Mohon tunggu...
Bahrul Wijaksana
Bahrul Wijaksana Mohon Tunggu... Relawan - Profesional dalam bidang transformasi konflik, memiliki ketertarikan khusus pada isu-isu perdamaian, toleransi, pengambangan budaya damai.

Tinggal di Cirebon, saat ini adalah mahasiswa Magister Psikologi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta. Menekuni bidang pengembangan budaya perdamaian.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Apakah Anda Seorang "Constant Checker"?

21 Januari 2021   19:23 Diperbarui: 21 Januari 2021   19:31 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

3. Ragam Tugas (Multi-tasking). Jika kita perhatikan, remaja sekarang semakin terbiasa melakukan ragam-tugas pada waktu yang bersamaan. Mereka mengerjakan tugas sekolah atau kuliah dengan menggunakan laptop sambal bertukar pesan di aplikasi Whatsapp, membagi foto di Instagram, berseluncur di mesin pencari, sembari mendengarkan musik kegemaran di Spotify. 

Kita akan menduga bahwa kualitas pekerjaan rumah mereka tidak akan sebaik jika mereka fokus untuk menyelesaikannya tanpa melakukan hal lain di internet. Studi-studi awal mengafirmasi ini; kualitas pekerjaan rumah para remaja menurun ketika mereka terkoneksi lebih banyak dengan aplikasi-aplikasi di internet (Ophis, Nass dan Wagner 2009 dalam Mills 2016). 

Akan tetapi studi terbaru menunjukkan hasil yang berbeda. Studi Alzahabi dan Becker (dalam Mills 2016) yang menggunakan metodologi penelitian yang kurang lebih sama dengan yang penelitian terdahulu, menemukan bahwa remaja yang terkenoksi ke internet dengan ragam yang lebih banyak (heavier media multi-tasker) justru lebih baik dalam kemampuannya berpindah (switching) dari satu tugas ke tugas yang lain dibandingkan mereka yang terkoneksi media internet lebih sedikit (lighter media multi-tasker).Nasihat orang tua pada anak remaja seperti, "Nak, fokus selesaikan satu dulu sebelum mengerjakan yang lain" atau "Jangan main sosial media waktu mengerjakan pekerjaan rumah!" bisa jadi tak lagi relevan bagi generasi Constant Checker ini.

4. Processing Social Cues.  Social cues adalah petunjuk verbal atau non-verbal yang diekspresikan melalui wajah, tubuh, suara, gerak dan lainnya yang menjadi panduan bagi seseorang yang tengah melakukan pembicaraan dan interaksi sosial lainnya[ii]. Koneksi sosial melalui internet umumnya dilakukan melalui gawai, dikhawatirkan akan menghilangkan kemampuan seseorang untuk memproses social cues.

5. Kompetensi Sosial (Social Competence). Kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang untuk melakukan interaksi sosial secara efektif. Masa-masa remaja adalah saat individu mempelajari cara berinteraksi sosial dengan baik. 

Dengan kata lain ini adalah waktu ketika remaja belajar cara bergaul, membentuk dan memelihara hubungan sosial dan beradaptasi dengan berbagai situasi sosial yang berbeda.

Sejauh ini belum ada bukti bahwa internet dan sosial media berpengaruh pada melemahkan kemampuan sosial penggunanya. Studi justru menunjukkan bahwa remaja yang terhubung dengan internet mampu mengembangkan kompetensi sosialnya. 

Remaja umumnya menggunakan sosial media untuk memelihara ikatan kelompok yang memang telah terbentuk secara sosial dan bukan untuk membentuk kelompok sosial yang baru.

6. Evaluasi Sosial (Social Evaluation). Salah satu kerawanan bagi Constant Checker adalah perasaan bahwa mereka selalu dalam "pengawasan" atau evaluasi terutama dari rekan sebayanya. 

Hal ini menjadi problematis bagi anak jelang remaja dan remaja yang memang sangat sensitif terhadap penilaian sosial dan pengucilan (exclusion). Mills menyebutkan beberapa studi yang menunjukkan perbedaan dampak evaluasi sosial bagi kelompok umur yang berbeda. 

Mills berkesimpulan bahwa evaluasi sosial berdampak negatif terhadap kemampuan seseorang untuk mengerjakan tugas-tugas kognitif dibandingkan ketika mereka sedang tidak dalam konteks evaluasi sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun