Son Heung-min adalah idola lapangan hijau dari Korea Selatan. Gagahnya ia memang berbeda dengan Song Jong-ki. Tampannya ia berbeda karisma dengan bintang drama terpopuler Korea Selatan, Descendants of the Sun. Bicara Korea Selatan tak mungkin tidak membawa serta drama yang dimainkan oleh Song Hye-kyo yang kini diperistrikan oleh lawan mainnya, Jong-ki. Kini, apapun yang berbau negeri Ginseng telah diburu dengan cermat dan memanjakan hati. Penggemar K-Pop dan K-Drama telah menjamah masa drama seri dari Amerika Latin yang pernah jaya di masanya.
Era tahun 1990-an, tak pernah kita lupa si cantik Maria Mercedes. Thalia adalah sosok yang menghidupkan drama seri asal Meksiko tersebut. Drama ini langsung menarik minat publik ketika ditayangkan oleh Televisa pada tahun 1992. Di Indonesia sendiri, SCTV menayangkan Maria Mercedes pada periode 1993-1994 dan ditayangkan ulang pada tahun 1998 sebelum diambil alih hak tayang oleh Global TV pada tahun 2016.
24 tahun setelah itu, Descendants of the Sun benar-benar mengubah paradigma si cantik dan miskin yang jatuh cinta kepada pria tampan kaya raya seperti dalam Maria Mercedes.Â
Penulis drama Korea Selatan, Kim Eun Sook, menciptakan karakter tokoh di drama ini dengan sempurna satu sama lain. Dokter dengan tentara. Relawan dengan keindahan alur cerita yang lucu, menegangkan dan penuh trik untuk meneruskan ke babak berikutnya. KBS2 sebagai pemilik hak siar menayangkan Descendants of the Sun 'hanya' 16 episode dengan durasi 1 jam pada awal tahun 2016. Di Indonesia, RCTI menayangkan drama seri ini pada tahun 2017 di mana cukup menarik minat penonton meskipun tidak bisa mengalahkan drama seri India dengan ratusan episode.
Pertempuran Descendants of the Sun dengan Maria Mercedes memang tidak pernah terjadi. Jika Thalia hanya mampu menggerakkan emosi untuk membawa penonton larut dalam kesedihannya. Maka, Hye-kyo menghidupkan tokoh cuek, lucu menggemaskan dan pintar serta materialistis meskipun telah memiliki pekerjaan tetap sebagai dokter di rumah sakit mewah. Namun, saya dapat memberikan catatan bahwa sosok Thalia yang terkenal tidak mampu menaikkan gaung Meksiko menjadi salah satu negara yang berkuasa dalam drama. Berbeda dengan Hye-kyo yang mampu membawa pengaruh besar akan keingin-tahuan orang lain terhadap Korea Selatan.
Lihatlah kini, negara kecil di semenanjung Korea dan pernah dianggap lemah oleh dunia bahkan Asia akibat perang saudara yang tidak kunjung usai, berubah menjadi singa yang gahar, elang yang runcing patukannya, dan arus laut yang begitu cadas. Mata dunia berpaling kepada Korea Selatan. Maka, saat perang 'sebenarnya' antara Korea Selatan dengan Meksiko dalam laga Grup F di Piala Dunia 2018, Korea Selatan seperti menari untuk meraih kemenangan meskipun harus kandas dengan kekalahan 1 -- 2 dari Meksiko. Rostov Arena, di dataran Rusia yang kini ramai pendukung sepak bola dunia, menjadi saksi kekalahan Korea Selatan pada 23 Juni 2018.
Korea Selatan 'hanya' menurunkan aktor-aktor yang biasa dilihat dalam drama ke lapangan hijau dengan minim sekali skil. Saya bahkan merasakan sendiri tidak ada yang mendukung Korea Selatan di tempat-tempat orang menggelar aksi nonton bersama. Cuma, ada beberapa orang saja yang rela menaruh harap terhadap Korea Selatan agar bermain cantik.
Descendants of the Sun, tepatnya, drama-drama dari Korea Selatan boleh saja mampu menendang Maria Mercedes dalam pertarungan media hiburan. Tetapi, dalam sepak bola, Korea Selatan bukanlah negara yang 'kuat' meskipun tiap periode lolos kualifikasi untuk berlaga di Piala Dunia. Mengapa saya beranggapan demikian dan berani menulisnya di sini, karena saat laga Korea Selatan melawan Meksiko memang benar bahwa oppa-oppa itu telah dianggap lemah. Meskipun, pria-pria bermata sipit itu telah mengerahkan segenap kekuatan tetapi mereka dianggap sangat lelah melawan pria brewokan.
Tak ada yang dukung karena disebut sebagai satuan bukan andalan. Lantas, saat pemain Korea Selatan bersifat agresif, penonton merasa terbawa suasana. Sekali lagi, penonton yang hanya pandai mengkritik di depan televisi selalu menyudutkan Korea Selatan. Permainan Meksiko yang indah dan halus menjadi pantolan yang membuatnya mendapat dukungan lebih besar daripada Korea Selatan yang dipandang bermain kasar.