Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pertama Kalinya dalam Sejarah Dayak Demo di Depan Istana Negara [3]

7 September 2019   00:25 Diperbarui: 7 September 2019   00:27 1247
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa semua butir beras kuning yang sudah dibuat ritualnya menghilang. Dengan tidak ada maksud apapun bahwa "Partisipasi Kosmis"  benar ada, nyata, dan hadir atau ada. Bagimana tafsir semiotika dan hermeneutikanya;

Saya menyusun diskursus tentang kilas balik roh paling dalam pada mental warga Negara Dayak di Pulau Borneo. Di Pulau Borneo ada enam suku besar Dayak, dan 405 suku kecil, yang tersebar di seluruh Kalimantan. Pada tahun 1838 James Brooke, seorang petualang Inggris dengan warisan dan kapal perang bersenjata tiba untuk menemukan Kesultanan Brunei melawan pemberontakan dari perang seperti suku dayak pedalaman. Sarawak berada dalam kekacauan, Brooke mengisiolasikan pemberontakan dan  menandatangani perjanjian pada tahun 1841 dianugerahi gelar Gubernur dan diberikan kekuasaan atas sebagian Sarawak.

James Brooke menenangkan perang dengan penduduk asli dayak, menekan pengayauan [bunuh membunuh], menghilangkan perompak Kalimantan yang sangat ditakuti. James Brooke   mengalami kesulitan menghadapi Libau "Rentap"  kemudian dikalahkan di Bukit Sadok setelah tiga ekspedisi oleh Brooke. Perjungan ini dapat berhasil  setelah James Brooke yang dibantu oleh beberapa orang Dayak sendiri. Maka James Brooke menyimpulkan: "Hanya orang Dayak yang dapat membunuh orang Dayak". Dan persisi disinilah makna palin dalam pada acara tabur beras kuning dayak;

Maka peristiwa Demo Pertama Kalinya Dalam Sejarah Dayak di Depan Istana, memiliki kontelasi yang lebih luas, dan lebih mendalam serta memiliki makna semiotika sebagai berikut:

Ke [a] Konflik mistik prima berakhir dengan pembunuhan timbal balik yang saling menguntungkan. Maka pada saat demo ketika beras kuning ditabur, dalam hitungan 30 menit didepan mata, dan disekitar podium habis hilang melayang dan pergi. 

Penciptaan kematian sebagai makam abadi didunia ini adalah niscaya dan kemudian di satukan dalam harmonis siklis. Dua roh yakni Sengalang Burong sebagai dewa perang dan penyembuhan. Maka kekelaan adalah  pembunuhan,  dan penyembuhan untuk menguji konsistensi kemampuan atau di sebut Gawai. Pembunuhan  timbal balik berfungsi untuk menyatukan berbagai bidang  Dunia, atas  dan bumi dunia bawah; Atau menyembuhkan orang sakit dengan mengambil jiwa mereka yang sedang dalam perjalanan menuju tanah kematian dunia atas, menemani dan melindungi jiwa orang mati dalam perjalanan ke tempat yang tepat di dunia atas, memimpin festival pembaruan dan regenerasi siklis, Itulah alasan kepergian beras kuning dayak;

Ke [b] Beras kuning yang ditabur  di Depan Istana sebagai pertanda. Metode  untuk menerima pertanda di mana pertanda yang baik secara sengaja dicari. Metode pertama adalah melalui mimpi untuk menerima jimat atau obat-obatan (obat) dan kutukan (sumpah) pada kemarahan yang tersembunyi. Metode kedua adalah melalui pertanda binatang memiliki efek jangka panjang sifatnya cukup acak. Metode ketiga adalah melalui pertanda burung yang memiliki efek jangka pendek umumnya terbatas pada tahun pertanian tertentu atau kegiatan tertentu yang dilakukan. Metode keempat adalah melalui ramalan hati babi setelah perayaan festival. Metode kelima namun tidak sedikit adalah melalui isolasi untuk menerima jimat, kutukan, obat-obatan, atau penyembuhan. Acara nya ada didalam Rumah Panjang Dayak (Rumah Benteng) ada tujuh burung pertanda di bawah pimpinan Sengalang sampai [7] hari sebagai pengendapan evaluasi proses metafisik.  Demo didepan Istana Negara dilakukan pada tanggal 29 Agustus 2019 atau Kamis [8] Legi [5] dalam hitungan dengan weton berjumlah 13. Heroskop ini mengandung makna memiliki sifat tersinggung, dan emosional kurang tertata baik.  Sedangakn persiapan demo dilakukan pada tanggal 28 Agustus 2019 pada weton Rabu  Kliwon. Rabu [7], dan Kliwon [8] maka berjumlah 15. Watak kekurangnya sama memiliki sifat tersinggung, dan emosional kurang tertata baik [mbeling], disamping watak matahari pencari kebenaran dan keadilan.

Kritik akhir yang saya sampaikan baik bersifat umum, dan bersifat khusus. [1] Indonesia ini adalah Negara Bhinneka Tunggal Ika, NKRI Harga mati, Negara memiliki Dasar Pancasila; [2] tatanan Negara atau Res Publica adalah didasarkan akal sehat, pikiran cerdas atau jelas ada pemisahan masalah wilayah publik dan wilayah pribadi atau [Res Publica, Res Privata]; [3]  Semua warga Negara adalah memiliki kewajiban dan hak, seperti hak untuk hidup, kebebasan, dan properti, memiliki dasar yang independen dari hukum masyarakat tertentu. 

[4] Negara dan Bangsa ini kaya, dan memiliki banyak potensi alam, tanah, air, [5] Negara dan masyarakatnya pandai, unggul, dan hebat; [6] tiga sektor: sektor publik (pemerintah), sektor swasta (perusahaan bisnis) dan masyarakat sipil  dengan etika public tidak lepas menjadi sebuah kebijakan 'otoritas', maiestas atau 'keagungan' dan res publica mewujudkan republik Indonesia hebat; [7] Negara ini percaya pada Tuhan dimana tidak ada satupun manusia Indonesia boleh mencuri dan mengambil yang bukan miliknya; dan tidak boleh berbohong, menyakiti sesama. Tiga hal ini saja dilakukan tahap awal yang baik bagi NKRI yakni  tidak mencuri, dan jangan berbohong, dilarang menyakiti sesama. Dan semua dimulai pada diri sendiri, semua sudah jelas tatanannya disepakati bersama-sama sebagai  anak bangsa yang adil dan beradab.

Jika semua stakeholder sektor publik (pemerintah), sektor swasta (perusahaan bisnis) dan masyarakat sipil  dikelola dengan dasar Negara  yang baik [Res Publica]; maka jelas tidak pantas apa itu demo-demo dalam bentuk apapuan, protes, berebut jabatan, kekuasaan, saling iri hati, dengki, rasis, konflik antar suku, antar etnis, antar agama, dan mencari ego masing-masing anak bangsa.

Semua tindakan penyimpangan egosime, dan kejahatan harus dihentikan dari diri kita masing-masing. Jika kita semua sebagai warga Negara masih ribut soal jabatan, kekuasaan, pelanggaran HAM, memperkaya diri sendiri,  dan terus memperlemah Negara ini tidak heran 12 tahun mendatang kita tidak akan pernah maju, dan bisa bubar, dan berakhir pada penderitaan yang tidak ada obatnya;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun