Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Debat Calon Presiden Wakil Presiden dan Tradisi Akademik [6]

18 Februari 2019   10:19 Diperbarui: 18 Februari 2019   10:30 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debat Calon Presiden Wakil Presiden dan Tradisi Akademik [6]

Pada tulisan (1) saya sudah membahas esensi Debat Calon Presiden   Wakil Presiden dan Tradisi Akademik dikaitkan dengan tiga (3) tradisi akademik yakni retorika, dialektika, dan logika. Tiga tatanan ini adalah "Diskursus" ilmu atau disebut wacana dengan mengedepankan : logika, retorika, dialektika. Pada tulisan ke  (2) ini saya membahas tatanan lain pada konteks Debat Calon Presiden Wakil Presiden dan Tradisi Akademik, dengan  meminjam pemikiran Dokrin Platon dan Aristotle tentang Sikap mental Calon Presiden Wakil Presiden memiiki apa yang disebut "Phronesis Dianoia".  Kemudian pada tulisan ke (3) saya akan meminjam pemikiran Yunani atau tradisi akademik pada tatanan dengan menggunakan apa yang disebut "episteme Arete". Dan pada tulisan ke (4) ini saya membahas  Doktrin of Persuasion (Aristotle) : Ethos, Pathos, Logos. 

Debat para calon punggawa Negara atau Calon Presiden Wakil Presiden memiiki apa yang disebut kompetensi "Retorika; Ethos, Pathos, Logos".  Kemudian pada paparan ke (5) tentang Debat Calon Presiden Wakil Presiden dan Tradisi Akademik tentang konsep modalitas atau konsep Anthony Giddens pada bukunya Modernity and Self Identity (1991).

Pada tulisan ke (6) ini saya membahas konteks dengan Calon Presiden Wakil Presiden memiiki apa yang disebut kompetensi "Kearifan Local Indonesia". Kata kebudayaan berasal dari kata pengolahan tanah atau mengelola tanah, dan air ("Colere", dari bahasa Latin, di menjadi bahasa Inggris "Culture"). 

Maka Transubstansi sebenarnya berarti "kebudayaan" dikaitkan dengan semua keputusan tindakan (etika) harus memiliki pendasaran jiwa rasional pada "fakultas akal, budi manusia" dengan ciri Indonesia.

Sisi atau cara pandang yang saya pakai dalam analisis ini adalah "Kearifan Local Indonesia" dalam perspektivisme Indonesia Kuna, atau "Jawa Kuna" atau "Kejawen". 

Beberapa alasan mengapa sisi atau cara pandang (world view) ini saya ambil karena beberapa alasan (a) sensus Penduduk tahun 2010 (BPS RI) Total penduduk Indonesia 236 728 379 Jiwa, dengan 3 penduduk memiliki jumlah (1) suku etnis Jawa berjumlah 95. 217.022 jiwa atau 40,22%; (2) suku etnis Sunda berjumlah 36.701. 670 jiwa atau 15,5%, dan (3) suku etnis Batak berjumlah 8.466. 969 jiwa atau 3,58%.

Alasan ke (2) penelitian oleh Clifford Geertz 1960 judul "The Religion of Java", 1965 The Social History of an Indonesian Town, kemudian isi Serat Wedhatama oleh KGPAA Mangkunegara IV, serat Wulangreh karya Sri Susuhunan Pakubuwana IV.

Alasan ke (3) penelitian saya pada Ontologi Kejawen Solo (Apollo), Episteme Ilmu Pada Kraton Jogjakarta (Apollo), Episteme Sunda Wiwitan [2013] penelitian Hermeneutika Serat Wedhatama Kinanthi (2017).

Alasan ke (4) warisan budaya umat manusia atau fenomenologi roh (Hegel), dan Wirkungsgeschichte ("Sejarah Pengaruh" model Hermeneutika Hans Georg Gadamer) misalnya diskursus Trans Subsatansi Leadership Kearifan Lokal Jawa Kuna Untuk Indonesia tidak terlepas pada kondisi peneliti tersituasi, kesadaran adanya bayang bayang tradisi, kesadaran Zaman ini, dan repleksi diri dalam sejarah Indonesia.

Alasan ke (5) penelitian saya pada awal adanya Mataram Kuna, pada dua Wangsa Sanjaya pada artefak kebudayaan Candi Prambanan, Gunung Wukir, Candi Canggal, atau Shiwalingga, (2) Candi Ngawen, (3) Candi Asu, (4) Candi Pendem, (5) Candi Lumbung, (6) Pratasti Mantyasih, (7) Candi Gunungsari, (8) Candi Liyangan, (9) Candi Gedong Sangao Ungaran, (10) Candi Dieng.11. Candi Sukuh, 12. Candi Ceto.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun