Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Money

Tafsir Mitos Republik Tantalos, Sisyphus: Utang Indonesia Rp 4.636 Triliun

11 Februari 2018   23:26 Diperbarui: 16 Februari 2018   11:38 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
taxreliefproviders.com

sambungan artikel 1, dari 2 tulisan selesai

{"Gnothi Se Authon Kai Meden Agan" artinya "Kenali Dirimu Sendiri,  dan Tahu Batas"}.

Pertanyaan saya pada artikel (1) sebelumnya adalah : {"Bagaimana mungkin terjadi pada November 2017 utang Indonesia sekitar Rp 4.636,455 triliun, sedangkan  akhir 2014 tercatat Rp 2.604,93 triliun"}. Atau {selama 3 tahun utang naik sebesar Rp 2.032 triliun).   Hal ini dapat dibaca pada Kompas.com, 16/01/2018,  06:02 WIB.  Bank Indonesia (BI) melaporkan, utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir November 2017 tercatat sebesar 347,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 4.636,455 triliun dengan kurs Rp 13.350 per dollar AS.

Banyak sekali rasio instrumental pembenaran misalkan utang besar di pakai membangun infrastuktur: jalan, jembatan, waduk, terminal, stasiun, bandara atau diipakai membangun mutu SDM melalui pendidikan,  perlu lindungi masyarakat miskin, atau utang dipakai untuk perkembangan pasar uang Indonesia. 

Sangat banyak argumentasi logis misalnya,   utang sebagai warisan pemerintahan sebelumnya pada bunga dan cicilan, utang aman dan baik baik jika dimanfaatkan dengan efektif, pemanfaatan, pengelolaan dan strategi utang negara. Utang tidak melanggar batas rasio utang tidak boleh melebihi 60% dari PDB seusai  UU, atau Negara maju banyak utang, dan seterusnya. Tentu saja itu memiliki kebenaran, dalam taraf tertentu. Tapi apakah  argument itu cukup, dan maaf  kalau tidak disebut ceroboh atau gampangan. Tidak apa-apa bahkan jika dianggap perlu utang Indonesia sebesar sekitar Rp 4.636,455 triliun  mungkin terlalu kecil sekali, boleh saja dinaikkan menjadi Rp 260.000 Trilun juga tidak apa-apa, tidak ada yang salah, bisa saja asal ada jalur:  dialektika, logika, retorika yang paling dalam memungkinkan itu menuju jiwa rasional agathon (virtue).

Tetapi apakah esensi atau Ontologi  (makna paling dalam) Utang Indonesia Rp 4.636 Triliun benar-benar akurat dalam dimensi hakekat kita sebagai peradaban NKRI.

Buku 1 Republic  Platon (Plato) sebagai akhli waris argument akal sehat, menulis (dialog di antara: Socrates, Glaucon, Adeimantus, Polemarchus, Cephulus, Thrasymachus, dan Cleitophon), menyatakan bahwa  "utang bukan definisi yang tepat  untuk menciptakan keadilan". Lalu bagaimana makna utang Indonesia sebesar sekitar Rp 4.636,455 triliun sebagian besar adalah pinjaman luar negeri. Buku Republic 1 Platon  saya susun kembali untuk mendiskusikan utang adalah mirip semacam obat-obatan, makanan, gizi yang diberikan sesuai ilmu kedokteran supaya manusia itu sehat. 

Dokter {"diandaikan akhli ekonomi negara maju pemberi pinjaman untuk mengobati Indonesia seperti Singapura pemberi utang mencapai USD 51,99 miliar atau setara Rp 689 triliun, Jepang mencapai USD 30,29 miliar, China dengan nilai mencapai USD 15,57, Amerika Serikat sebesar USD 12,78   Hong Kong sebesar USD 11,72 miliar}. Lalu apakah dokter  (ekonomi) itu ingin menyembuhkan pasisennya atau mencari uang, atau apakah jika pasiennya mati, dan dokternya ikut mati. Apakah tidak ada kemungkinan dokter ekonomi atau nakoda, atau apakah utang ini menyehatkan atau membunuh Negara.  Atau apakah utang adalah memberi sesuatu yang baik bagi temannya, dan memberikan sesuatu yang tidak baik bagi temannya. 

Hanya (dokter ekonomi) yang bermental ilmu tinggi mengerti menguasai dan mempraktikkan dosis ilmu ekonomi untuk mematikan, dan atau menyehatkan.  Jadi semua pemberi utang ke Indonesia adalah "semua para pemain trampil" mematikan Negara ini.  Ilmu  ekonomi adalah dialektika material saling mengalienasi, bahwa selalu wajib berlaku dalil utama ikatan "risk, and return".  Mengapa kita tidak belajar pada  argumentasi Platon ini, bila dikaitkan dengan pengalaman krisis yang mematikan ekonomi pada tahun 1998, dan 2008.  

Apakah bantuan ekonomi pada ujungnya adalah menciptakan relasi ketergantungan total, bersifat kontradiksi, alienasi, dan semua resep ekonomi atas nama utang  bisa dan sanggup membuat bangsa ini masuk pada fase kecanduan yang mematikan. Apakah pada akhhirnya Utang negara sebagai  musuh kehidupan manusia apalagi bila salah definisi, dan tidak paham batas normal.

Tidak ada memang aturan melarang utang kecuali dalam Meta Narasi Kosmogoni Dayak bahwa Utang berbentuk uang itu dilarang, karena merusak jiwa rasionalitas. Tidak ada larangan utang tetapi wajib dipahami dan dikontemplasikan adalah soal keadilan, kepantasan, dan tahu batas. Kita ingat pesan Dewa pintu masuk kuil di Delphi Yunani pesan mendalam berbunyi: {"Gnothi Se Authon Kai Meden Agan" artinya "Kenali Dirimu Sendiri,  dan Tahu Batas"}. Apakah utang kita sudah melampaui batas, atau tidak, maka keharusan evaluasi untuk  mengenali diri kita sendiri. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun