Mohon tunggu...
APOLLO_ apollo
APOLLO_ apollo Mohon Tunggu... Dosen - Lyceum, Tan keno kinoyo ngopo

Aku Manusia Soliter, Latihan Moksa

Selanjutnya

Tutup

Money

Epistimologi Akuntansi, dan Auditing Mengadopsi Semotika Goffman, dan Barthes

19 Januari 2018   17:16 Diperbarui: 6 Februari 2018   18:35 1413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendasaran Dalil-Dalil Hasil Invensi. Untuk  penyusunan Epistimologi Akuntansi, dan Auditing Mengadopsi Teori  Semiotika   Pada Auditor, dan Auditee  dengan mengadopsi pemikiran : Charles Sander Pierce (1839- 1914), Ferdinan de Saussure (1857-1913),  Roland Barthes (1915- ),  Roman Jakobson (1896-1982),  Louis Hjelmslev (1889-1966),  Susanne Katherina Langer (1895 -- 1985), Umberto  Eco (1932-), Ogden dan Richards (1923), George Herbert Mead, Erving Goffman (1922-), Charles Horton Cooley (1864-1929), Herbert Blumer (1900-1987). Riset hasilnya yang dinyatakan valid adalah  teori semiotika Erving Goffman (1922), Roland Barthes (1915).

Model Riset  Invensi Penelitian. Pendasaran Epistimologi Akuntansi, dan Auditing Mengadopsi Teori  Semiotika   Pada Auditor, dan Auditee: Penelitian dilakukan di Kantor Akuntan Publik di Jakarta. Metode sampling adalah menggunakan probalility sampling dengan Slovin (Sevilla et. al., 1960:182), sebagai berikut:Di mana; jumlah sampel;N  = jumlah populasi , e:batas toleransi kesalahan (error tolerance);  Jumlah KAP di Jakarta adalah 228; 28/(1+ 228*0,052); 228/(1+228*0,0025), maka  = 145,2229299.  Berdasarkan jumlah sampel penelitian adalah 145  KAP di Jakarta, reponden yang mengembalikan kuesioner lengkap 112 mengembalikan kuesioner. Berikut ini akan disajikan data pengujian relabilitas, validitas, dan transformasi data ordinal ke interval untuk masing-masing variabel baik untuk responden auditor, dan auditee. Untuk menyusun Dalil-dalil yang dinyatakan valid adalah  teori semiotika Erving Goffman (1922), Roland Barthes (1915) membuat paradigma ilmu akuntansi dan auditing pendekatan teori  Semiotika  berikut ini:

Dalil  (1):Individu bukanlah sekelompok sifat, namun merupakan seorang aktor yang dinamis dan berubah, yang selalu berada dalam proses menjadi dan tak pernah selesai terbentuk sepenuhnya. Masyarakat bukanlah sesuatu yang statis "di luar sana" yang selalu mempengaruhi dan membentuk diri kita, namun pada hakekatnya merupakan sebuah proses interaksi. Individu bukan hanya memiliki pikiran (mind), namun diri (self) yang bukan sebuah entitas psikologis, namun sebuah aspek dari proses sosial yang muncul dalam proses pengalaman dan aktivitas sosial.

Dalil (2): Auditor dalam melakukan pekerjaannya sebagai "Dramaturgi" memasuki tiga tahap yakni: Presentation of Self, Role, and Status. "Auditor KAP adalah pemberi label stigma atau status opini audit kepada klien" dan berhubungan dengan transaksional "uang adalah kekuasaan".

Dalil (3):Auditor KAP berfungsi Stereotipe, Stigma, dan Framing,  dan akhirnya memberi opini berbentuk  label pada klien. Akibatnya Auditor KAP menyembunyikan rahasia pribadi dari hadapaan auditee;

Dalil (4): Implikasi penelitian ini Auditee (penulis) laporan keuangan dapat diinterpretasikan dengan semiotika pada teori komunikasi, membentuk mekanisme komunikasi relasi agency theory antara pengelola perusahan, dengan pemilik perusahaan dalam bentuk dialog komunikasi efektif  Aku-Engkau (I-Thou) atau Aku-Itu (I-It). Auditor dan auditee dapat mengambil dua sikap terhadap dunia: Aku-Engkau (I-Thou) atau Aku-Itu (I-It). Aku-Engkau adalah suatu relasi subjek-terhadap-subjek, sedangkan Aku-Itu adalah sebuah relasi subjek-terhadap-objek. Di dalam relasi Aku-Engkau, manusia menyadari sesamanya sebagai pemilik suatu kesatuan eksistensi.

 Dalil (5): Laporan keuangan adalah memahami sistem tanda: signified, dan signifier, atau signifie, dan significant yang bersifat atomistis. Konsep ini melihat  makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi atau in absentia antara 'yang ditandai' (signified) dan 'yang menandai' (signifier). Tanda adalah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang di tulis atau di baca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa.

 Dalil (6): Auditee (penulis),  dan auditor (kritik pembaca) secara aktif  memberikan informasi  dan mengetahui makna-makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan untuk membuat pemahaman bersama-sama.

 Dalil (7): Secara teori semiotika tidak mungkin pengetahuan itu netral dan murni. Di sini selalu terjadi korelasi yaitu pengetahuan mengandung kuasa seperti kuasa mengandung pengetahuan. Penjelasan ilmiah satu berusaha menguasai dengan menyingkirkan penjelasan ilmu yang lain. Selain itu, ilmu pengetahuan terwujud dalam teknologi menjadi mudah digunakan memaksakan sesuatu kepada masyarakat.

 Interprestasi Hasil PenelitianSemiotika untuk Auditor Pemikiran Erving Goffman (1922) ;  Secara  semiotika ada dua makna yakni pemberian label, dan lembaga yang dipakai pemilik modal yakni KAP. Hal ini terbukti perintah audit datang dari pemegang saham, dibayar pemegang saham, dan hasilnya disampaikan untuk pemegang saham. Dengan secara semiotika adalah "Auditor KAP  adalah pemberi label stigma kepada klien" dan "uang adalah kekuasaan".

Interaksionisme Simbolik:  Auditor KAP  pemberi label. Teori interaksionisme simbolik adalah salah satu teori yang termasuk dalam paradigma definisi sosial. Tokoh paradigma ini adalah Max Weber terutama The structure of social action menjadi model paradigma ini. Max Weber sangat berperan dalam pengembangan ketiga teori yang termasuk dalam paradigma definisi sosial, yakni interaksionisme simbolik, teori tindakan dan teori fenomenologi. Weber dengan definisi sosialnya lebih menekankan perhatiannya pada proses pendefinisian realitas sosial, dan bagaimana orang mendefinisikan situasi, baik secara intrasubjektif sehingga melahirkan tindakan-tindakan tertentu sebagai akibatnya. Weber menegaskan  manusia adalah makhluk yang kreatif dalam membentuk realitas sosial. Teori interaksionisme simbolik yang merupakan tindakan manusia dalam menjalin interaksinya dengan sesama anggota masyarakat. Penjelasan-penjelasan teoretik itu selalu mendasarkan diri pada asumsi-asumsi yang telah ditetapkan oleh teori yang berkaitan. Dalam perspektif ini dikenal nama sosiolog  Mead (1863--1931), Cooley (1846--1929), memusatkan perhatiannya pada interaksi antara individu dan kelompok. Mereka menemukan  individu-individu tersebut berinteraksi dengan menggunakan simbol-simbol, yang di dalamnya berisi tanda-tanda, isyarat dan kata-kata. Sosiolog interaksionisme simbolik kontemporer lainnya adalah Blumer (1962) dan Goffman (1959).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun