Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Negara Ideal, dan Kritik Platon tentang Demokrasi, Tirani [5]

13 Mei 2019   08:37 Diperbarui: 13 Mei 2019   08:39 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Secara nyata adalah mereka yang sadar akan kepentingan rakyat, dan pemungutan suara akan menunjukkan kepentingan ini, karena, seperti John S Mill berpendapat, "kekeliruan di sini adalah menganggap orang-orang sebagai massa homogen dengan satu kepentingan ... kita tidak seperti ini ".

Akhirnya, kelemahan utama dalam argumen Platon, membuatnya kurang persuasif, adalah fakta  menggambarkan dan memperdebatkan apa yang didefinisikan Voltaire sebagai "'kediktatoran yang baik hati', di mana seorang penguasa lalim yang tercerahkan, tanpa perlu berkonsultasi dengan orang, akan tetap memerintah untuk kepentingan mereka. 

Dalam hal negara modern, di mana orang terus-menerus meminta pendapat yang lebih besar dalam menjalankan pemerintahan, dan dengan pandangan negatif terhadap totalitarianisme karena terjadinya abad ke -20, argumen Platon menjadi semakin tidak dapat diterapkan. 

Seperti dikemukakan Karl Popper, adalah salah menempatkan kekuasaan politik di tangan elite. Namun demikian tidak realistis untuk mengklaim  elite tidak ada hari ini, karena, selalu ada beberapa partai politik utama yang bergantian menjalankan pemerintahan.

Kesimpulan. Platon berpendapat  "tidak akan ada akhir dari masalah negara ... kemanusiaan itu sendiri, sampai para filsuf menjadi raja di dunia ... dan kekuatan politik dan filsafat dengan demikian datang ke tangan yang sama". Mungkin, argumen Platon untuk sekelompok orang berpengetahuan yang memiliki kemampuan untuk mewujudkan kebahagiaan dan keadilan di Republik itu ideal, tetapi sangat kurang realistis atau sulit dipenuhi. 

Seperti yang dikemukakan Aristototle manusia adalah binatang politik dan tidak dapat dihindari bagi kita semua, tidak hanya bagi elit orang tua, untuk tertarik dan memiliki suara dalam politik, karena itu adalah kekuatan yang mau tidak mau mempengaruhi semuanya. Argumen Platon meminta kita tidak hanya untuk tidak tertarik dalam proses politik, tetapi meninggalkan hak dan pendapat kita di tangan seorang diktator yang baik hati.

Daftar Pustaka:

Nichols, Mary P., "The Republic's Two Alternatives: philosopher kings and Socrates", Political Theory, vol. 12, no. 2, May 1984, Pages 252-274

Plato (Author), Lee, Desmond (Translator), Lane, Melissa (Introduction), The Republic, Second Edition with new Introduction (London; Penguin Classics, 2007)

Reeve, C.D.C, Plato, in Boucher, David, and Kelly, Paul, Political Thinkers: From Socrates to the Present, Second Edition( Oxford; Oxford University Press, 2009)

Reeve, C.D.C, Philosopher-Kings: The Argument of Platon's "Republic", First Edition (Cambridge, MA; Hackett Publishing Co. Inc., 2006)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun