Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tanah Dayak Borneo dan IKN

14 Agustus 2019   22:19 Diperbarui: 29 Februari 2020   22:46 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prof Apollo. Dokpri

Ke [3] Investor harus menghormati semua hak penggunaan lahan yang ada pada  penduduk Dayak Borneo termarjinal. Mereka harus memastikan  prinsip persetujuan bebas, didahulukan dan diinformasikan diikuti dalam semua perjanjian, serta mencari alternatif alih pengalihan hak atas tanah dari produsen industry skala kecil.

Ke [4]  Pemodal dan pembeli harus menerima tanggung jawab rantai pasokan penuh. Mereka harus mewajibkan semua operasi pertanian yang mereka biayai atau gunakan sebagai pemasok untuk mengikuti prinsip-prinsip yang disebutkan di atas, dan menyelesaikan masalah yang ada.

Ke [5] Pemerintah negara asal [membantu pendanaan membangun IKN] harus mewajibkan perusahaan yang berinvestasi di luar negeri untuk sepenuhnya mengungkapkan kegiatan mereka, dan memastikan  standar dan perlindungan diterapkan untuk melindungi produsen makanan skala kecil dan populasi lokal, termasuk melalui organisasi keuangan pembangunan.

Pada tokoh adat Dayak  Kaharingan dan petani tradisional ladang berpindah di Kalimantan  yang saya wawancara tentang masa depan  generasi berikutnya  melihat pentingnya mata pencaharian yang berkelanjutan dari nilai intrinsic tanah Dayak, tetapi juga tanah dan nilai kekayaan yang ia maksud tidak dapat diukur hanya dalam uang atau jumlah Rupiah, atau nilai ganti rugi. 

Tanah bagi Dayak Kuna  diukur dalam pengalaman metafisik pada tanah, bekerja di tanah, merawat tanah, dan merawat semua hewan kafir; babi, ayam, anjing, dan tanaman, pohon gaib, hewan liar atau kebon yang tumbuh pada tanah tersebut.

Fungsi Wangsa Tanah itu diukur dalam kemampuan untuk mandiri, untuk memberi makan dirinya sendiri dan keluarganya. Tanah Bagi Dayak Kaharingan diukur dalam cara   mempertahankan dan memperkuat komunitas social budaya mereka dengan tetap menjaga keseimbangan kepentingan makro Negara dan Bangsa Indonesia. 

Wangsa Tanah diukur dengan di-root ke suatu tempat dan memberikan sesuatu yang berharga kepada generasi berikutnya dalam tradisi keberakaran mereka;

Bagi saya, memahami kekayaan nyata di tanah itu adalah kunci menuju masa depan yang berkelanjutan bagi kita sebagai bagian-bagian suku bangsa dalam kerangka Indonesia milik bersama-sama.

Tantangan terbesar Bangsa Indonesia  adalah melihat kembali bagaimana mayoritas melihat "kekayaan." Kekayaan tanah tidak dapat kalkulasikan secara ekonomis, hingga pengembalian investasi para investor. Itu tidak dapat diukur dengan komoditas yang dikembalikan kepada manusia dalam return, kandungan tambang, atau ukuran barel.

Dorongan untuk mengekstraksi sebanyak mungkin nilai dari tanah memaksimalkan produksi tanpa memperhatikan apakah eroasi atau penurunan metafisik tanah, untuk memberikan tanah penduduk Dayak Borneo termarjinal  kepada investor atas nama IKN, untuk merebut tanah yang dipegang oleh keluarga selama beberapa generasi demi keuntungan perusahaan, pemindahan ibu kota dan dampaknya pada 400 tahun mendatang, memuculkan krisis  tanah, makanan kita, bangsa kita dan masa depan kita.

Kita perlu mendefinisikan kembali kekayaan sebagai kemampuan untuk mencari nafkah yang layak dari tanah dan mempertahankannya untuk generasi berikutnya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun