Mohon tunggu...
Bain Saptaman
Bain Saptaman Mohon Tunggu... Administrasi - guru

aku adalah ..Musik....liverpool...the beatles...kopi....sepeda..vegetarian...... "AKU BERONTAK....maka aku ADA"....

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Lulus Terus Konvoi ... Itu Norak dan Kampungan!

7 Mei 2016   18:31 Diperbarui: 7 Mei 2016   19:15 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulang sekolah ... saya dikagetkan dengan raungan sepeda motor yang menyalak di sepanjang jalan Piyungan Prambanan. Kebetulan saya memang sering lewat sana dari Gunungkidul. Kirain ada pawai. Ternyata “pawai” beneran yang dilakukan anak-anak selevel SMA. Entah dari sekolah mana. Saya lupa, hari ini (9/5/16) adalah pengumuman kelulusan tingkat SLTA.

Apa gak risih ya? (osorezan.wordpress.com)

Sungguh pawai yang “luar biasa” dan menakjubkan. Motor digeber dengan knalpot yang memekakkan telingan. Kuping mereka sebagian ditutup sementara orang lain dipersilahkan budeg! Bahkan salah satu motor siswa sempat mogok di POM bensin Pucung piyungan karena panas dan mengeluarkan letupan api saat dinyalakan.

Tak hanya itu. Rambut para penerus bangsa ini dicat berwarna-warni. Mirip pelangi. Ada merah kuning hijau (tanpa di langit yang biru). Ada niat ingin mengambil foto mereka. Namun, melihat mata mereka yang liar dan polah yang beringas saya urungkan. Siapa tahu mereka tersinggung. Apalagi bayangan penganiayaan di Jogja cukup bikin jeri hehehehe. Selain rambut, baju juga menjadi sasaran kegembiraan. Cat pylox yang harganya lumayan mereka lampiaskan ke baju bahkan celana. Mungkin yang ada dalam benak mereka adalah

“kapan lagi ada momen begini. Ini khan hak kami”

Lalu ..... saya Cuma membatin 2 kata : NORAK dan KAMPUNGAN. Mau bukti?

Saya pun pernah muda seperti mereka. Saat kelulusan SMA tahun 1987, tak satu pun dari teman-teman kami yang melakukan pawai. Karena kendaraan kami bersekolah saat itu mayoritas adalah sepeda onthel. Dan beberapa rekan kami yang naik motor RX pun saat itu tahu diri. Mereka pun tidak melakukan pawai atau konvoi yang memacetkan jalanan. Padahal saat itu, kelulusan merupakan hal luar biasa. Karena jarang-jarang sekolah bisa lulus 100%. Bandingkan sekarang, asal IKUT UN, pasti LULUS! Gitu kok bangga terus konvoi!

Bagaimana dengan Rambut dan Baju seragam. Tak satu pun dari kami melakukan aksi corat-coret seragam dan rambut. Padahal saat itu, saya sekolah di sebuah SMA Swasta yang notabene merupakan anak “buangan” sekolah negeri. Bahkan ada yang mengatakan sekolah kami sekolah “remukan koco”! Tapi untuk soal nilai dan kelakuan, kami cukup bangga dengan sekolah kami.

Bahkan, seragam SMA  masih tetap saya pakai selama 3 semester saat kuliah. 

aku-sma-572dcf38d77e613909eab120.jpg
aku-sma-572dcf38d77e613909eab120.jpg
Seragam Sekolah yang masih bisa buat Kuliah (dok.pri)

Di antara rekan-rekan kuliah, sayalah satu-satunya yang masih sering berseragam SMA dengan sepatu basket merek “Warrior”  plus onthel kesayangan. Apa nggak Malu? Ngapain malu !! Malu itu adalah sok kaya tapi masih minta ortu atau maling...  atau MALU itu adalah MENGGUNAKAN FASILITAS ortu untuk sok di jalanan seperti kelakuan siswi di Medan beberapa waktu lalu....!!! Dengan bermobil mewah, anak ini membentak-bentak seorang Polwan yang hendak menegakkan aturan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun