Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bertahan di Tengah Wabah

19 April 2020   17:59 Diperbarui: 19 April 2020   18:00 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah maraknya Pandemi covid-19 yang semakin hari semakin terus meningkat penyebarannya di bangsa ini, yang menyebabkan kepanikan dan rasa cemas yang di rasakan masyarakat Indonesia.

Jelas, kehadirannya berdampak negatif bagi semua lini yang ada di bangsa ini, baik ekonomi sosial, politik yang mengakibatkan pergerakan arus perekonomian di bangsa ini pun mengalami yang namanya kelumpuhan.

Pemerintah membatasi segala ruang gerak masyarakat guna mencegah penyebaran pandemi covid-19 yang terus menteror masyarakat yang menyebabkan kebingunggan di tengah-tengah masyarakat. Mungkin, pegawai negeri bisa mengikuti program pemerintah dengan melakukan bekerja dari rumah saja, namun, tidak bagi mereka yang bergerak di sektor jasa. yang kasarannya, NGAK KERJA YA NGAK MAKAN, dan hasilnya, mereka harus main kucing-kucingan dengan aparat penegak peraturan pemerintah. Wajar saja menurut saya, bangsa ini belum mendapatkan solusi yang tepat untuk mengatasi situasi yang telah melanda bangsa ini, yang ahkirnya, mereka mencari solusi dengan cara mereka sendiri dengan tetap bekerja demi memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Namun, beda halnya dengan Agus, 37 Tahun, Tanjung Palas, Bulungan, Kalimantan utara, yang tak sengaja saya lihat dan saya temui sedang asik menangguk ikan seruyuk di bawah jembatan Sei Kayan Bulungan. Dengan santainya Agus berdiri di tengah sungai kayan yang kala itu sedang surut sambil mengayunkan tangguknya mengikuti arus sungai siang itu.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Sesekali saya ajukan pertanyaan iseng kepadanya, pak, bagi orang awan atau pendatang bakal merinding dengan apa yang bapak lakukan saat ini, emang bapak ngak takut *ITU* (Buaya) kah tanda tanya. 

Dengan santai ia menjawab, selagi saya tidak ganggu sarangnya atau membunuh kawanan mereka, kenapa harus takut. Pak agus yang kesehariannya menghabiskan 5 jam dalam sehari di dalam sungai bisa mendapatkan Rp.200.000 dalam sehari ketika air sedang surut. Hasil dari tangkapanya tersebut tidak semerta-merta langsung ia jual, melainkan sebagian ia konsumsi.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Saat saya singgung mengenai pandemi covid-19, beliau menjawab dengan menggunakan sudut pandangnya sendiri bahwa virus tersebut akan  mati dengan sinar matahari. Ya kalau memang sudah waktunya, saya pasrah aja, saya ngak begitu mau pusing memikirkan, dari pada mikirin covid-19. Mendingan saya nangguk, dan kami pun tertawa.

seharusnya saya bersyukur lahir dan besar di tempat ini, (Tanjung Palas ) saya tidak perlu repot-repot mengeluh atau menyalahkan keadaan apalagi pemerintah terkait wabah yang sedang melanda bangsa ini. alam sudah menyediakan, kala di sungai ada ikan, di hutan ada babi. tinggal pilih.

beda halnya dengan keadaan di luar sana yang sangat memprihatinkan. 

Setiap musibah, pasti ada pesan yang tak tersirat yang di sampaikan sang pencipta untuk kita.

semua kembali ke pribadi masing-masing.

Terima kasih.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun