Mohon tunggu...
Baiq Cynthia
Baiq Cynthia Mohon Tunggu... Freelancer - Blogger, Content Writer, dan Mom to Be

Menulis membuatmu ada. Email: Baiq_cynthia@yahoo.com IG : BaiqCynthia Facebook : Baiq Cynthia Sribulancer : Baiqcynthia

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merdeka Hati Itu Saat Hatimu Bebas dari Belenggu Penilaian Orang Lain

10 Agustus 2019   18:45 Diperbarui: 10 Agustus 2019   19:11 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Merdeka Hati (sumber: Pixabay)

Tulisan ini juga dipublikasikan di blog saya : Baiqcynthia.wordpress.com

Bulan Kemerdekaan sudah di depan mata. Merdeka bisa diartikan bebas dari jajahan. Merdeka bagi saya tidak hanya kebebasan, bebas melakukan pendapat dan mampu bertanggung jawab atas semua yang dilakukan. Merdeka batin maupun fisik juga merdeka atas keputusannya. Bicara soal merdeka, kadang merasa sudah merdeka atas dirinya maupun segala kebebasannya.

Tetapi, apakah sudah merdeka dari tren, ikut-ikutan lifestyle yang bukan budaya kita maupun teperdaya dengan gadget dan medsos? Memberi makan ego setiap saat, entah dengan masalah kebutuhan maupun pemenuhan diri yang kadang hanya 'pengin'. Oh, ia besok hari Raya Idul Adha, di mana bagi mereka yang mampu menyembelih hewan ternak berkaki empat. 

Tujuannya selain beribadah juga memotong nafsu yang sering kali terlalu mencintai dunia. Berkurban entah kambing atau sapi, kemudian membagikan potongan dagingnya kepada yang benar-benar membutuhkan. Berbagi kebahagiaan kepada banyak orang tidak mudah, pasalnya ia harus bersusah payah melawan hawa nafsunya sendiri.

Manusia selalu menginginkan kepuasan yang lebih, hasil bagi yang lebih besar maupun profit yang banyak. Tetapi lupa tentang hakikat berbagi, melalui kurban menjadi salah satu hal untuk mempersempit ruang ego.

Terkadang, terlalu sering kita membandingkan diri dengan orang lain. Padahal kapasitas orang berbeda, juga kemampuan individu dalam menyelesaikan permasalahan juga tidak sama. Padahal diri kita juga punya hak untuk merdeka. Merdeka dengan melakukan segala sesuatu dengan keterpaksaan. 

Hati yang selalu tenang dan bersyukur sudah pasti merdeka. Karena ia tidak butuh pengakuan dari orang lain, atau sekadar mencari perhatian untuk sebuah penilaian. Ia sudah tidak membutuhkan. Karena hatinya dipenuhi dengan keindahan dan merasa cukup.

Sebaliknya orang yang selalu sibuk membandingkan dirinya dengan pencapaian orang lain malah tidak memiliki rasa percaya diri. Ia belum bebas untuk menentukan ke mana arah pilihan hidupnya. Hati yang merdeka akan berusaha memperbaiki kualitas diri dari hari ke hari. Ia lebih fokus pada proses dan kerumitan di awal agar setelah selesai urusannya tinggal memetik hasil.

Seseorang yang sudah dikatakan merdeka ia akan sibuk mengerjakan segala sesuatu dengan hati. Karena baginya kompetisi bukan siapa yang lebih unggul dan lebih cepat sukses. Melainkan enjoy atas pilihan hidup yang dijalani tanpa embel-embel ingin menjadi orang lain. 

Sosok yang produktif jarang yang menyalahkan keadaan maupun alat yang tidak memadai. Ia akan menjadi lebih kreatif dan inovatif dengan segala keadaannya yang dialami. Alat bukan sebuah keharusan, tetapi niat itu harus. Kalau sudah mengakar sebuah motivasi untuk sukses, tentu akan merdekakan diri terlebih dahulu. Sebelum membuat orang lain tertawa.

Masih ada waktu berjuang memerdekakan diri dari belenggu menyalahkan keadaan, iri dengan pencapaian orang lain maupun tidak menyibukkan diri dengan kebaikan. Salah satu caranya ialah memulai menerima diri, bahwa diri juga butuh untuk didamaikan dari ego, amarah maupun kecewa.

Poinnya dimulai dari rasa syukur yang mendalam, memperbanyak beribadah dan rajin mengupgrade diri. Entah mulai dengan menjaga keseimbangan fisik dan jiwa, maupun menambah asupan nutrisi otak dengan bacaan positif. Kurangi menyalahkan diri dengan terlalu sibuk melihat keadaan orang lain yang lebih sukses kemudian memunculkan dengki, hingga mencari jalan pintas yang tidak seharusnya dilewati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun