Saat ini mungkin kebanyakan generasi muda Islam, dan sebagian orang tua tidak kenal secara mendalam siapa itu Nabi Muhammad SAW, apalagi mejadikannya sebagai idola atau pujaan. Yang mereka idolakan kebanyakan bintang film, bintang sinetron, penyanyi, atau pemain sepakbola, bahkan tokoh politik. Padahal semestinya, idola orang Muslim itu adalah Nabi Muhammad SAW. Mengapa? Karena hanya dengan mencontoh kehidupan Rasulullah, kita akan hidup bahagia di dunia, apalagi di akhirat nanti, sebagimana yang telah diperoleh para Sahabat Rasulullah SAW..
Tulisan ini saya tujukan khusus untuk kaum Muslimin dan Muslimat, sehubungan dengan hari Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW pada tanggal 12 Rabiul Awal yang jatuh pada tanggal 26 Februar1 2010. Tetapi bila ada saudara-saudara kami di luar agama Islam ingin membacanya, tidak ada salahnya, karena tulisan ini tidak menyinggung atau merendahkan agama lain. Malah ada baiknya, untuk menambah pengetahuna Anda, demi meningkatkan toleransi kerukunan hidup umat beragama di Indonesia, dan siapa tahu anda mendapat Hidayah dari Allah SWT. Amin.
Kelahiran dan Masa Kecil Muhammad
Nabi Muhammad SAW dilahirkan sekitar 570 Masehi di Makkah. Ayahnya, Abdullah, meninggal beberapa pekan sebelum kelahirannya. Karena merupakan kebiasaan bagi seorang bayi yang baru lahir untuk disusui seorang ibu angkat, pada awalnya Nabi dipelihara oleh seorang wanita Badui, Halimah.
Ibunda Nabi, Siti Aminah, meninggal dunia saat usia Nabi enam tahun dan beliaupun tinggal dengan kakeknya, Abdul Mutthalib. Hanya dua tahun kemudian, kakeknya juga meninggal, dan Nabi pun berada dalam pemeliharaan pamannya, Abu Thalib, seorang pedagang. Perasaan kehilangan di usia yang demikian muda menjadikannya pribadi yang pemikir dan sensitif. Ia sangat menekankan perlunya mengasihi anak yatim, wanita, sebagai golongan lemah dalam masyarakat. Sebagai seorang laki-laki, ia menggembala domba di padang pasir. Sejak kecil Muhammad dikenal sebagai orang yang jujur dan terpercaya, sehingga mendapat julukan Al Amin.
Maulid Nabi Muhammad SAW.
Muhammad dilahirkan pada tanggal 12 Rabiul Awal Tahun Gajah atau sekitar tahun 570 Masehi, yang di kalangan umat islam lebih dikenal dengan Maulid Nabi. Perayaan Maulid Nabi merupakan tradisi yang berkembang di masyarakat Islam jauh setelah Nabi Muhammad SAW wafat. Secara substansi, peringatan ini adalah ekspresi kegembiraan dan penghormatan kepada Rasulullah Muhammad SAW. Karena Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah merayakan maulid beliau, maka sebagian umat Islam menganggap perayaan Maulid ini bid’ah. Namun demikian, sebagian besar Muslim Indonesia, merayakan Maulid Nabi setiap tahun, termasuk Maulid Nabi yang dilaksanakan secara Nasioanal, yang selalu dihadiri oleh Kepala Negara, para pejabat tinggi dan duta besar negara-negara Islam.
Perayaan Maulid Nabi pertama kali diperkenalkan oleh Abu Said al-Qakburi, seorang Gubernur Irbil, di Irak pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin Al-Ayyubi (1138-1193). Ada yang berpendapat bahwa idenya sendiri justru berasal dari Sultan Salahuddin sendiri. Tujuannya adalah untuk membangkitkan kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW, serta meningkatkan semangat juang kaum muslimin.
Di kehidupan masa kini, kita telah mafhum dan mengenal berbagai macam peringatan hari-hari, baik itu hari kenegaraan seperti Hari Kemerdekaan, dll.Peringatan itu untuk mensyukuri atau merenungan segala nikmat yang telah dianugerahkan Allah kepada kita yang sampai detik ini masih dapat kita nikmati. Rasa syukur dan renungan itu tidak haram, karena dengan merenungi segala nikmat tersebut, insya-Allah kita akan menjadi orang yang pandai bersyukur. Allah berfirman: ”Barangsiapa bersykur, maka Aku akan menambah nikmat-Ku, tapi bila kamu ingkar, maka Azab-Ku amat pedih (QS Ibrahim:7).
Maka, suatu hal yang sangat penting dan utama dalam peringtan Maulid Nabi Muhammad SAW ini, adalah hendaknya kitadapat meneladani atau mencontoh cara hidup beliau, berdasarkan apa yang diajarkan dan dicontohkan Nabi SAW, Kekasih Allah SWT. Karena, hanya dengan mencontoh kehidupan Rasulullah SAW itu, kita akan menjadi orang yang beruntung, sebagaimana firman Allah:"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma'ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung." (QS. Al-A'raa 7:157)
Pribadi Yang Mulia