Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tentang Near Death Experience "Pengalaman Menjelang Kematian"

11 Agustus 2018   05:29 Diperbarui: 11 Agustus 2018   08:37 924
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi pribadi

Semua manusia pasti akan mati. Maka berabad-abad  manusia ingin berusaha supaya menunda kematian. Ada penemuan obat-obatan, dukun, dokter, rumah sakit, alat alat medis, dan BPJS tidak mampu menolong mencegah datangnya kematian. Bahkan teknologi, pakaian, sepatu, odol, sabun, sikat gigi, peralatan rumah, dan semua alat-alat manusia yang diciptakan ditemukan sebenarnya jika dibatinkan secara mendalam adalah "manusia takut mati, dan manusia berusaha mencegah kematian. 

Tetapi satu tarikan nafas sama dengan satu langkah manusia menuju kematian. Tidak bisa ditentukan dengan pasti when (waktu), di mana (ruang), dan where (tempat), kecuali bunuh diri. Maka kematian adalah niscaya tidak dapat ditentukan ruang dan waktunya. Intinya utang hidup adalah kematian.

Tulisan ini adalah riset pengamatan langsung pada kasus  Near Death Experience (Pengalaman Menjelang Kematian), kemudian saya jadikan riset kajian untuk membangun teori (NDA) atau Near Death Experience.  Saya memaknai tentang pengalaman pada menyaksikan manusia Near Death Experience (Pengalaman Menjelang Kematian), dan kedua adalah wawancara atau hasil penelusuran manusia yang Near Death Experience (Pengalaman Menjelang Kematian) tetapi hidup kembali dalam beberapa tahun.

Sejak kecil hidup saya selalu dekat dengan pengalaman kematian, bahkan selama 20 tahun saya mendampingi keluarga telah memiliki sampling 12 orang keluarga  saya dampingi menjelang (NDA) atau Near Death Experience (Pengalaman Menjelang Kematian). 

Secara umum gejala klinis selama beberapa menit, atau kurang lebih rata-rata normal 30 menit jantung berhenti berdetak, namun dalam waktu-waktu tersebut kembali lagi bernafas, dan terus berulang-ulang sampai akhirnya hilang nafas dan berhenti sama seperi computer tidak menyala atau hilang listrik. Dan meninggal dunia.

Namun ada 3 manusia yang saya jumpai kasus manusia gagal atau tidak jadi mati, dan sampai sehat kembali. Yang bersangkutan menyatakan mereka melayang, keluar dari tubuh, melihat sekitarnya, merasa damai, dia bergerak dalam ruang kosong menuju sinar putih, ada keluarga dan teman semasa hidup menjemputnya berdialog, tetapi akhirnya ditinggal dan tidak diajak pergi. 

Sampai beberapa kali saya minta yang bersangkutan menceritrakan apa yang dialaminya pada fenomena (NDA) atau Near Death Experience, dan mencatat konsistensi, (pengulangan ceritra) tersebut. Maka fenomena (NDA) atau Near Death Experience bukan halusinasi, karena dapat ditanyakan dapat dijawab dengan detail dan konsisten pada pengalaman empiriknya.

Pertanyaan ini pernah saya tanyakan kepada tiga orang doktor (S3) bidang psikologi, tetapi saya malah dianggap tidak tidak malahan dianggap pertanyaan aneh atau tidak normal. Yang dijawab justru dasar jawaban iman, atau agama. Padahal saya ingin memperoleh jawaban rasionalitas apa yang ada dibalik itu semua. 

Saya juga pernah bertanya kepada mahasiswa yang dikenal dekat (" disebut kurang ber Tuhan atau agak ateis), jawabannya sama juga tidak memperoleh logika jawaban yang memadai, malahan dijawab, sama saya seperti matinya jam, radio, tv, hape, dan listrik, tidak ada beda mati, iya seperti itulah jawabannya. 

Saya juga bertanya pada 2 mahasiswa doctoral (S3) bidang kedokteran jawabannya kondisi tersebut adalah halusinasi saja, atau tipuan otak, dimana ada perubahan kimiawi yang mendadak, oksigen berkurang, maka keinginan tidak mau mati masih ada maka terjadilah kondisi tersebut seperti dalam ceritra manusia batal mati tersebut. Kelihatannya ada perbedan mendasar antara kematian klinis, atau kematian fisik, atau ada pertentangan NDA, dengan ilmu medis.

Ilmu medis lebih mendekatkan pada asumsi kebenaran materialism, atau barangkali ilmu medis lebih berfokus atau membatasi diri pada bagian unsur manusia yang dapat ditangani dan diamanti secara indrawi fisik atau paradoks dualistic antara "tubuh, dengan jiwa (Geist), dan seolah-olah ada kesan membiarkan bentuk persoalan yang terbuka untuk dikaji dengan pendekatan ilmu lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun