Mohon tunggu...
Oktavian Balang
Oktavian Balang Mohon Tunggu... Jurnalis - Kalimantan Utara

Mendengar, memikir, dan mengamati

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Kota Malang, 13 Tahun yang Lalu

14 Februari 2020   23:44 Diperbarui: 14 Februari 2020   23:59 795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagiku, mandi merupakan sebuah tantangan tersendiri, untuk melakukannya, dibutuhkan tekad dan niat agar mampu menahan dinginnya air Malang, salah satu alasan yang membuat saya sering telat untuk datang ke kampus.

Di setiap malamnya kami habiskan waktu untuk berdiskusi sampai subuh di setiap emperan trotoar di dekat kampus.kala itu internet hanya ada di warnet, belum ada wifi , hanya friendster, twitter, dan facebook yang kami pergunakan kala itu. Hp kami pun tidak secanggih sekarang, masih hp titut.itu sebabnya disetiap pertemuan selalu ada pembahasan yang membuat kami betah duduk berlama-lama di angkringan kopi. 

jujur bagiku, berada di antara kawan-kawan seperjuangan kala itu ibarat sedang berada di tengah-tengah keluarga sendiri.yang menggantikan sebuah "rasa rindu" akan keluarga dan kampung halaman. egoku kala itu, lebih memilih mencari pengalaman di luar kampus ketimbang memilih serius di bangku perkuliahan, wajar saja di setiap semesternya nilai yang selalu ku dapatkan adalah E. 

Suasana Kost

Kost bagiku tak lebih dari sebuah rumah, yang di dalamnya berisikan sebuah kehangatan dan kekeluargaan. Kala itu, kost tak pernah sepi akan berbagai aktifitas. dari 40 kamar kost yang terdiri dari berbagai macam suku yang ada, menciptakan sebuah keindahan yang membaur dalam setiap interaksinya.

Di setiap sudut kost selalu dipenuhi sekumpulan teman yang sedang asik bercerita, entah apa yang di bicarakan, obrolan tersebut tak pernah terdengar serius, selalu diselingi oleh tawa lepas, ada sebuah tradisi unik yang ada di kost yaitu makan bareng.

Saat jam makan malam tiba, satu persatu mengetok pintu kamar yang lain untuk mengajak keluar makan bersama, dari kebiasaan itulah yang membuat kami layaknya seperti keluarga, sekalipun banyaknya perbedaan antara satu sama lain.tak pernah saya temui dengan mata kepala saya sendiri akan perselisihan, cekcok sesama penghuni kost, sampai kemalingan.

dok. pribadi
dok. pribadi
Halte angkot suhat kala hujan 

Saat melewati lampu merah ITN (Institut Teknik Negeri) menuju Matos (Malang Town Square), saya dan Bunga ( nama samaran) terguyur hujan deras, dan kami memilih untuk berteduh di sebuah halte UB (Universitas Brawijaya) yang ada di jalan Veteran.

Kala itu hujan disertai angin turun begitu derasnya, sampai-sampai air hujan pun mengenai kami yang dimanaa halte hanya berisikan kami ber2.masing-masing di antara kami ber2 sibuk pada diri kami masing-masing akibat kebasahan, ya, hampir setengah tubuh kami basah semua. 

Bunga memulai pembicaraan, sambil berkata " hmmm, Hujannya awet yo"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun