Mohon tunggu...
Baiq Dwi Suci Angraini
Baiq Dwi Suci Angraini Mohon Tunggu... Penulis - Menulislah Untuk Mengubah Arah

Pegiat dan penikmat karya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Islam dan Rahmat di Meja Makan

11 Agustus 2020   11:37 Diperbarui: 11 Agustus 2020   12:00 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Alhamdulillah kalau berubahnya karna Allah, jadi lebih baik. Lah, kalau berubahnya lebih buruk.. emang siapa yang mau tanggung dosa-dosa saya nanti?"

"Ya sudah, gak usah ceramah. Sana mandi," tanggapan Arsi dipotong saat telinganya mungkin sudah kebal dengan penolakan.

Arsi lebih memilih masuk kamar mandi dan mensucikan dirinya dari debu-debu jalanan.

Empat tahun tak kembali membuat semua orang kebingungan menyaksikan perubahan yang terjadi pada Arsi dari ujung kepala hingga kaki. Mau keluar rumah saja harus pakai kaos kaki, mau menikah pun ada aturan memisahkan tamu lelaki dan wanita, ditambah mau wisuda harus bebas make up.

Tentu semua orang bertanya, "Apa maunya anak ini?" Untuk apa begini? Mengapa harus begitu? Ah, semua pertanyaan mereka membuat kepala Arsi cenat-cenut. 

Mulai dikeluarkannya tabloid islam dan langsung diletakkan di atas meja. Diskusi panas pun mulai berselancar di atas meja tamu.

"Amerika hanya membuat propaganda kepada islam. Mereka pintar mengatur jalannya peristiwa besar seperti 911, opini masyarakat dunia dihadapkan kepada islam. Seolah dalam hancurnya tower itu, islam yang patut disalahkan, umat islam dituduh sebagai teroris, belum lagi penderitaan saudara kita di wilayah konflik. Di Palestina, sekutu Israel itu ya Amerika. Tapi anehnya, umat islam cuma duduk bengong dan pura-pura gak ngerti nasib saudaranya di Gaza. Mereka lebih heboh dengan isu 911," panjang lebar Arsi memaparkan analisa padatnya di tengah ruangan. 

Semua orang ternganga menyimak ia bicara lompat sana lompat sini. Diputarnya video penderitaan warga Gaza, semua orang makin merinding menyaksikan pembunuhan besar-besaran di Suriah. Tak sadar, satu per satu makin antusias mendengarkan ia berargumen kesana kemari. Sampai kemudian muncul sebuah tanggapan mengejutkan, Arsi pun meresponnya dengan santai.

"Oo.. jadi Amerika itu bukan polisi dunia, ya?"

"Jadi, Amerika itu benar-benar musuh islam. Astaghfirullah.." satu per satu respon ia tanggapi dengan cepat.

"Terus, sejak kapan kamu belajar politik?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun