Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Meta Semiotika Pertemuan Presiden dengan Sultan HB X

9 Juni 2019   10:25 Diperbarui: 9 Juni 2019   10:53 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan hasil penelitian dan pengalaman saya bidang metafisika jawabanya   sulit sekali diperoleh dijawab secara lahiriah, maka wajar wartawan tidak menemukan jawaban. 

Ini dialog menggunakan semacam dua Punggawa Negara itu sama dengan teori hermeneutika Wilhelm Dilthey (1833-1911), sebagai cara  [Geisteswissenschaften], artinya semua ilmu social dan kemanusian, semua ilmu yang menginterprestasikan ekspresi-ekspresi atau "kehidupan batin manusia" baik dalam bentuk ekspresi (afeksi), perilaku historis, tradisi, metafisik,  kodifikasi hukum, karya seni atau sastra. Atau pertemuan dua Punggawa Negara itu  lebih banyak bersifat "dialog batin manusia".

Atau supaya lebih ada penjelasan alat akademis lain yang menunjang adalah interpretive theory of culture yang dilakukan oleh peneliti Clifford Geertz, pada riset etnografi The Religion of Java (atau agama manusia Jawa) dalam sisi kejawen (Jawa Kuna). 

Atau cara membaca lain dengan meminjam pemikiran diskursus public dalam {"Serat Wedha Tama"} bagi saya wajib diminati, untuk mendidik jiwa rasional dalam keutamaan manusia atau virtue yang melampaui.

Pertanyaan nya adalah apa  isi "dialog batin manusia" kedua punggawa Negara ini.  Jawabannya ada pada pada meta semiotika ke [7] saya jelaskan.

Meta semiotika [7] Konteks Isi "dialog batin manusia" kedua punggawa Negara ini. Arah konteks dipastikan menuju gagasan Metafora Pantai Selatan atau, Laut Selatan  atau Parangtritis dimetaforakan representasi alam wasono [alam telos manusia] atau final cause umat manusia.

Apa makna metafora Pantai Selatan atau, Laut Selatan  atau Parangtritis. Orang mungkin menyatakan kerjaan laut selatan disebut Kerajan Bunda Ratu Kidul yang menjadi legenda kebudayaan itu. Bisa saja jawaban seperti itu dan saya bisa mengikuti cara ini. 

Namun tulisan ini saya tidak lakukan.  Lebih kurang Konteks Isi "dialog batin manusia" kedua punggawa Negara bapak Presiden Joko Widodo dengan Raja Jawa Sultan HB X,  saya tafsir dengan Metafora Pantai Selatan atau, Laut Selatan  atau Parangtritis sebagai masa depan bangsa dan Negara Indonesia. 

Saya pinjam dan trans substansikan pemikiran filsuf Friedrich Nietzsche [1844-1900] tentang "Minum Air Laut" atau paling dikenal itu. Nietzsche  bertanya bagaimana  bisa minum air laut; Siapa yang memberi kami spons untuk menghapus seluruh cakrawala; Apa yang kita lakukan ketika kita melepaskan bumi dan matahari;

Dengan kerangka metaforis ini, betapa menjengkelkannya tentang "minum air lautan" Jika laut mewakili tempat tinggal umat manusia, berbagai kemungkinan bisa dilakukan, maka sebelumnya manusia ada dikelilingi oleh tanah air kaya raya Indonesia seperti dalam tahap teologis dan supernatural dokrin Jawa Kuna.

Dengan "meminum air lautan," manusia berdiri, tidak hanya di hamparan samudera yang tidak terbatas, tetapi tanpa laut itu sendiri. Dengan krisis keprihatian Indonesia secara batiniah seolah-olah  baik laut dan pantai dilenyapkan Indonesia. Umat manusia tidak memiliki apa-apa untuk berlayar di dalam. Tidak ada pantai daratan umum untuk perjalanan manusia.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun