Debat Calon Presiden Wakil Presiden dan Tradisi Akademik [14]
Pada tulisan (1, sampai ke 13) saya sudah membahas esensi Debat Calon Presiden  Wakil Presiden dan Tradisi Akademik.  Maka pada tulisan ke [14] Debat Calon Presiden Wakil Presiden dan Tradisi Akademik  saya meminjam pemikiran Filsafat dengan tema "Kepublikan".  Gagasan  Platon atau Plato tentang [Kepublikan] dikaitkan episteme "Kalos Kagathos" dipakai dalam tulisan ini adalah:
Ke [1] pada gagasan Debat Calon Presiden  Wakil Presiden harus memahami apa yang disebut "Kalos Kagathos" bagi masyarakat Indonesia". Episteme "Kalos Kagathos" dikaitkan dengan pemahaman Politea. Adalah dokrin sebagai upaya pembentukan karakter manusia dalam arti yang sebenarnya terutama dan khusus dimiliki menjadi Calon Presiden  Wakil Presiden.  Maka proses menjadi leadership adalah corak padegogis sejati menjadi manusia paripurna atau kesesuaian struktur batin manusia dengan polis.
Ke [2] Â Adalah "Kalos Kagathos" membentuk pengetahuan kebijaksanaan niscaya bertahta dalam polis. Hal ini didasarkan pada sejarah tentang runtuhnya tatanan keadilan dalam polis absennya konstitusi, dan ambruknya keutamaan manusia sehingga polis atau Negara kehilangan kedaulatannya. Dan sejarah sudah banyak memberikan contoh, dan saya rasa di Indonesia ada indikasi gagalnya system pendidikan warga Negara, dan pembentukan leadership pada proses demokrasi.Â
Akibat ini berasal dari hilangnya tanggungjawab, dan menghancurkan tanah air Indonesia. Hampir tidak ditemukan kemampuan kepemimpinan selama ini [Debat Calon Presiden  Wakil Presiden] yang memikul tanggungjawab ini terutama pada Indonesia 2045 menjadi lebih baik;
Ke [3] pada gagasan Debat Calon Presiden  Wakil Presiden harus memahami apa yang disebut "Kalos Kagathos" adalah upaya mencari menemukan para kandidat ini yang memiliki karekteristik negarawan dengan pencirian kompetensi:  [a] memiliki keutamaan keberanian atau andreia; [b] pengetahuan kebijaksanaan atau Sophia, [c] keugaharian  atau sophrosune, [d] keadilan atau dikaiosune.
Ke [4] Apa yang dimaksud Calon Presiden  Wakil Presiden berhasil indikatornya bukan hanya menciptakan kondisi lahiriah benda atau materi tetapi paling utama pada kandidat mampu menegakkan polis [tanah air Indonesia]  yang berdaulat dengan cara merealisasikan peran utamanya sebagai "pendidik warga Negara". Calon Presiden  Wakil Presiden tidak membiarkan warga Negara menjadi buas dan liar sebagai gerombolan manusia liar, membangun kedaulatan dengan cara-cara pertikaian atau perilaku sipil kerana gagalnya Calon Presiden  Wakil Presiden memimpin sebagai "pendidik warga" Negara.