Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Analisis Literatur "Leadership" [1]

18 November 2018   00:33 Diperbarui: 18 November 2018   01:47 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis  Literatur  "Leadership"

Ada tiga buku yang saya pakai sebagai bahan analisis literature "Leadership" yakni [1] Northouse, Peter,  1997., Leadership Theory adn Practice, London: Sage Publications, [2]. Schein, Edgar., 1992., Organization Culture And Leadership., Second Edition.,San Francisco.: Joss Bass Publishers. [3] Bernard, M Bass, Bruce J Avilio, 1994., Improving Organizational Effectiveness, Through Tranformational Leadership. 

Tiga buku ini saya sebut sebagai kajian Theoria. Teori  merupakan proposisi  yang dielaborasikan lebih lanjut  sampai diketahui mekanisme hubungan  antara hal-hal yang bersangkutan hingga terwujud konsep hubungan yang kongkrit yang bersifat deskriptif (menggambarkan) dan menjelaskan (eksplanatoris).

                Teori yang pernah diuji kebenaran ilmiahnya merupakan sumbangan baru bagi  perkembangan ilmu yang bersangkutan, berupa tambahan teori baru. Teori baru disebut premis. Serangkaian premis yang tersedia dan masing-masing telah teruji kebenarannya, merupakan  sumber untuk menyusun deduksi hipotesis. Teori  merupakan suatu abstraksi (penjelasan)  intelektual di mana pendekatan secara  rasional digabungkan  dengan pengalaman empirik  yang  diawali dengan fakta dan diakhiri dengan fakta nyata.  

Artinya  teori ilmu merupakan suatu penjelasan rasional  yang berkesesuaian  dengan objek   yang dijelaskannya.  Dua syarat teori ilmiah yakni : (1)  harus konsisten dengan teori-teori sebelumnya yang memungkinkan  tidak terjadinya kontradiksi  dalam keilmuaan secara keseluruhan (teori koherensi), dan (2) harus  dengan fakta empirik  sebab teori yang bagaimanapun konsistennya sekiranya tidak didukung fakta empirik  tidak dapat diterima sebagai suatu teori atau hipotesis didukung oleh fakta empirik (teori korespondensi). Jadi teori adalah metode ilmiah yang merupakan gabungan antara teori koherensi (berpikir deduktif atau logika matematika) dan korespondensi (berpikir induktif/positif atau logika statistika)  atau disebut logico hypothetico verifikatif. Hipotesis yang telah teruji kebenarannya menjadi teori ilmiah, yang kemudian dipakai dalam penyusunan premis  dalam mengembangkan hipotesis selanjutnya.  Secara kumulatif teori ilmiah  berkembang seperti piramida  terbalik makin lama, makin tinggi. Dengan demikian  pada kajian tunjauan pus taka dapat berupa konstruktivisme

Konstruktivisme ini secara embrional bertitik tolak dari pandangan Rene Descartes (1596-1690) dengan ungkapannya yang terkenal: "Cogito Ergo Sum," yang artinya "Aku berpikir maka aku ada." Ungkapan Cogito Ergo Sum adalah sesuatu yang pasti, karena berpikir bukan merupakan khayalan. Menurut Descartes pengetahuan tentang sesuatu bukan hasil pengamatan melainkan hasil pemikiran rasio.

Pengamatan merupakan hasil/kerja dari indera (mata, telinga, hidung, peraba, pengecap/lidah), oleh karena itu hasilnya kabur. Untuk mencapai sesuatu yang pasti menurut Descartes kita harus meragukan apa yang kita amati dan kita ketahui sehari-hari. Pangkal pemikiran yang pasti menurut Descartes dimulai dengan meragukan kemudian menimbulkan kesadaran, dan kesadaran ini berada di samping materi. Sedangkan prinsip ilmu pengetahuan di satu pihak berfikir, ini ada pada kesadaran, dan di pihak lain berpijak pada materi. Hal ini dapat dilihat dari pandangan Immanuel Kant (1724-1808). Menurut Kant ilmu pengetahuan itu bukan semata-mata merupakan pengalaman terhadap fakta, tetapi juga merupakan hasil konstruksi oleh rasio.

Selanjutnya menurut Guba (1990) sistem keayakinan dasar pada peneliti Konstruktivitas dapat diringkas sebagai berikut: "Ontology: Relativist -- Realities exist in the form of multiple mental constructions, socially and experientially based local and specific, dependent for their form and content on the persons who hold them."Asumsi ontologi: "realitivis -- realitas- realitas ada dalam bentuk konstruksi mental yang bersifat ganda, didasarkan secara sosial dan pengalaman, lokal dan khusus bentuk dan isinya, tergantung pada mereka yang mengemukakannya."

Berikut ini akan dijelaskan konsep leadership sesuai urutan tahun buku terbit agar mempermudah pemahaman perubahan posisi perkembangan teori kepemimpinan. Pemahaman leadership konsep Schein (1992:211-227) lebih menekankan pada kemampuan karakteristik bagaimana seorang pemimpin mampu menciptakan budaya dalam organisasi. Pemikirannya budaya merupakan awal pencapaian dan akan berpengaruh pada kemampuan seorang pemimpin dalam menanamkan nilai-nilai, kepercayaan, asumsi ide awal, pada individu, dan kelompok  menyatu sebagai upaya dalam mencapai tujuan organisasi.

                Selanjutnya Schein (1992:231) leadership adalah proses pembelajaran dalam organisasi antara pemimpin dengan individu-individu secara berkesinambungan mengembangkan kapasitas mereka untuk mengkreasikan hasil yang mereka inginkan, memelihara pola pikir yang baru dan luas, mengatur aspirasi kolektif secara bebas, dan individu-individu secara berkesinambungan belajar bersama (learning organization). Intinya seluruh individu sebagai pengikut akan berintegrasi dengan pimpinan untuk mengembangkan kapasitas dalam mengkreasikan atau menanamkan masa depannya (embedding value).

                Dengan demikian dapat dijelaskan kepemimpinan yang efektif adalah pimpinan yang dapat membagi, memanfaatkan pengetahuan untuk mengubah cara organisasi dalam merespons tantangan yang dihadapinya. Secara singkat dapat dikatakan organisasi pembelajaran sebagai organisasi yang belajar secara berkesinambungan dan mentranformasikan dirinya sendiri. Pimpinan yang dapat mendesain untuk mengantisipasi, beraksi terhadap perubahan lingkungan internal dan eksternal dalam suatu model kreatif, cerdas, dan proaktif, inovasi sehingga diharapkan dapat mencapai tujuan yang lebih baik pada kondisi dimensi perubahan, sehingga akhirnya perusahaan tersebut akan sukses.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun