Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Pemikiran Protagoras Pada Kasus Terduga Terorisme di Universitas Riau

7 Juni 2018   18:02 Diperbarui: 7 Juni 2018   18:05 757
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pemikiran Protagoras Pada  Kasus  Terduga Teroris di Universitas Riau

Kampus Indonesia dan masuknya Teroris di Universitas Riau. Pada Kompas.com.  03/06/2018, 07:40 WIB.  dengan judul "Densus 88 Tangkap Tiga Terduga Teroris di Universitas Riau, Rektor Ucapkan Terima Kasih", Rektor Universitas Riau Aras Mulyadi mengapresiasi atas keberhasilan Polri mengungkap jaringan terorisme di kampus perguruan tinggi negeri terbesar di Bumi Lancang Kuning tersebut.

"Saya atas nama pimpinan seluruh civitas academica menyampaikan terima kasih kepada Densus 88 dan juga Polda Riau yang telah mengungkap kejadian ini," kata Prof. Dr. Aras Mulyadi di Pekanbaru, Minggu (3/6/2018), seperti dikutip Antara. Aras mengatakan, jika jaringan terduga teroris yang ditangkap di Gedung Gelanggang Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Riau itu tidak segera ditangkap, maka akan menimbulkan banyak korban jiwa.

Demikian juga Kompas.com. 04/06/2018, 11:14 WIB dengan judul "DPR Minta BNPT dan BIN Petakan Kampus yang Terpapar Paham Radikal". Anggota Komisi III DPR Arsul Sani mengatakan, perlu upaya untuk mensterilkan kampus dari paham radikalisme. Apabila jangkauan paham tersebut kian meluas di kampus-kampus, diyakini bakal menjadi lahan tumbuhnya bibit kelompok terorisme. Oleh karena itu, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Badan Intelijen Negara (BIN) harus bekerja lebih keras untuk memetakan kampus-kampus yang terpapar paham radikalisme dan terorisme.

Untuk membahas dua (2) tulisan kompas ini saya akan membahas bagimana jika dikaitkan dengan pencirian negarawan Kalos Kagathos tradisi Yunani Kuna khususnya pemikiran kaum Sofis bernama Protagoras.

Protagoras  adalah filsuf  Yunani Kuna aliran sofistik hidup do antara tahun 490 SM - 420 SM. Di Athena, Protagoras diminta oleh  [Perikles] untuk menyusun dokrin konsitusi pendidikan negarawan Kalos Kagathos di tahun 444 SM.  Kalimat kunci yang dipakai sebagai warisan sampai hari ini adalah "Manusia adalah ukuran untuk segala-galanya: untuk hal-hal yang ada sehingga mereka ada, dan untuk hal-hal yang tidak ada sehingga mereka tidak ada." Dan kedua adalah dokrin antithesis atau paradoks saling bertentangan" (Antilogiai), Protagoras mengemukakan bahwa ["Tentang semua hal terdapat dua pendirian yang bertentangan"]. Dua dokrin terkenal ini sangat mempengaruhi pemikiran dan praktik (tekhne) politik dan kehidupan Kaum Sofis yang bersifat niscahya dalam sejarah dan sepenuhnya hidup dalam kecerdasan mereka.

Sekalipun kemudian pemikiran Protagoras dalam cita-cita demokrasi Yunani Kuna,  mengalami kemerosotan dan kritik  sebagai rezim pemburu kekuasaan, pandai berretorika, merelatifkan semua hal, namun bagi saya dokrin pendidikan anak muda versi Protagoras memiliki hal-hal penting bagi sumbangan narasi akademik (diskursus) dalam membangun konsititusi polis atau negara.

Lalu apa yang dapat dilakukan trans substansi pemikiran Protagoras bagi sumbangan pemikiran dokrin bernegara di Indonesia.

Pertama (1) pemikiran Protagoras bagi sumbangan pemikiran dokrin bernegara di Indonesia adalah tidak mungkin ingin mambungun struktur rasio instrumental untuk Indonesia yang kaya, dan majemuk "gemah ripah loh jinawi" jika negara ini tidak segera membangun sistem pendidikan terrencana dalam pikiran atau kekuatan pada pikiran atau sebuah sistem landasan bercorak intelektual universal. 

Kekuatan ini tidak mengandalkan punggawa dengan model aristocrat berdasarkan keturunan atau dinasti atau aristokrasi intelektual. Harus ada keseteraan status (insonomia) didepan hukum dalam upaya mencari bakat alami menjadi punggawa negara yang paripurna terbaik, dan paling baik adil dan bijaksana. Itulah cita-cita karakter yang ingin Indonesia kedepan.  Hal ini didukung oleh Euripides pada argumentasi tentang kesetaraan dalam dasar pengakuan warga negara.

Kedua (2) pemikiran Protagoras bagi sumbangan pemikiran dokrin bernegara di Indonesia harus memiliki lembaga pusat pengolahan data-data yang akurat handal sebagai lumbung dasar rasional pengambilan keputusan rasional. Keputusan tanpa data yang baik adalah melanggar hakekat dokrin Protagoras pada pendekatan historia atau pencatatan pada pengamatan empirik, yang menandai dasar pijak sejarah (dokrin ilmu alam Ionia) sebagai data informasi murni riset bebas kepentingan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun