Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Erupsi Merapi sebagai Simbol Alam

12 Mei 2018   18:33 Diperbarui: 12 Mei 2018   19:07 770
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"Erupsi Merapi": Simbol Alam (kompas.com)

Berita pada Kompas.com. 11/05/2018, 11:31 WIB dengan judul "Keluarkan Letusan Freatik, Status Gunung Merapi Tetap Aktif Normal", Kompas.com. 11/05/2018, 20:21 WIB dengan judul "Sebelum Merapi Erupsi, Juru Kunci Merasakan Sejumlah Tanda".

Letusan  Merapi Erupsi  dapat saya jelasakan denga meminjam pendasaran pemikiran pada filsuf di Fajar Rasionalisme modern yakni Benedictus de Spinoza atau dikenal dengan Spinoza (1632-1677) pemikiran terminology "Deus sive natur" (Allah atau alam). Atau konsep pemikiran antara Allah dan alam tidak mungkin diadakan pemisahan sedetikpun.

Ajaran ini memutlakkan imanensi dan "Keniscayaan Mutlak" bahwa alam adalah causalitas efficiens, yaitu sebab-sebab kausal yang mutlak. Maka Erupsi merapi adalah tanda "Supreme Reality" atau nir-batas secara mutlak dan sebab bagi dirinya sendiri (causa sui). Bahwa  segala sesuatu yang ada, ada dalam dirinya atau ada dalam sesuatu yang lain.

Demikian juga pemikiran Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) tentang Monalogi adalah semacam keselarasan antara monad dan saling berinteraksi atau pre-estabished harmony sebagai aktivitas murni tanpa mampu diintervensi apapun bahwa alam adalah totalitas monad saling berhubungan berkorelasi. Pendasaran ketiga adalah pemikiran Stoikisme atau Stoa bahwa alam semesta atau  jagat raya ditentukan oleh suatu kuasa yang disebut logos (rasio) atau menjadi dasar keyakinan, berdasarkan rasio manusia bisa mengenal orde universal dalam jagat raya.

Pencarian keabadian  mengarahkan dirinya untuk senada dengan irama alam.  Maka pandangan kaum Stoa, alam semesta ini ditentukan oleh suatu kuasa yang disebut Logos (pikiran semesta). Oleh sebab itu, semua kejadian tunduk kepada hukum alam yang berjalan. Manusia tidak dapat mengelak. Manusia itu, jiwa atau rasio manusia bisa mengenali hukum alam.

Manusia akan hidup bijaksana dan bahagia bila ia bertindak sesuai dengan rasionya. Maka ajaran Stoa adalah bagaimana manusia bertindak menurut keteraturan hukum alam yang diselenggarakan yang Ilahi dan menyelenggarakan keteraturan dunia.

Dengan pendasaran Spinoza, Leibniz, kaum Stoa bagimana memahami fenomena metafisik Letusan Freatik, Status Gunung Merapi ini dijelaskan.

Pertama kejadian adalah tanggal 11 Mei 2018 jatuh pada hari neptu Jumat (6),  Legi (5) Pethak atau arah Timur  dengan jumlah 11 pada perputaran kosmogoni Wariagung Batara Maha-Resi. Sesuai siklus pasaran (pancawara) Jumat adalah sesaji Tembaga, yang dipuja air, hari itu diberi nama Sukra (Jumat)  dan  Legi (Pethak) atau Pasar Legi berada  di  Timur. 

Maka secara metafisik "Erupsi Merapi" memiliki pesan semiotika adanya deficit  Cinta Punggawa pada Negara atau  bernama penyalahgunaan kekuasaan (abuse of power), dan sikap plin-plan dalam tindakan. Sikap sombong, tidak lurus seperti pohon cemara atau kejahatan identik dengan menciptakan defisit cinta telah tiba dinegara ini.

Hal ini dapat kita pahami dengan sikap  saling menabur menuai sikap kebencian dimedia social, partai setan, partai Allah, ucapan dengan bahasa kurang bijaksana didepan public pada sosok pemimpin sontoloyo menjadi polemik,  atau Indonesia bangsa pekok alias bodoh, atau ucapan Vandalisme "bunuh sultan".  Atau kenikan OTT KPK pada tahun 2018 ini menunjukkan sikap deficit  Cinta Punggawa pada Negara.

Makna kedua adalah pada sisi lain pada satu hari sebelumnya 10 Mei 2018 ada pembunuhan  5  Punggawa Negara terbaik dari Kepolisian Negara Indonesia yakni  Bripda Syukron Fadhli, Ipda Yudi Rospuji, Briptu Fandy, Bripka Denny, Bripda Wahyu Catur Pamungkas, dan satu lagi pada  pada Kamis (10/5) pukul 23.00 malam Korban anggota Satuan Intel Brimob Bripka Frence tewas ditusuk dalam tugas negara.

Ketika 5 punggawa negara ini kembali abadi dalam pangkuan ibu Pertiwi sebagai Pahlawan abdi negara. Maka tidak hanya rakyat Indonesia yang sedih dan marah atas sikap tindakan Terorisme yang membunuh para  5 Punggawa Negara, alam pun marah dan Letusan Freatik, Status Gunung Merapi simbol mewakili kemarahan alam tersebut. 

Dan mudahan dengan pelajaran tanda alam semesta ini semua kita sesama manusia untuk saling menjaga persatuan, dan kesatuan  untuk kejayaan bangsa dan negara Indonesia. Semoga***)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun