Mohon tunggu...
Erico Pieter
Erico Pieter Mohon Tunggu... -

Saya adalah saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Wanita Pahlawan Nasional Indonesia

21 April 2011   08:01 Diperbarui: 4 April 2017   16:13 26758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari 149 tokoh yang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, di antaranya terdapat 12 wanita yang menyandang gelar itu. Berikut adalah keduabelas wanita tersebut:

Tjoet Nja' Dhien (1848–1908) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Aceh Dianugerahi pada 2 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno Bersama suaminya, Teuku Umar, beliau memimpin perang melawan pasukan Belanda sejak tahun 1880. Setelah suaminya gugur, ia tetap berjuang berperang melawan Belanda. Ia berhasil ditangkap dan diasingkan ke Sumedang, Jawa Barat, hingga akhir hayatnya.

Tjoet Nja' Meutia (1870–1910) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Aceh Dianugerahi pada 2 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno Memimpin pasukan melawan Belanda bersama suaminya sejak tahun 1905. Ketika suaminya tertangkap dan dihukum mati, beliau tetap melanjutkan perjuangan. Ia kemudian gugur dalam peperangan pada tahun 1910.

Raden Adjeng Kartini (1879–1904) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Jawa Tengah Dianugerahi pada 2 Mei 1964 oleh Presiden Soekarno Dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan karena pikiran dan pandangannya mengenai emansipasi wanita, khususnya hak berpendidikan serta hak memperoleh kebebasan dan persamaan hukum bagi kaum perempuan. Pikiran dan pandangannya itu ditulis dalam surat kepada teman-temannya di Eropa. Surat-suratnya itu kemudian dikumpul, dibukukanan, dan diterbitkan dengan judul Door Duisternis tot Licht di Belanda pada tahun 1911. Buku itu kemudian diterjemahkan ke Bahasa Melayu dan diterbitkan di Hindia Belanda dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang pada tahun 1922.

Raden Dewi Sartika (1884–1947) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Jawa Barat Dianugerahi pada 1 Desember 1966 oleh Presiden Soekarno Beliau memperjuangkan pendidikan bagi kaum perempuan dengan mendirikan Saloka Istri pada tahun 1904, yang merupakan sekolah khusus perempuan pertama di Hindia Belanda. Sekolah yang didirikannya berkembang hingga merambah seluruh wilayah Pasundan, hingga ke wilayah Sumatera. Beliau juga sempat mendapat bintang penghargaan dari pemerintah Hindia Belanda atas usahanya memberdayakan perempuan.

Martha Christina Tiahahu (1800–1818) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Maluku Dianugerahi pada 20 Mei 1969 oleh Presiden Soeharto Mengangkat senjata terjun langsung dalan medan perang melawan Belanda sejak umur 17 tahun, membantu ayahnya yang merupakan pembantu Kapitan Pattimura. Ia tertangkap ketika berusaha membebaskan ayahnya yang tertangkap lebih dulu. Ia dihukum diasingkan ke Pulau Jawa, namun ia wafat dalam perjalanan ke Pulau Jawa. Jasadnya kemudian dibuang ke Laut Banda.

Maria Walanda Maramis (1872–1924) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Sulawesi Utara Dianugerahi pada 20 Mei 1969 oleh Presiden Soeharto Memperjuangkan pendidikan dan pemberdayaan bagi kaum ibu-ibu dengan mendirikat organisasi Percintaan Ibu Kepada Anak Turunannya (PIKAT) pada tahun 1917. Pada tahun 1919, beliau memperjuangkan agar wanita memiliki hak suara di lembaga perwakilan Minahasa Raad. Usahanya membuahkan hasil setelah pada tahun 1921, Pemerintah Hindia Belanda memperbolehkan wanita memberikan suaranya dalam Minahasa Raad.

Nyai Hj. Siti Walidah Ahmad Dahlan (1872–1946) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Daerah Istimewa Yogyakarta Dianugerahi pada 22 September 1971 oleh Presiden Soeharto Istri dari K.H. Ahmad Dahlan. Beliau memperjuangkan pendidikan bagi kaum wanita dengan mengadakan pengajian untuk kalangan wanita yang akhirnya berkembang menjadi Lembaga 'Aisyiyah dalam organisasi Muhammadiyah. Ia juga aktif mengajarkan bahwa perempuan mempunyai hak untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, serta menentang praktik kawin paksa.

Nyi Ageng Serang (1752–1828) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Jawa Tengah Dianugerahi pada 13 Desember 1974 oleh Presiden Soeharto Pemimpin daerah Serang, wilayah dalam Kerajaan Mataram, dikenal dekat dengan rakyat dan sering membantu rakyat. Pada usianya yang lanjut, beliau memimpin pasukan dari tandu, membantu Pangeran Diponegoro melawan Belanda selama 3 tahun.

Hj. Rangkayo Rasuna Said (1910–1965) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Sumatera Barat Dianugerahi pada 13 Desember 1974 oleh Presiden Soeharto Pernah dipenjara Belanda pada tahun 1932 karena memprotes ketidakadilan Pemerintah Hindia Belanda. Di masa kemerdekaan, beliau juga pernah duduk menjadi anggota DPR-RIS dan Dewan Pertimbangan Agung. Semasa hidupnya, beliau juga aktif memperjuangkan persamaan hak pria dan wanita.

Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto (1923–1996) Asal Daerah/Daerah Pengusul: Jawa Tengah Dianugerahi pada 30 Juli 1996 oleh Presiden Soeharto Ibu Negara RI sejak 1967 hingga akhir hayatnya. Pada masa revolusi kemerdekaan, ia bergabung ke Laskar Puteri Indonesia, membantu menyelenggarakan dapur umum serta bantuan kesehatan bagi pejuang Indonesia. Semasa menjadi Ibu Negara, ia dikenal dengan gagasan proyek monumentalnya, terutama Taman Mini Indonesia Indah, Taman Buah Mekarsari, Perpustakaan Nasional, Rumah Sakit Kanker Dharmais, dan Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun