Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Episteme Kesakralan pada Makam Peneleh Surabaya

18 Juni 2019   00:57 Diperbarui: 18 Juni 2019   01:05 192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mircea Eliade [1907-1986]  menyatakan kematian adalah mengingat pintu masuknya ke ruang tamu bahwa "cahaya warna-warni menakutkan" telah berubah menjadi "istana dongeng", dia  menulis,.....Saya berlatih selama bertahun-tahun untuk menangkap kembali momen epifani itu, dan saya akan selalu menemukan kelimpahan yang sama lagi. Saya akan memasukkannya ke dalam fragmen waktu tanpa durasi anpa awal, tengah, atau akhir. 

Selama tahun-tahun lyce saya yang terakhir, ketika saya berjuang dengan serangan melankolis yang mendalam, saya kadang-kadang masih berhasil kembali ke lampu hijau keemasan sore itu. [...] Tetapi meskipun kebahagiaan itu sama, sekarang tidak mungkin untuk menanggungnya karena itu memperburuk kesedihan saya terlalu banyak. Pada saat ini saya tahu dunia tempat ruang duduk itu [...] adalah dunia yang hilang selamanya.

Mircea Eliade [1907-1986]   menyatakan kematian adalah apa yang disebutnya sebagai kembalinya yang kekal.  kepercayaan tersirat, yang seharusnya ada dalam pemikiran keagamaan secara umum, bahwa perilaku keagamaan adalah tidak hanya tiruan, tetapi juga partisipasi dalam, peristiwa sakral, dan dengan demikian mengembalikan waktu mitis yang asli untuk menunjukkan bagaimana agama muncul dari pengalaman yang suci, dan mitos waktu dan alam.

Dokpri
Dokpri
Mircea Eliade berpikir mistikus India dan Cina mencoba untuk mencapai "keadaan acuh tak acuh dan netralitas yang sempurna" yang menghasilkan kebetulan yang bertolak belakang di mana "kesenangan dan rasa sakit, keinginan dan tolakan, dingin dan panas [...] dihapus dari kesadarannya ". Dalam meniru tindakan teladan dewa atau pahlawan mitos, atau hanya dengan menceritakan petualangan mereka, orang dari masyarakat kuno melepaskan diri dari waktu yang profan dan secara ajaib masuk kembali ke dalam Waktu Besar, waktu sacral.

Lalu apa hasil studi etnografi pada kondisi manusia menempati makam di Makam Peneleh Jl. Makam Peneleh No.35A, Peneleh, Kec. Genteng, Kota SBY, Jawa Timur 60274. Mengapa mereka melakukan aktivitas normal sama dengan tempat lain [bukan makam]. Mengapa mereka betah dan bisa saja menempati lahan makam tersebut sebagai kegiatan harian apapun tanpa ada rasa sungkan, atau takut.  Jawaban penelitian ini tidak mengambil karena alasan ekonomi, krisis lahan, atau alasan-alasan lain yang umum dalam pandangan masyarakat. Saya menggunakan pandangan yang berbeda dari hal hal semacam itu. Berikut ini adalah hasil wawancara dan studi etnografi yang saya lakukan.

Dokpri
Dokpri
Ke [1] Masyarakat tradisional dekat dan akrab dengan namanya kematian, kemudian menempatkan dunia mereka yang dikenal pada sudut pandang mereka; dunia mereka yang dikenal adalah dunia yang mematuhi tatanan yang dapat dikenali, dan oleh karena itu haruslah ranah di mana   memanifestasikan dirinya; daerah di luar dunia yang dikenal, yang tampak aneh dan asing, harus terletak  di luar tatanan yang ditetapkan. 

Maksudnya  yang universal: manusia tradisional,  katanya, "selalu percaya bahwa ada realitas absolut, sakral  bersifat niscaya yang melampaui dunia ini tetapi memanifestasikan dirinya di dunia ini, dengan demikian menguduskannya dan menjadikannya nyata". Maka bagi manusia tradisional, peristiwa kematian adalah mengingatkan mereka pada  sejarah menjadi penting dengan meniru peristiwa sakral dan transenden. Maka manusia tradisional selalu akrab dengan kematian; dan kematian adalah hal bisa normal, dan wajib dijalankan dengan menerima secara iklas dan legowo;

Dokpri
Dokpri
Ke [2] Manusia modern jauh berjarak dengan kematian. Orang meninggal tidak dirumah tetapi ada rumah duka; orang sakit ditaruh dirumah sakit bukan dirumah sendiri, orang sakit dijaga dokter suster bukan dijaga keluarga.

Kondisi manusia modern berusaha mencegah menolak kematian dengan obat obatan, dan alat-alat kesehatan, peralatan dan kebudayaan. Penyangkalan dan kondisi  menampilkan "jejak" dari "perilaku mitologis" karena ia sangat membutuhkan waktu sakral dan pengembalian kekal atau disebut  Simbolisme  dan Kegelisahan Manusia Modern" tentang Mitos, Mimpi, dan Misteri.

Dalam kasus kematian mereka, peristiwa sakral tidak terbatas pada zaman purba yang jauh, tetapi terus berlanjut sepanjang sejarah yang menakutkan dan meneroro: "waktu bukan lagi [hanya] berputar dan kekembalian hal yang sama secara abadi;   menjadi waktu linear dan tidak dapat diubah; yang sakral adalah struktur kesadaran manusia tidak dipercaya karena tidak dapat dibuktikan secara empiris: "belum ada yang muncul kategori dasar sakral sehingga makam wajib ditakuti; akhirnya manusia juga pasti meninggal dunia; muncul dari pengalaman yang suci, dan mitos waktu dan alam.

Dokpri
Dokpri
Ke [3] Masyarakat tradisional dekat dan akrab dengan namanya kematian, dan berdampak pada aktivitas normal disekitar makam adalah bentuk nostalgia untuk kerinduan pada asal-usul", keinginan untuk kembali ke daya  purba atau eternal return, maka kondisi makam adalah wujud peristiwa sakral, dan dengan demikian mengembalikan waktu mitis yang asli. Makam adalah bentuk  dalam ruang profan, menurut definisi, adalah contoh dari sesuatu yang menerobos dari satu bidang keberadaan ke yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun