Mohon tunggu...
Bahtiar Hayat Suhesta
Bahtiar Hayat Suhesta Mohon Tunggu... wiraswasta -

Penulis, konsultan IT.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

N5M yang Terlalu 'Man Jadda Wajada'

14 April 2012   15:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:36 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel


Sutradara dan penulis skenario film sangat memahami hal ini. Karena itu, jika konflik kurang memadai akibat paksaan pemadatan atau pencuplikan cerita di sana-sini karena keterbatasan waktu, maka biasanya penulis skenario akan sedikit ‘berakrobat’ keluar dari cerita novel aslinya untuk memenuhi tuntutan penonton itu. Dan belakangan setelah mengintip novelnya, saya melihat hal itu memang dilakukan Salman Aristo, sang penulis skenario, pada plot cerita N5M ini. Adegan ustadz Salman dengan parang dan kayunya yang begitu ‘dramatis’ di film adalah salah satu contohnya.


Mantra yang Kebablasan


Saya membayangkan bagaimana Salman Aristo ketika menulis skenario film ini. Ia, diakui atau tidak, mau tidak mau berangkat dari pesan (moral) utama novel N5M: man jadda wajada! Lalu ia gunakan mantra itu sebagai ‘saringan’: mana bagian novel N5M yang bernuansa ‘siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil’ ia ambil. Dari sekian banyak bagian yang terambil, ia memilih yang paling kuat untuk masuk ke durasi 120 menit. Ia pilin bagian-bagian berserakan itu menjadi jalinan cerita. Ia bumbui di sana-sini biar menjadi plot yang memenuhi unsur-unsurnya.


Begitulah kiranya, sehingga seluruh bagian cerita itu pasti mengandung pelajaran ‘man jadda wajada’. Alif yang masuk Pondok Madani karena mengikuti keinginan orang tua, akhirnya berhasil juga sebagai ‘orang besar’. Para sahibul menara yang buta soal diesel, akhirnya mampu juga memperbaiki mesin pembangkit listrik milik pondok yang sering padam itu. Bagaimana Alif mendapatkan Sarah, Baso meraih juara lomba berpidato bahasa Inggris, pementasan drama “Ibnu Batutah” meski tanpa kehadiran Baso, sang penggagas utama, dan lain-lain; semua bernuansa ‘barangsiapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil’.


Kesan yang timbul bisa diduga. Mantra itu ‘menguasai’ (mendominasi) cerita. Adrenalin saya naik di awal-awal cerita, kemudian berangsur menurun dan akhirnya hambar. Film, buat saya, menjadi membosankan sejak ustadz Salman selesai memainkan parang tumpulnya dan menggelorakan ‘man jadda wajada’. Ibarat pelatihan motivasi, ia adalah pembicara utamanya. Jika pembicara utama sudah tampil, apa lagi yang perlu ditunggu? Tidak salah jika saya katakan, N5M lebih tepat disebut video motivasi. Itupun video motivasi yang bertele-tele.


Yang paling tidak cantik adalah ending film ini. Keenam orang sahibul menara (Alif, Baso, Raja, Said, Atang, dan Dulmajid) tiba-tiba dipersatukan oleh waktu, tempat, dan teknologi berbilang tahun kemudian di Tragalfar Square London dan sebuah tempat di Jakarta. Mereka telah berhasil ‘membangun’ menara masing-masing di 5 benua. Saya hanya menebak-nebak, mungkin Salman Aristo baru sadar jika film yang ia tulis skenarionya itu (harus) berjudul ‘Negeri 5 Menara’ dan bukan ‘Man Jadda Wajada’. Lalu ia membuka laptop dan menambah scene terakhir itu. Sebuah scene penambal yang justru membuat jalinan cerita yang ditambalnya bocor :)


Tetapi yakinlah bahwa dugaan saya lebih banyak tidak benarnya.


Dewa Penolong


Yang agak menolong sisi sinematografis film ini adalah seting tempat cerita.


Pondok Madani fiktif dalam film tidak lain Pondok Pesantren Gontor yang memang benar-benar ada di kota Ponorogo, Jawa Timur. Kabarnya syuting film N5M paling banyak mengambil seting di pondok modern itu, di samping Bandung dan London. Bahkan pusat cerita, sebuah menara di halaman pondok --tempat para sahibul menara biasa berkumpul dan mematri mimpi di 5 menara dunia-- masih berdiri utuh ketika film ini dibuat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun