view] atau Perspektivisme sering kali disalahpahami dan tidak mampu didefenisikan sampai finalitas.

Diperlukan Dekontsruksi atau rekonstruksi defenisi ulang apa yang disebut benar salah jikapun ada dan bisa ditemukan;  Saya rasa bangsa  Indonesia dapat bangkit menjadi SDM unggul maka harus  ada dokrin Idiologi  diawali dengan pertanyaan yang harus dijawab tuntas apakah ada atau tidak apa pengertian kebenaran, dan kesalahan itu yang sesungguhnya [paling dalam tanpa paradox]; Saya curiga defenisi kebenaran pada sebagian punggawa Negara, dan sebagian besar anak bangsa ini [maaf] belum paham; apalagi mengharapkan sebuah kebijaksanaan jelas menjadi barang langka. Apalagi dalam filsafat kebenaran itu belum ada, dan jikapun ada nanti diakhir sejarah, yang ada adalah sementara benar; 

bersambung//

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun