Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seni Memahami Makna Batik Kraton Yogyakarta

23 Februari 2018   03:38 Diperbarui: 23 Februari 2018   10:01 813
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: travel.tribunnews.com

Keindahan Sebagai Atribut Perasaan

Sama dengan kata moral atau etika, kata beautyatau beautiful  (indah, cantik, etc.) sangat sering kita dengar bahkan mungkin kita pakai baik dalam hal hal resmi maupun dalam hal-hal yang remeh. Sedemikian seringnya sampai dianggap hal yang biasa, seolah tanpa makna. Kata-kata seperti itu biasanya terucap sebagai ekspresi perasaan subyektif atas sesuatu atau seseorang. "Wah, bukan main cantik/indahnya!". Memang keindahan dan kecantikan selalu berkonotasi 'wah', namun anda akan mulai kerepotan manakala orang mulai menggugat,  'yang wah itu apa.' atau 'apa yang anda maksudkan dengan kecantikan dan keindahan'. 

Kesulitan memberikan sebuah jawaban yang pas untuk semua pertanyaan seputar arti keindahan atau kecantikan merupakan bukti bahwa kecantikan dan keindahan merupakan wilayah perasaan (abstrak) namun hal itu sama sekali tidak berarti kecantikan atau keindahan lalu tidak ada atau tidak dapat buktikan secara ilmiah. Dalam kuliah ini justru akan kita lihat kecantikan dan keindahan memang merupakan entitas abstrak dan justru karena abstrak maka ia dapat dipelajari. 

Karena dapat dipelajari, kecantikan atau keindahan lalu merupakan sebuah disiplin ilmu. Bagi para penganut rasionalisme dan positif-logis (muncul 1902, pro rasionalisme), beauty atau keindahan/kecantikan sama sekali bukan ilmu melainkan atribut perasaan belaka. Karena  merupakan atribut perasaan, maka keindahan atau kecantikan lebih merupakan letupan-letupan emosi spontan manusia ketika berhadapan dengan sesuatu yang wah atau seseorang yang wah. Selanjutnya, karena merupakan letupan emosi spontan, maka sifatnya sangat subyektif. 

Hal mana tidak sejalan dengan hakekat kebenaran suatu ilmu pengetahuan. Pendek kata, bagi kaum rasionalis dan positivis-logis, keindahan/kecantikan bukan ilmu pengetahuan karena tidak memenuhi kriteria-kriteria berikut: Keindahan/kecantikan tidak menyediakan sebuah penjelasan yang lengkap dan akurat tentang realitas. Keindahan/kecantikan tidak memiliki 'empiric- adequacy' (kesesuaian empiris dengan realitas). Hanya terori-teori sains yang memiliki kesesuaian empiris merupakan teori yang paling dekat dengan kebenaran.

Persoalannya, apakah memang demikian? Jika demikian, mengapa Einstein begitu antusias dan tekun selama bertahun-tahun menguji rumus fisikanya yang hanya 5 karakter itu (e=MC2)? Mengapa para ilmuwan begitu getol dengan pengujian teori-teori ilmiah mereka di laboratorium laboratorium selama bertahun-tahun? 

Bukankah kenyataan seperti itu merupakan bukti keindahan sangat mampu membangkitkan animo para ilmuwan untuk mengabdikan diri dalam pekerjaan-pekerjaan yang lama dan sulit yang pada akhirnya akan menghasilkan sebuah revolusi dalam bidang ilmu pengetahuan? Nampaknya argumentasi kaum rasionalis dan positivis-logis kurang mendasar. Mengapa? Hutcheson merupakan perintis keindahan sebagai sains. 

Epistemologinya tentang keindahan dan kecantikan adalah yang paling populer di abad ke-20. Bagi Hutcheson, keindahan atau kecantikan memiliki struktur epistemologis tersendiri. Strukturnya adalah idea yang ditimbulkan kualitas obyek yang muncul dalam benak si pengamat ketika berhadapan dengan sebuah obyek, entah benda, pun manusia. Jika obyeknya adalah teori sains, maka bagian dari teori sains yang memunculkan idea tentang keindahan atau kecantikan itu adalah gambaran yang berasal dari sebuah tatanan harmonis

Apa yang dimaksudkan dengan tatanan harmonis itu. Tatanan harmonis tiada lain adalah uniformity amidst variety (keteraturan di tengah keberagaman) yang dapat saja ditemukan pada alam semesta, dalam karya-karya ilmiah, dalam rumusan-rumusan teori-teori sains/teori ilmiah atau dalam karya-karya khusus tentang keindahan atau yang lazim disebut karya seni itu.  

Oleh karena dapat diamati, maka tentu saja dapat dirumuskan sebuah kriteria tentangnya. Kemampuan merumuskan kriteria tentang keindahan atau kecantikan akan memampukan kita untuk mendefinisikan secara pas keindahan atau kecantikan. Itulah bukti awal beauty sebagai sains! Di dalam harmoni (keteraturan dalam keberagaman obyek-obyek) keindahan/kecantikan dapat menampilkan diri dalam tiga fase berikut:

(1) Fase fenomenal Obyek-obyek menampilkan diri sebagai entitas-entitas dalam bentuk fenomena yang secara  langsung dapat diamati. Misalnya, dengan mata  telanjang anda mengamati dan mampu menangkap percikan keindahan cahaya gemintang di malam hari, bintang, dan bulan;

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun