Mohon tunggu...
Inovasi

Bayam dan Kangkung Hidroponik, "Si Hijau" yang Semakin Dilirik

17 Desember 2017   03:43 Diperbarui: 21 Desember 2017   17:49 3568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit: Tabloidsinartani.com

(Cita PT. Bakung Indonesia untuk Menjaga Ketahanan Pangan Nasional)

Potensi tanaman sayuran (horticulture) di Indonesia sangat besar. Iklim tropis dengan suhu yang seimbang (22 - 30C), kondisi geografis dengan tanah yang subur hampir di seluruh wilayah Indonesia, turut menggambarkan perwajahan sebuah negara dengan keunggulan di sektor agraris. Berdasarkan data yang di rilis oleh Kementerian Pertanian RI, dalam lima tahun terakhir (2016), produksi sayuran di Indonesia telah mengalami kenaikan sebesar 2,7 persen. 

Impor produk hortikultura 2015 turun 17% atau setara US$ 178.937 dibandingkan 2014, di sisi lain ekspor hortikultura meningkat 23%. Angka tersebut merepresentasikan tingkat produktivitas tanaman hortikultura di Indonesia yang semakin membaik.

Berbicara mengenai tanaman hortikultura, yang terlintas di benak kepala kita pada umumnya ialah sayuran "hijau" yang nikmat disantap sebagai panganan utama maupun sekadar lalapan makanan saja. Berdasarkan data yang dikeluarkan Departemen Gizi, Kemenkes RI tahun 2016, tingkat konsumsi masyarakat Indonesia terhadap sayuran cukup tinggi. 

Di antara sayur-sayuran yang ada, sayuran yang menjadi favorit masyarakat adalah bayam dan kangkung. Jumlah konsumsi keduanya secara nasional mencapai 310.000 ton (bayam), dan sekitar 162.000 ton (kangkung) dalam setahun, itu pun hanya yang tercatat dalam data statistik. Sayuran bayam dan kangkung memiliki masa panen relatif cepat, yakni 20-30 hari setelah masa tanam. Selain mudah di dapatkan, kedua sayuran tersebut juga memiliki harga yang relatif terjangkau. 

Harga bayam dan kangkung secara nasional di pasaran bervariasi (tergantung jenis dan kualitasnya). Untuk satu kilogram bayam, harganya 5.340 rupiah, sedangkan kangkung 4.140 rupiah/kg. Harga ini merupakan rata-rata secara nasional (BPS, 2014).

Seiring dengan perkembangan zaman, pola konsumsi masyarakat kini berubah, banyak yang mulai menerapkan pola hidup sehat dengan cukup memakan sayur-sayuran. Namun, tidak semua sayuran yang beredar di pasaran itu terjamin ketersediaan, maupun kualitasnya. Kadang kala, teknik menanam yang digunakan oleh para petani sayuran juga masih konvensional, sehingga produktivitasnya kurang untuk memenuhi permintaan pasar. 

Tak terkecuali pada sayuran bayam dan kangkung--yang umumnya sangat mudah kita jumpai di pasaran. Adapun persoalan lain yang mempengaruhinya yakni semakin berkurangnya jumlah lahan yang tersedia untuk digarap. Berdasarkan data statistik tahun 2014, luas lahan pertanian di Indonesia mencapai angka 41.5 juta hektare. Dari jumlah tersebut, tanaman hortikultura hanya mengisi 567 ribu hektar saja. Jumlah tersebut terus mengalami penurunan hingga tahun 2017 karena banyaknya lahan yang telah beralih fungsi.

Untuk menjawab persoalan tesebut, PT BAKUNG Indonesia hadir sebagai sebuah Perusahaan yang memiliki visi besar menjadi produsen tanaman hortikultura, khususnya Bayam dan Kangkung terkemuka di Indonesia. Dengan menerapkan teknik hidroponik dan sistem NFT (Nutrient Film Technique), tanaman hortikultura (khususnya bayam dan kangkung) nantinya tidak lagi memerlukan media tanam yang luas, cukup dengan peralatan hidroponik (hydroponic kit), serta beberapa nutrisi dan bahan pelengkap untuk merealisasikannya. 

Model NFT (Nutrient Film Techniques), dikenalkan oleh Dr. A. J. Cooper di Glasshouse Crops Research Institute, Littlehampton pada tahun 1960. NFT sendiri merupakan model penanaman hidroponik yang menggunakan bidang bertingkat dan pengaliran air yang merata ke setiap blok net-pot tanaman. Sistem ini merupakan inovasi yang sangat efektif dan efisien untuk diterapkan dalam penanaman sayuran hidroponik.

sumber: klinikhidroponik.com
sumber: klinikhidroponik.com
            PT BAKUNG Indonesia berupaya untuk menggenjot produktivitas dalam memenuhi pasar domestik dan mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Di samping kuantitas, penggunakan teknik hidroponik, dengan sistem NFT ini juga sebagai cita kami untuk meningkatkan kualitas produksi bayam dan kangkung lokal khas Indonesia. Hal tersebut dapat dihasilkan melalui penyediaan bibit unggul lokal, nutrisi yang cukup serta pengaliran air yang merata ke seluruh tanaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun