Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Debat Calon Presiden Wakil Presiden dan Tradisi Akademik [4]

14 Februari 2019   21:11 Diperbarui: 14 Februari 2019   21:36 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Debat Calon Presiden Wakil Presiden dan Tradisi Akademik [4]

Pada tulisan (1) saya sudah membahas esensi Debat Calon Presiden   Wakil Presiden dan Tradisi Akademik dikaitkan dengan tiga (3) tradisi akademik yakni retorika, dialektika, dan logika. Tiga tatanan ini adalah "Diskursus" ilmu atau disebut wacana dengan mengedepankan : logika, retorika, dialektika. Pada tulisan ke  (2) ini saya membahas tatanan lain pada konteks Debat Calon Presiden Wakil Presiden dan Tradisi Akademik, dengan  meminjam pemikiran Dokrin Platon dan Aristotle tentang Sikap mental Calon Presiden Wakil Presiden memiiki apa yang disebut "Phronesis Dianoia".  Kemudian pada tulisan ke (3) saya akan meminjam pemikiran Yunani atau tradisi akademik pada tatanan dengan menggunakan apa yang disebut "episteme Arete".

Pada tulisan ke (4) ini saya  Doktrin of Persuasion (Aristotle) : Ethos, Pathos,  Logos. Debat para calon punggawa Negara atau Calon Presiden Wakil Presiden memiiki apa yang disebut kompetensi "Retorika; Ethos, Pathos, Logos". 

Maka; pada Ethos berisi mutu kemampuan menggunakan diksi atau bahasa dengan pendasaran etika deontologis atau etika kewajiban, dengan dua unsur, yaitu kebijaksanaan (wisdom) dan kemampuan dalam mengolah kata-kata (eloquence). Pada umumnya kata-kata (tentu saja berdasarkan logika angka dan fakta) tidak menghadirkan kata-kata ekstrems misalnya nama kondisi diganti dengan nama hewan, atau berbentuk mengutuk mencemoh melecehkan martabat manusia seperti "bangsat, gila, edan, kampret, anjing, babi, setan" dan seterusnya. Pemimpin yang idial dipastikan tidak menghadirkan kata-kata berbentuk melanggar sopan santun atau kepatutan dalam dialog budaya ke Indonesian dan ketimuran.

Fungsi retorika Ethos, sebagai komunikasi 'persuasif', meskipun tidak menyebutkan hal ini secara tegas. Kemampuan Ethos, tidak menggunakan kata-kata ekstrem atau kata-kata kasar, wujud diskurus satu orang kepada banyak orang atau masyarakat pemilih. Retorika menunjukkan kebenaran yang telah diketemukan pada gagasan road map strategi kampanye yang akan  dilaksanakan (lihat pada tulisan ke 3 sebelumnya). Dialektika antara sintesis analisis (matematika dan statistika atau dualism) dengan keyakinan kepastian faktual, sedang retorika berurusan dengan probabilitas (kemungkinan) atau hipotesis yang terjadi diwaktu mendatang atau disebut program kerja Calon Presiden Wakil Presiden. Kemampuan retorika Calon Presiden Wakil Presiden berhubungan dengan bakat multi talenta,  dan seni (mimesis) untuk mengungkapkan suatu kebenaran kepada khalayak calon pemilih yang belum yakin sepenuhnya terhadap kebenaran tersebut, dengan cara yang bahasa komunikasi yang  paling cocok atau sesuai pada target, posisi, segmentasi pemilih Indonesia. Maka tindakan ini wajib dilaksanakan oleh para Calon Presiden Wakil Presiden sebagai wujud Paidea (atau pendidikan politik Indonesia) dengan akal sehat dan waras.

"Mutu Kemampuan Debat Calon Presiden  Wakil Presiden dan Tradisi Akademik terletak pada kompetensi  persuasi retorika memiliki tiga aspek pembuktian, yaitu logika (logos), etika (ethos), dan emosional (pathos)"

Kemampuan retorika Calon Presiden Wakil Presiden pada konsep pembuktian logis (logical proof), yakni semacam silogisme (premis major, premis minor, dan simpulan logis memiliki validitas reigoritas) yang memiliki ruang untuk ditafsirkan (enthymeme), dan example (pemberian contoh) yang sangat kongkrit dan urgent bagi martabat manusia alam Indonesia. Calon Presiden Wakil Presiden  mampu menyusun Enthymeme sebagai pembentuk logika atau kerangka berpikir (logical framework deduksi universal atau res publica), disusul kemudian dengan data-data high score validity (induksi) atau contoh dipakai memperkuat pembuktian dengan detail dari pemikiran yang dimaksudkan sebelumnya.

Persis pada kondisi ini ujian Calon Presiden Wakil Presiden bisa dilakukan apakah para kandidat memiliki kredibilitas (ethos proof) atau Rethoric pantas memimpin Indonesia.

Ujian pada debat Calon Presiden Wakil Presiden memungkinkan masyarakat memperoleh evaluasi apakah para kandidat memiliki tiga sumber kredibilitas leadership : intelligence, character, dan Good will atau niat baik. 

Tahap selanjutnya adalah Ujian pada debat Calon Presiden Wakil Presiden memungkinkan masyarakat memperoleh evaluasi apakah para kandidat mempu memiliki kompetensi pada pembuktian emosional (emotional proof),   menyesuaikan suasana emosional yang ingin dicapai dalam sebuah dialog dengan masyarakat calon pemilih. Calon Presiden Wakil Presiden yang cerdas mampu mengendalikan suasana emosi yang diinginkan, bukan apa yang diinginkan para penonton saja, tetapi lebih kepada apa yang diinginkan oleh para kandindat itu sendiri. Hanya dengan cara ini maka Calon Presiden Wakil Presiden akan memperoleh pemahaman yang efektif terhadap masyarakat Calon Presiden Wakil Presiden yang baik dapat: menciptakan argumentasi (invention), menyusun bahan-bahan atau materi argumentasi (arrangement), pemilihan bahasa (style), dan bagaimana teknik penyampaiannya (tecniques of delivery). Hasil pengamatan persepsi saya melalui media TV siaran langsung menunjukkan ada Calon Presiden Wakil Presiden yang tidak memahami bahasa yang baik (SPOK) atau subjek predikat objek keterangan bahasapun belum dikuasai dengan baik. Yang ada adalah gugup dan gagap tidak focus dan tidak yakin dengan apa yang dikatakan disampaikan. Mudah-mudahan saya salah, tetapi jika benar maka Calon Presiden Wakil Presiden seperti ini butuh belajar lagi dan tentu memerlukan waktu padahal yang menjadi pemimpin Indonesia harusnya bukan percobaan atau belum siap lahir dan batin.  Maka yang muncul adalah sentiment pribadi dan bukan dialog argument. Padahal hakekat debat Calon Presiden Wakil Presiden adalah kontestasi "the best argument" dalam kerangka res publica.

Maka Calon Presiden Wakil Presiden dituntut memiliki kompetensi yang pengetahuan yang luas, kemampuan penalaran dan logika yang baik dalam berbagai macam bentuk pembicaraan (diskursus). Penguasaan terhadap berbagai macam topik, isu, informasi, data, dan sejenisnya, dapat dijadikan sebagai memori yang setiap saat mampu dibentuk menjadi argumentasi ketika dilakukan debat yang diselenggarakan oleh KPU.  Jelas pemimpin bukan amatiran, ia memiliki bakat lahir, direstui alam semesta, kelembutan merawat, memiliki kebijaksaaan, memiliki banyak memori  data akurat yang dimiliki maka akan semakin mudah untuk menciptakan argumentasi yang baik implementatif. Pemimpin adalah solusi bagi dirinya sendiri, dan terakhir adalah konklusi, mengupayakan bagaimana bangsa dan Negara mengingat apa-apa yang telah dikatakan sebagai fakta sesungguhnya dan kebenaran tetaplah sebagai ide fixed wajib dilaksanakan demi kebahagian umat manusia.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun