Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Money

Trans-Substansi Episteme Audit

22 Februari 2018   19:44 Diperbarui: 22 Februari 2018   23:14 3076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TRANS-SUBSTANSI EPISTEME AUDIT

Penelitian ini dilakukan antara tahun 2012-2017 dan belum seluruhnya selesai hingga 2026 mendatang. Ide gagasanya adalah Epistimologi Ilmu Audit (auditor, auditee, auditing): melalui pendekatan Dialektika, Fenomenologi, Hermeneutika, Semiotika. Artikel ini adalah abstrak penelitian berbentuk temuan paradigma audit, dan kritik audit. Penelitian ini adalah bentuk  diskurus pada tatanan narasi akademik.

Untuk trans-substansi episteme Platon, Aristotle, Immanuel Kant (1727-1804), Benedictus Baruch de Spinoza (1632--1677), Friedrich Wilhelm Joseph Schelling (1775--1854), Johann Gottlieb Fichte (1762-1814), Isidore Marie Auguste Francois Xavier Comte (1798-1857), Rene Descartes (1596-1650), George Wilhelm Friedrich Hegel Metode Dialektika (1770--1831). Pemikiran Fenomenologi Edmund Husserl (1859-1938), Fenomenologi-Ontologi Martin Heidegger (1889-- 1976), Fenomenologi Max Scheler (1874-1928), Fenomenologi  Maurice Merleau Ponty (1908-1961). Pemikiran Hermenutika Jerman Friedrich Daniel Ernst Schleiermacher (1768-1834), Wilhelm Dilthey (1833-1911), Hans Georg Gadamer (1900-2002), Jurgen Habermas (1929). Dan hermeneutika Ernst Cassirer 1874-1945), Rudolf Bultan (1884-1976), Karl Otto Apel (1922-2017), Paul Ricoeur, Emillo Betti (1890-1968). Teori  Semiotika   pemikiran : Charles Sander Pierce (1839- 1914), Ferdinan de Saussure (1857-1913),  Roland Barthes (1915),  Roman Jakobson (1896- 1982),  Louis Hjelmslev (1889-1966),  Susanne Katherina Langer (1895 -- 1985), Umberto  Eco (1932), Ogden dan Richards (1923), George Herbert Mead, Erving Goffman (1922), Charles Horton Cooley (1864-1929), Herbert Blumer (1900-1987).

Epistimologi auditing  adalah ilmu, seni  proses kegiatan kritik logika, dan dialectic pada isi tulisan klien dengan memahami kembali seluruh phenomena, noumena makna konteks, text, kemudian menulis isi penilaian dalam bentuk opini (auditor melakukan proses membaca ke menulis), setelah menemukan realitas. Ilmu audit belum saya temukan pada tatanan "Episteme Dianoia", untuk membuat ketegakan "eidos" atau pikiran (nous) dalam hubungan dengan jiwa rasionalnya (soul). Tidak ditemukan pola kerja ilmu audit untuk "proses jiwa rasional untuk mengenal, dan memahami".Dan tentu saja episteme audit tidak memenuhi pada  pengetahuan (a) pengetahuan visible world meliputi Eikasia, Pistis; menuju tahap ke (2) pengetahuan intelligible world  meliputi Dianoia, Noesis. Demikian juga saya belum bisa menemukan paradigm episteme  "Anamnesis"  bidang audit.  Dengan demikian ada kesulitan untuk menentukan level kebenaran ilmu audit. Apalagi bila dikaitkan dengan "Buku X Platon".

Auditing adalah proses dialektika antara penulis laporan keuangan (klien) sebagai tesis, dengan pembaca laporan keuangan (auditor) sebagai antithesis, dan menghasilkan sintesis baru laporan keuangan yang reliable, relevant sebagai hasil dialog antara penulis dan pembaca, (2) auditing adalah proses dialektika antara pemikiran dalam SA (standard akuntansi) dengan pemikiran SPAP (standard audit)  untuk menghasilkan laporan keuangan bagi stakeholders sebagai sintesis absolut, (3) pada intinya sintesis absolute merupakan gambaran integritas atau tidak adanya integritas antara auditor dan auditee, (4) dialektika merupakan  antara auditor dan auditee gambaran totalitas secara mikro dan sekaligus gambaran makro suatu masyarakat keseluruhan, (5) pada struktur SA (standard akuntansi), dengan SPAP (standard audit)  dialektika terjadi perubahan seperti tambah tebalnya buku SA (standard akuntansi), dan SPAP (standard audit). Auditing adalah kegiatan dialektika, pertukaran symbol hermeneutika, semiotika antara SA (standard akuntansi)  dengan SPAP (standard audit)  untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai sintesis keduanya. Hasil dialektika ini adalah proses roh (realitas) yang mengobjektifkan dalam sejarah pengaruh.

Auditor yang idial harus mampu bereksistensi dari kata "eks" yang berarti keluar dan "sistensi" dari kata "eksistere" yang berarti tampil, menemukan realitas dan bukan meniru kemudian menempatkan diri, berdiri, ialah cara manusia berada di dunia ini membangun satu sistem theoria  yang menempatkan manusia sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit. Auditor tidak dapat direduksi ke dalam realitas-realitas universal dan abstrak, karena apabila auditor direduksi ke dalam realitas-realitas abstrak dan universal, maka auditor tidak pernah memiliki kebebasan untuk merealisir atau mewujudkan dirinya sebagai individu yang bereksistensi dan konkrit. Hal ini disebabkan oleh karena auditor tergantung kepada realitas-realitas itu sendiri. Dengan kata lain, realitas-realitas itu memiliki hukum-hukumnya sendiri dan ketika hukum-hukum itu diterapkan kepada auditor yang bereksistensi, maka auditor itu mau tidak mau harus mengikuti hukum-hukum itu. Auditor  tidak pernah merealisir diri sebagaimana adanya. Dengan demikian auditor yang eksis, pribadi-peribadi yang sadar bukan sekadar sebagai bagian dari suatu kerumunan, angka-angka dalam suatu kelompok atau benda-benda dalam suatu kumpulan melainkan sebagai pribadi yang bereksistensi. Auditor tidak bisa hanya meniru cara kerja auditee, tetapi auditor harus bisa menjadi penemu realitas. Karena yang menciptakan realitas adalah auditee. 

Untuk memahami klien auditor menggunakan pendekatan fenomenologi yakni auditor dengan cara metode dokrin SPAP (standard audit) tanpa prasangka menggunakan metode Epoche, yakni menunda putusan" atau "mengosongkan diri dari keyakinan tertentu,  memberi tanda kurung terhadap setiap keterangan yang diperoleh dari suatu fenomena yang tampil. Tanpa memberikan putusan benar-salahnya terlebih dahulu, jika tidak dapat terjadi auditor di bohongi auditee, (2) auditor menggunakan "reduksi", yakni menyaring fenomena untuk sampai ke eidos, sampai ke intisarinya, atau yang seotentik  mungkin. Hasil dari proses reduksi SPAP (standard audit) ini: "sampai pada hakikatnya" klien. Seluruh pra audit, proses audit, hasil audit, dan pasca audit harus menggunakan reduksi metode untuk sampai kepada realitas, (3) metode yang dipakai dapat dilakukan dengan pendekatan etnografi, partisipasi (4) melakukan repleksi dengan metode triangulasi multimetode yang dilakukan auditor pada saat mengumpulkan dan menganalisis data,  dan rekalkulasi matematik.

Hermeneutika kritis menempatkan sesuatu yang berada di luar teks sebagai problem hermeneutik. Sesuatu yang dimaksud adalah dimensi ideologis penafsir dan teks, sehingga mengandaikan teks bukan sebagai medium pemahaman, melainkan sebagai medium dominasi  kekuasaan dan eliminasi kebenaran pinggiran (hermeneutika tuan dan budak). Artinya bahasa dalam dokrin  SA (standard akuntansi)  dan dokrin  SPAP (standard audit) adalah memiliki konteks  teks tuan budak  (sistem alienasi)  seperti agency theory, dimana dua standar  tersebut adalah teks yang dipakai untuk membela tuan dalam hal ini pemilik modal, dan penindasan terhadap kaum pekerja. Jadi baik SPAP (standard audit), dan SA (standard akuntansi)  adalah idiologi. Idiologi reproduksi uang, dan perluasan hak.

Secara semiotika ada dua makna yakni pemberian label, dan lembaga yang dipakai pemilik modal dengan mediasi auditor. Hal ini terbukti perintah (otoritas) audit datang dari pemegang saham, dibayar, dan menunjukkan kesadaran kolektif otoritas, dan idiologi reproduksi utilitarian.

Kesimpulan Epistimologi Ilmu Auditee:  Pendekatan Dialektika, Fenomenologi, Hermeneutika, dan Semiotika sebagai berikut:

Secara Epistimologi Auditee adalah kegiatan menulis laporan keuangan  dimulai dari isi pikiran ke tulisan dengan optimalisasi kemampuan panca indra dan intelektual persepsi untuk memahami penampakan objek, dan mencari realitas otentik  yang hadir di depan subjek. Panduan menulis laporan keuangan adalah Standar Akuntasi (membuat Tiruan), sementara auditor gagal bila hanya (Meniru atau Memesis), dan bukan mencari realitas. Isi pikiran diwakili oleh tiga komponen yakni retorika, dialektika, dan logika termasuk idiologi masyarakat didalamnya. Laporan keuangan adalah language-games dapat dipandang sebagai setting kontekstual yang self-contained.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun