Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tafsir Hermeneutika pada Candi Pawon

24 April 2018   17:21 Diperbarui: 24 April 2018   18:00 510
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

TAFSIR HERMENEUTIKA CANDI PAWON

Tiga garis imajiner dalam letak, posisi arah angin (bayu) menyatukan diantara 3 mitos, logos, dan buana yakni Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Borobudur.  Yang paling besar tentu saja Candi Borobudur, Candi Pawon, dan Candi Mendut. Sewaktu masih kuliah puluhan tahun lalu jika anda mengajak pacar,  atau calon pasangan hidup kemudian wisata mendatangi Candi Borobudur maka anda akan putus cinta atau menciptakan kenangan. Setidaknya itulah fakta empiriknya.  

Bahkan kata tokoh atau kuncen juru kunci ketika  Pada Senin 21 Januari 1985 Pengeboman Candi Borobudur, namun  pada patung Kunto Bimo sebuah stupa berongga (berterawang),  bom tidak dapat meledak atau aman dari aksi terorisme pada masa itu. Tiga Candi Mendut, Candi Pawon, dan Candi Borobudur berada di Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah. 

Candi Pawon, atau Candi Brajanalan, adalah  tempat penimpanan abu jenazah Raja Indra (782-812 M), wangsa Dinasti Syailendra. Nama "Pawon" sendiri, menurut sebagian orang, berasal dari kata pawuan yang berarti tempat menyimpan awu (abu). Dalam ruangan di tubuh Candi Pawon, diperkirakan semula terdapat Arca Bodhhisatwa, sebagai bentuk penghormatan kepada Raja Indra yang dianggap telah mencapai tataran Bodhisattva.

Pada riset ini saya menggunakan pendekatan Hermenutika Jerman Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher (1768-1834), Wilhelm Dilthey (1833-1911), Martin Heidegger (1889-1976), Hans Georg Gadamer (1900-2002). Pertama, maka hermeneutika pada  metafora dan transliterasi {"Raja Indra"} sebagi sikap representasi, atau kehendak (world and wille) memungkinkan reinkarnasi  sebagai (1)  Sakra  (yang berkuasa), Swargapati (raja surga), Diwapati (raja para Dewa), Meghawahana (yang mengendarai awan), Wasawa (pemimpin para Wasu atau kitab Mahabharata ada delapan Wasu).  

Delapan wasu itu adalah, representasi Delapan Dewa-Dewa itu ialah: (1) Dhawa (Dhara) a artinya dengan Prthiwi, (2) Aha sama artinya dengan Sawitra untuk Antariksa, (3)Prabhasa artinya sama dengan Dewa Langit, Dyayus, (4) Anala (Pawaka) yang artinya sama dengan Agni, (5) Anila artinya dengan Wayu (Bayu) yaitu angina, (6) Pratyusa yang artinya sama dengan Surya, (7) Soma artinya sama dengan Candra (Bulan), (8) Dhruwa artinya sama dengan Bintang.

Maka tafsir hermeneutika Candi Pawon pada konteks ini suatu idea cita-cita  hidup yang bermakna. Semua unsur representasi pada transliterasi {"Raja Indra"} adalah memandang hal-hal tetap unsur tanah Prthiwi, Antariksa, Langit, Agni, Bayu, Surya, Bulan, Bintang. Seluruh unsur tersebut selalu ada dan tetap,  simbol hal-hal kebaikan, menjadi referensi  tindakan. Maka sesungguhnya manusia idea apabila mengingatkan tingkatan kesadaran. Misalnya pada unsur Prthiwi, Antariksa, Langit, Agni, Bayu, Surya, Bulan, Bintang jelas soal kedisplinan etos kerja bahwa matahari bulan bintang selalu tepat waktu kapan terbit, dan kapan harus tenggelam. 

Artinya artinya kegembiran, kegelisahan, kesusahan, pada akhirnya akan menjadi berlalu, roda berputar dan bergulir, maka suasana hati batin akan menyesuaikan dengan hukum alam raya atau jagat gedhe. Candi Pawon adalah simbol keharusan manusia menyesuaikan hukum alam raya (Stoaism), atau "sabar nrimo Jawi", bahwa  apapun yang terjadi di terima didunia ini harus diucapkann terima kasih pada semua kondisi. Dengan cara ini akan menciptakan "hidup bermutu" dan mencapai "kebahagian".

Pada dinding Candi Pawon bagian depan candi, di sebelah utara dan selatan pintu masuk, terdapat relung yang berisi pahatan yang menggambarkan Kuwera (Dewa Kekayaan) dalam posisi berdiri. Pada Candi Pawon pada dinding utara dan selatan candi terdapat relief yang sama, yaitu menggambarkan Kinara dan Kinari, sepasang burung berkepala manusia, berdiri mengapit pohon kalpataru yang tumbuh dalam sebuah jambangan. Di sekeliling pohon terletak beberapa pundi-pundi uang.  Bagimana hal ini di tafsir secara hermeneutika.

Maka tafsir secara hermeneutika di dalam dimensi etika ada tiga unsur utama Harta, Nikmat, Nama. Mitos Harta atau kekayaan, kita bisa mengambil dewa Midas mengembalikan Silenos pada Dionisos. Atas kebaikannya, Midas dihadiahi satu permintaan. Midas meminta supaya apapun yang disentuhnya berubah menjadi emas.

Dan manusia mati karena banyak harta. Nikmat, berbagai macam misalnya cocok untuk hewan, jika kebutuhan atau prestasi, ada nikmat jasmani dan rohani. Disinilah muncul kebahagiaan, membuat bahagia orang lain, bahagia jika sembuh dari sakit. Tetapi ini semua adalah terbatas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun