Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Trans Substansi Filsafat dan Reputasi Perusahaan [11]

21 Januari 2019   00:36 Diperbarui: 28 April 2019   23:38 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Trans Substansi Filsafat dan Reputasi Perusahaan [11]

Tulisan ini adalah hasil penelitian Apollo Daito, dan Pia Oliang (2015) tentang beberapa factor yang dapat mempengaruhi reputasi perusahaan. Mengacu pada aspek aksiologi ekonomi dan akuntansi yakni menyangkut kebaikan manusia sebagai manusia dalam penjewantahan kegunaan ilmu (= sains), sebagai penciri persatuan alam, manusia, dan Tuhan.

Pada upaya untuk menciptakan reputasi perusahan maka dibutuhkan apa yang disebut " etika atau tindakan baik deontolis telelogis, ".  Maka pada kajian ini  peneliti Apollo Daito, dan Pia Oliang  (2015) membuat episteme etika  dalam membentuk pranata rasio instrumental menghasilkan budaya kerja) atau filsafat etos kerja (hasil filsafat moral). Lihat pada tulisan sebelumnya.

Upaya membuat memelihara mewujudkan reputasi tentu saja memerlukan ilmu pengetahuan dan tatanan yang baik. Maka reputasi sebagai knowledge terakhir mengindikasikan hakekat pengetahuan selamanya bermuara kepada guna praktisnya, yakni demi kesejahteraan hidup manusia. Adalah Francis Bacon yang pertama kali menegaskan hal itu, kemudian  disambut baik dan dilanjutkan oleh para filsuf pragmatis Amerika. Persoalannya, bagaimana dan sejauh mana pengetahuan itu diaplikasikan dalam hidup. 

Teori  tentang nilai merupakan suatu bahan kajian yang menarik untuk dibahas. Karena didalammya terkandung nilai-nilai sebagai dasar normatif dalam penggunaan atau pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi. Tak dapat disangkal lagi kontribusi ilmu bagi kepentingan umat manusia. Ilmu telah banyak mengubah dunia dalam memberantas penyakit, kelaparan, kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang duka. Memang dengan jalan mempelajari atom kita bisa memanfaatkan wujud tersebut sebagai sumber energi bagi keselamatan manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa juga berakibat sebaliknya, yakni membawa manusia kepada penciptaan bom atom yang menimbulkan malapetaka.

 Dalam dalam kasus skandal akuntansi Enron. Jika Talcot Parson (the social systems) menegaskan ilmu pengetahuan dan kebudayaan saling mendukung secara intim, maka sebetulnya yang mau dikatakan ilmu pengetahuan merupakan unsur yang tak terpisahkan dari peradaban manusia semesta. Di satu sisi kemajuan ilmu pengetahuan sangat tergantung pada budaya pikir masyarakatnya namun kemajuan perdaban suatu masyarakat juga tidak bisa mengenyampingkan ilmu pengetahuan  begitu saja. Itulah alasannya mengapa C.P. Snow (The Two Cultures) menegaskan kita sebenarnya hidup dalam dua dunia, dunia ilmu pengetahuan dan dunia praktis (Life-world). Di satu sisi Ilmu pengetahuan menawarkan prinsip-prinsip serta cara kerja rasional, namun di lain sisi kita juga tidak dapat begitu saja mengabaikan budaya masyarakat yang dalam banyak hal belum bisa berkompromi dengan kemajuan IPTEK.

            Dewasa ini, dalam perkembangannnya ilmu menjadi kurang bijaksana pada hakikatnya, ilmu bukan lagi merupakan sarana yang membantu manusia mencapai tujuan hidupnya, namun bahkan kemungkinan menciptakan tujuan hidup itu sendiri. Disinilah moral sangat berperan sebagai landasan normatif dalam penggunaan ilmu serta dituntut tanggung jawab sosial ilmuwan dengan kapasitas keilmuwannya dalam menuntun pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga tujuan hakiki dalam kehidupan manusia bisa tercapai.

Etika (ilmu tentang tindakan manusia) adalah salah satu bentuk abstraksi yang paling nyata yang dapat dilakukan manusia. Etika adalah buah dari kemampuan manusia untuk mengabstraksi relasi-relasinya dengan manusia lain, sehingga sampai pada suatu rumusan normatif. Rumusan normatif ini ditarik dari suatu pernyataan yang bersifat faktual. Dalam arti tertentu, tarikan normatif atas sesuatu yang faktual memang sebuah lompatan. Akan tetapi, lepas dari lompatan yang lebih bersifat epistemologis tersebut, intensi dasar dari lompatan normatif itulah yang mesti menjadi fokus perhatian kita, yakni untuk melindungi manusia dari kehancuran, dan mengajak manusia untuk berpikir tentang bagaimana cara mencapai hidup yang baik, atau mencapai kebahagiaan dalam arti sesungguhnya. Esensi rasional aksilogis adalah pembahasan kaitan ilmu dan moral.  Moral, Ethos artinya  watak; mores = kebiasaaan; kesusilaan.  OM (objek material)  = perilaku secara sadar dan bebas;  OF(objek formal) = baik dan buruk. Syarat baik-buruknya perilaku. Hubungan kebebasan berkehendak dengan perbuatan susila. Kesadaran moral, hati nurani. Pertimbangan moral dan pertimbangan yang bukan moral.

    Secara garis besar, sistem filsafat moral dibedakan dalam dua macam etika, yaitu etika bertujuan (teleologis) dan etika berkewajiban (deontologis). Dalam hal ini filsafat dipusatkan pada pemberdayaan nilai-nilai moralitas ilmu. Etika dipandang sebagai ruh dalam memberi batasan-batasan penggalian pengetahuan yang mendalam. Sehingga hasil yang didapat, baik secara empirik maupun rasional, menjadi bermakna karena adanya pengevaluasian terhadap nilai manfaatnya.

 Dalam etika ini, sistem filsafat moral terbagi dalam beberapa aliran (isme). Masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Ini karena tokoh pencetusnya menggunakan paradigma tujuan yang berbeda'. Secara garis besar, sistem filsafat moral dibedakan dalam dua macam etika, yaitu etika bertujuan (teleologis) dan etika berkewajiban (deontologis). Dalam hal ini filsafat dipusatkan pada pemberdayaan nilai-nilai moralitas ilmu. Etika dipandang sebagai ruh dalam memberi batasan-batasan penggalian pengetahuan yang mendalam. Sehingga hasil yang didapat, baik secara empirik maupun rasional, menjadi bermakna karena adanya pengevaluasian terhadap nilai manfaatnya.

  Adapun aliran tersebut etika berdasarkan bertujuan (teleologis)  adalah: (1) Hedonisme, aliran ini adalah hal yang terbaik bagi manusia adalah kesenangan (hedone), yaitu segala apa yang dapat memuaskan keinginan kita. Aristippos (433-355 SM) berpendapat yang baik adalah kesenangan karena fakta menunjukkan sejak kecil manusia tertarik akan kesenangan dan menghindari ketidaksenangan. Sedangkan kesenangan itu bersifat badani yang hakikatnya adalah gerak. Ia juga bersifat aktual, bukan masa lau (ingatan) dan bukan pula masa yang akan datang (harapan), tetapi sekarang dan di sini. Termasuk bersifat individual, karena dialami oleh setiap individu. Meskipun dilakukan secara sosial, namun tetap saja kesenangan dirasakan oleh orang perorangan. Hal senada dikemukakan oleh Epikuros (341-270 SM). Ia menyebutkan kesenangan adalah tujuan kehidupan manusia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun